Estimasi Parameter Biologi Laj
terhadap aktivitas perikanan tangkap, wilayah tangkapan semakin berkurang atau bergeser ke wilayah yang lebih jauh.
Kondisi perairan juga dapat dilihat dari perhitungan analisis bioekonomi yang menunjukkan bahwa tingkat pemanfaat sumberdaya perikanan tangkap
sangat tinggi melebihi tingkat effort lestari. Kondisi ini menyebabkan nelayan memerlukan input yang lebih banyak untuk mendapatkan output yang diinginkan.
Berdasarkan perhitungan analisis bioekonomi pada sumberdaya perikan pelagis didapatkan persentase tingkat effort aktual dibandingkan tingkat effort pada
kondisi MSY adalah sebesar 482,69 persen. Nilai persentase di atas seratus persen menunjukkan bahwa nilai aktual lebih besar dibandingkan dengan nilai optimal
sehingga dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kelebihan input trip yang digunakan sehingga berdampak pada penurunan output produksi yang
dihasilkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis telah melebihi potensi maksimum lestari MSY secara biologi atau yang dikenal
dengan sebutan biological overfishing dan terlihat pula bahwa penambahan input tidak sebanding dengan peningkatan output yang dihasilkan, atau dapat dikatakan
telah terjadi inefisiensi dalam aktivitas penangkapan ikan pelagis. Dengan demikian skor tingkat eksploitasi untuk sumberdaya ikan pelagis adalah telah
mengalami overexploited.
Tabel 25. Perbandingan kondisi aktual dengan kondisi MSY dan MEY pada sumberdaya ikan pelagis dengan metode estimasi CYP
Pemanfaatan Aktual
MSY aktual
terhadap MSY
MEY aktual
terhadap MEY
CYP
Biomass x ton 8.444,21
8.823,85 Produksi h ton
3.515,88 6.257,57
56,19 6.244,92
56,30 Effort Etrip
201.360,07 43.679,64
460,99 41.715,85
482,69 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terpilih, didapatkan fakta bahwa pada umumnya nelayan menjual seluruh hasil tangkapannya berapa
pun nilainya. Dibandingkan dengan kondisi sepuluh tahun terakhir, ukuran ikan pelagis saat ini tertangkap menurun banyak dan jenis ikan yang tertangkap
berkurang 1-2 jenis serta terjadi pengurangan lokasi area tangkap yang sangat
signifikan. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya buangan limbah yang mengalir dari daratan ke wilayah pesisir Jakarta sehingga memaksa nelayan
Jakarta untuk menangkap ikan ke wilayah yang lebih jauh atau beristirahat dari kegiatan penagkapan menunggu efek racun yang dibawa limbah berkurang.
Berdasarkan kriteria yang telah dibuat maka skor untuk masing-masing atribut ini dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 menunjukkan realitas data berupa
skor-skor pada masing-masing atribut dalam dimensi ekologi. Tabel 26. Nilai skor setiap atribut pada dimensi keberlanjutan ekologi untuk
sumberdaya ikan pelagis
No Indikator
Baik Buruk
Skor Penilaian
1 Tingkat eksploitasi
3 3
Analisis bioekonomi
2 Proporsi ikan yang
dibuang 2
Nilai modus 3
Tekanan pemanfaatan
perairan 2
2 Nilai modus dan
expert meeting
4 Tingkatan kolaps
2 2
Nilai modus 5
Ukuran ikan tertangkap
2 1
Nilai modus 6
Jumlah jenis ikan tertangkap
2 1
Nilai modus Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Nilai skor pada dimensi ekologi untuk sumberdaya ikan pelagis kemudian dianalisis menggunakan alat analisis Rapfish. Hasil yang diperoleh dengan
metode MDS akan menunjukkan nilai indeks keberlanjutan sumberdaya ikan pelagis dari dimensi ekologi. Gambar 30 menunjukkan hasil analisis Rapfish yang
menunjukkan kondisi atau status keberlanjutan sumberdaya ikan pelagis dari dimensi ekologi.