Estimasi Parameter Biologi Sumberdaya Perikanan Pelagis

Dari hasil tangkapan per upaya tangkap CPUE untuk sumberdaya ikan demersal dapat dilihat bahwa penambahan effort pada setiap alat tangkap tidak menambah produksi secara signifikan. Gambar 22 menunjukan bahwa nilai CPUE pada setiap alat tangkap cukup rendah. Menurut Sparre dan Venema 1989, CPUE merupakan indeks kelimpahan stok ikan di perairan. Oleh karena itu, melalui nilai yang dihasilkan pada analisis ini dapat diartikan bahwa stok sumberaya ikan demersal di perairan Jakarta dapat dikatakan sudah mulai terancam keberlanjutannya.

6.1.2 Standarisasi Upaya Penangkapan

Dalam perhitungan FPI perlu dipilih salah satu alat tangkap yang paling dominan dalam operasi penangkapan untuk dijadikan rujukan dalam menyeragamkan jumlah upaya penangkapan effort yang terjadi terhadap sumberdaya ikan tersebut. Dalam penelitian ini, alat tangkap yang dijadikan standar adalah muroami sehingga muroami memiliki nilai FPI sama dengan satu. Nilai FPI dari alat tangkap yang diteliti dapat dilihat pada Lampiran 19. Standarisasi upaya penangkapan adalah menyeragamkan besarnya nilai upaya penangkapan effort dari beberapa jenis alat tangkap yang berbeda ke satuan jenis alat tangkap yang menjadi standar. Nilai effort standar didapat dari hasil perkalian effort dengan nilai FPI dari setiap alat tangkap yang diteliti. Hasil perhitungan effort standar pada setiap alat tangkap yang diteliti dapat dilihat pada Lampiran 20. Nilai CPUE ini berbeda setiap tahunnya tergantung pada jumlah produksi dan jumlah effort yang digunakan. Dari Gambar 23 diketahui bahwa hubungan antara CPUE dan effort sumberdaya ikan demersal digambarkan dalam persamaan y=-0,00000078+0,1384x. Kondisi ini dapat diartikan bahwa peningkatan aktivitas penangkapan effort terhadap sumberdaya ikan demersal akan menurunkan produktivitas hasil tangkapan CPUE. Hal ini mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan demersal telah mengalami overfishing secara biologi biological overfishing . Gambar 23 juga menunjukkan bahwa CPUE sumberdaya ikan demersal juga mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya effort. Tabel 20.Total produksi aktual, total effort standar dan CPUE standar sumberdaya ikan demersal Tahun Produksi ton Effort SDT CPUE SDT 1997 2.390,405 55.536,696 0,04304 1998 1.835,116 103.362,453 0,01775 1999 2.451,193 132.997,393 0,01843 2000 2.227,454 93.408,257 0,02385 2001 2.035,586 100.376,680 0,02028 2002 2.750,731 133.727,305 0,02057 2003 1.715,635 134.737,675 0,01273 2004 1.598,627 150.768,114 0,01060 2005 1.358,355 85.428,502 0,01590 2006 2.084,621 46.027,139 0,04529 2007 5.104,639 34.857,557 0,14644 2008 4.283,030 36.421,252 0,11760 2009 9.620,188 55.243,634 0,17414 2010 15.963,101 102.136,922 0,15629 2011 20.847,601 115.175,481 0,18101 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Gambar 23. Hubungan CPUE standar dengan Effort standar sumberdaya ikan demersal Sumber : Hasil Analsiss Data, 2013

