cara perbaikan yang paling tepat agar aktivitas perikanan tangkap dapat berkelanjutan.
8.1.4 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem adalah tahapan yang bertujuan mengenali sistem, menetapkan batasannya, menganalisis perilaku sistem dan hubungan antar pelaku
sistem dan komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Identifikasi sistem juga bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem
keberlanjutan perikanan tangkap dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan adalah diagram kausal causal loop diagram yang kemudian diterjemahkan
dalam bentuk diagram input-output. Diagram kausal merupakan penggambaran sistem keberlanjutan perikanan tangkap serta berbagai komponennya yang terkait,
berikut interaksinya yang menjelaskan perilaku hubungan sebab akibat antar komponen sistem dalam mencapai tujuan Eriyatno 1999.
Diagram kausal sumberdaya perikanan tangkap berkelanjutan disajikan pada Gambar 64. Keberlanjutan ekologi akan tercapai apabila terdapat
kesinambungan stok sumberdaya. Kesinambungan akan tercapai apabila sumber daya ikan yang ditangkap tidak melebihi jumlah tangkapan lestari. Keberlanjutan
ekonomi akan tercapai apabila nelayan memperoleh keuntungan dari kegiatan penangkapan ikan. Volume produksi yang dihasilkan dipengaruhi oleh stok ikan.
Apabila stok ikan di perairan menurun maka volume produksi juga menurun, sebaliknya apabila stok sumberdaya ikan meningkat maka volume produksinya
juga akan meningkat. Peningkatan effort juga berpengaruh terhadap berkurangnya keuntungan usaha perikanan tangkap. Apabila effort untuk menangkap
sumberdaya ikan semakin tinggi maka beban biaya produksi yang ditanggung oleh nelayan akan semakin besar sehingga dapat mengakibatkan kerugian,
demikian juga sebaliknya.
Gambar 61. Diagram causal loop sumberdaya perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Jakarta
Sumber : Hasil Analsisi Data, 2013 Keberlanjutan sosial akan tercapai apabila nelayan memperoleh
pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya. Pendapatan nelayan akan meningkat apabila keuntungan yang diperoleh
meningkat. Selanjutnya, model dinamik perikanan tangkap berkelanjutan dibangun dengan cara mengakomodasikan berbagai komponen sistem yang
terkait. Hubungan antar komponen sistem, input maupun output dalam model dinyatakan dalam diagram input-output Gambar 65. Diagram input-ouput
menggambarkan proses transformasi masukan model menjadi keluaran model. Model menggunakan dua jenis masukan, yaitu masukan dari luar sistem dan
masukan dari dalam sistem. Masukan yang berasal dari dalam sistem endogenous terdiri atas
masukan terkendali dan masukan tidak terkendali. Masukan terkendali merupakan peubah yang sangat diperlukan sistem yang berpengaruh dalam menentukan
perilaku sistem yang dikehendaki dan dapat ditetapkan di dalam perancangan sistem. Masukan terkendali dapat digunakan sarana perekayasaan model dapat
mencapai tujuan atau keluaran yang dikehendaki. Dalam penelitian ini masukan terkendali yang direkayasa adalah membatasi jumlah upaya tangkap effort.
stok ikan natural growth
produksi ikan lokal jakarta
CPUE -
+ -
total effort -
+
produksi ikan luar jakarta
produksi total ikan jakarta
+ +
pendapatan penangkapan
keuntungan penangkapan
+ total cost
- +
harga ikan standar +
fixed cost
variabel cost +
+ +
keberlanjutan ekologi
+
keberlanjutan ekonomi
+ fishing income
keberlanjutan sosial
+
Gambar 65. Diagram input-output sumberdaya perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta
Sementara itu, masukan tak terkendali adalah masukan yang secara langsung mempengaruhi keluaran model namun tidak dapat dikendalikan
sepenuhnya dalam mengubah perilaku sistem. Yang termasuk ke dalam masukan tak terkendali adalah sumber daya ikan, harga ikan, kondisi sosial budaya dan
kuantitas produksi. Keluaran sistem terdiri dari dua, yaitu keluaran yang dikehendaki dan
keluaran yang tidak dikehendaki. Keluaran yang dikehendaki diperoleh dari pemenuhan kebutuhan yang ditentukan pada saat identifikasi kebutuhan
komponen sistem. Dalam hal ini keluaran yang dikehendaki adalah meningkatnya indikator kunci keberlanjutan pada setiap dimensi. Keluaran yang tidak
dikehendaki merupakan dampak yang ditimbulkan akibat berjalannya sistem yang telah dirancang.
8.1.5 Indikator Keberlanjutan
Kompleksitas yang terdapat dalam sistem perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta memerlukan pengkajian yang mendalam khususnya
dalam menetapkan indikator keberlanjutan yang sesuai, sederhana, mudah diukur dan dapat mewakili sistem secara keseluruhan. Berdasarkan hasil analisis leverage
Masukan tak terkendali : - Sumberdaya ikan
- Harga produk - Kondisi sosial budaya
- Kuantitas produksi Input lingkungan :
- Kondisi perairan - Kebijakan pemerintah
- Perubahan iklim global - Rencana tata ruang
Masukan terkendali : - Peningkatan keterampilan SDM
- Pembatasan effort - Sarana dan prasarana
- Kelembagaan - Kualitas produksi
Perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta
Manajemen Pengendali Keluaran dikehendaki :
- Meningkatnya stok - Meningkatnya keuntungan
- Meningkatnya KUT per bulan
Keluaran tidak dikehendaki : - Peningkatan biaya produksi
- Potensi konflik antar nelayan - Pengurangan volume tangkap
dan hasil wawancara mendalam dengan narasumber ahli indikator keberlanjutan yang relevan dapat ditentukan. Dari proses tersebut dihasilkan tiga jenis indikator
kunci keberlanjutan, yaitu indikator stok sumberdaya, keuntungan dan keuntungan per upaya tangkap per bulan KUT.
A. Indikator Stok Sumberdaya
Tercapainya keberlanjutan pada dimensi ekologi bertujuan agar sumber daya bahan perikanan pelagis maupun demersal dapat tersedia secara terus-
menerus. Biomassa sumberdaya merupakan salah satu aspek penting dalam keberlanjutan ekologi. Potensi sumber daya ikan dipengaruhi oleh sifat sumber
daya yang open acces, bermigrasi dan relatif sulit dikelola sebagaimana sumber daya yang dapat dibudidayakan Sparee dan Venema 1999. Tingkat eksploitasi
yang berlebihan dapat menyebabkan sumber daya mengalami degradasi stok dan overfishing
dan apabila hal tersebut terjadi maka ancaman keberlanjutan pada dimensi ekologi akan terancam.
Ketersediaan stok sumberdaya di perairan muncul sebagai indikator untuk mengukur keberlanjutan pada dimensi ekologi karena indikator ini dapat
mengindikasikan apakah aktivitas penangkapan ikan masih dapat memberikan hasil produksi yang menguntungkan. Dengan demikian, keberlanjutan pada
dimensi ini akan sangat berpengaruh pada keberlanjutan dimensi ekonomi dan sosial.
B. Indikator Keuntungan
Terwujudnya keberlanjutan pada dimensi ekonomi bertujuan agar aktivitas perikanan tangkap dapat memberikan keuntungan. Tingkat keuntungan aktivitas
perikanan tangkap menjadi tolak ukur penting karena dapat mengukur kinerja ekonomi
usaha perikanan tangkap sehingga dapat menggambarkan keberlangsungan usaha perikanan tangkap dari dimensi ekonomi.
C. Indikator Keuntungan per Upaya Tangkap dalam satu bulan KUT
Indikator pada dimensi sosial bertujuan untuk mengukur manfaat sosial yang ditimbulkan karena aktivitas perikanan tangkap. Indikator dimensi sosial
mencakup manfaat langsung yang dapat diterima oleh nelayan. Manfaat yang diterima langsung oleh nelayan direpresentasikan dengan indikator pendapatan
nelayan. Pendapatan nelayan akan berdampak terhadap kegiatan upaya
penangkapan Seijo et al. 1998. Pendapatan nelayan merupakan indikator penting untuk menilai potensi keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Pendapatan yang
rendah mengindikasikan bahwa potensi nelayan untuk mendapatkan kehidupan yang layak semakin rendah. Untuk mengukur tingkat pendapatan nelayan
digunakan nilai UMR sehingga dapat dinilai apakah pendapatan nelayan telah sesuai dengan rata-rata pendapatan pekerja pada industri kecil dan menengah.
Pendapatan nelayan yang dimaksud dalam penelirtian ini adalah pendapatan nelayan tanpa mempertimbangkan statusnya. Hal ini dikarenakan pendapatan
nelayan pemilik kapal dan pekerja di Jakarta ralatif sama. Pendapatan nelayan dipengaruhi oleh keuntungan per upaya tangkap. Menurut model produksi
surplus, kegiatan upaya tangkap akan terus meningkat sampai batas tertentu hingga keuntungan tangkap sama dengan nol Purnomo 2012. Mengacu kepada
prinsip tersebut, terjadinya peningkatan upaya tangkap setelah tingkat eksploitasi optimal MSY akan mengakibatkan penurunan pendapatan nelayan. Kondisi
seperti ini saat ini terjadi pada kawasan penelitian sehingga apabila upaya tangkap effort meningkat pendapatan nelayan akan terus menurun. Pendapatan nelayan
nilainya dipengaruhi oleh keuntungan per upaya tangkap KUT dan jumlah upaya tangkap per bulan.
8.2 Pemodelan sistem
Pemodelan sistem adalah tahapan untuk merancang model pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta. Pemodelan sistem
terdiri atas tiga aktivitas, yaitu konseptualisasi sistem, formulasi model dan pengujian model. Tahapan di awali dengan penentuan ruang lingkup dan asumsi-
asumsi model sebagai bagian dari konseptualisasi model. Proses dilanjutkan
dengan membangun model konseptual dalam bentuk diagram kausal loop Eriyatno 1999. Formulasi model dilakukan dengan menuangkan model
konseptual ke dalam model komputer dalam bentuk stock and flow diagram SFD dan model matematik yang didasarkan dari analisis bioekonomi. Tahapan
terakhir adalah melakukan pengujian model yaitu melalui verifikasi dan validasi model.