6.1.3 Estimasi Parameter Biologi

Analisis surplus produksi dengan menggunakan motode estimasi Algoritma Fox didapatkan nilai koefisien α = 0,1γ84 dan koefisien =-,00000078 untuk sumberdaya ikan demersal Lampiran 19. Nilai α dan yang yang diperoleh digunakan untuk menduga tingkat pertumbuhan intriksik sumberdaya - 0,05000 0,10000 0,15000 0,20000 C P UE S tandar t on tr ip CPUE SDT Linear CPUE SDT Effort standar trip y=-0,00000078+0,1384x r sebesar -1,927 koefisien kemampuan tangkap q sebesar 0,0000108, dan daya dukung perairan sebesar 12.797,55,67 ton Lampiran 20. Pendugaan parameter biologi dengan metode CYP menghasilkan nilai koefisien α = 0,1481, koefisien =0,716 dan koefisien = -0,00000534 Lampiran 22. Dari nilai-nilai tersebut diduga tingkat pertumbuhan intriksik sumberdaya r 0,3309, koefisien kemampuan tangkap q sebesar 0,00001245, dan daya dukung perairan sebesar 135.237,04 ton Lampiran 23. Metode estimasi Walters dan Hilborn W-H menghasilkan nilai koefisien α = 1,4γ8, koefisien = 5,588 dan koefisien = -0,00000913 Lampiran 25. Dari nilai-nilai tersebut diduga tingkat pertumbuhan intriksik sumberdaya ikan r sebesar 1,438, koefisien kemampuan tangkap q sebesar -0,00000913, dan daya dukung perairan K sebesar 28.179,47 ton Lampiran 26. Metode estimasi Schnute menghasilkan nilai koefisien α = 0,8186, koefisien = 1,1469 dan koefisien = -0,00000695 Lampiran 28. Dari nilai- nilai tersebut diduga tingkat pertumbuhan intriksik r sebesar 0,8186, koefisien kemampuan tangkap q sebesar 0,00000695, dan daya dukung perairan sebesar 102.677,51 ton Lampiran 29. Perbandingan hasil analisis data dan hasil uji statistik dengan menggunakan model estimasi Algoritma Fox, model estimasi Clarke, Yashimoto dan Pooley CYP, model estimasi Walters dan Hilborn W-H dan model estimasi Schnute dapat dilihat pada Lampiran 30. Pemilihan metode estimasi yang paling tepat menggambarkan kondisi aktual daerah penelitian yang pertama adalah harus logis secara apriori teori kemudian baru didasarkan pada hasil uji statistik. Berdasarkan kelogisan apriori teori maka metode yang paling tepat menggambarkan kondisi aktual sumberdaya ikan demersal adalah model estimasi Schnute.

6.2.4 Estimasi Parameter Ekonomi

Parameter ekonomi yang digunakan dalam analisis bioekonomi adalah rata-rata harga ikan per ton dan rata-rata biaya per trip penangkapan. Untuk mendapatkan rata-rata harga ikan per ton digunakan metode rata-rata tertimbang. Biaya per trip penangkapan didapat dari hasil wawacara dengan nelayan terpilih kemudian diambil rata-rata biaya per trip dari setiap unit penangkapan. Komponen biaya merupakan faktor penting dalam usaha perikanan tangkap karena besarnya biaya akan mempengaruhi efisiensi dari usaha tersebut. Harga yang digunakan untuk mengestimasi parameter ekonomi adalah harga riil. Harga riil adalah harga yang diperoleh dilapangan dikalikan dengan Indeks Harga Konsumen IHK. Pada penelitian ini digunakan IHK dengan tahun dasar 2007. Langkah berikutnya adalah melakukan penyesuaian dengan IHK sehingga diperoleh nilai biaya per trip dan harga per ton seperti yang disajikan dalam Tabel 21. Tabel 21. Biaya per trip dan harga sumberdaya ikan demersal Tahun IHK IHK 2007 Biaya Trip Rptrip Harga Juta Rpton 1997 58,87 41,75 0,0419 2,9060 1998 60,00 42,56 0,0427 2,9619 1999 73,22 51,93 0,0521 3,6144 2000 77,46 54,93 0,0551 3,8235 2001 88,30 62,62 0,0628 4,3586 2002 100,00 70,92 0,0711 4,9363 2003 108,22 76,76 0,0770 5,3423 2004 113,16 80,26 0,0805 5,5859 2005 123,05 87,27 0,0875 6,0741 2006 135,36 96,00 0,0962 6,6818 2007 141,00 100,00 0,1003 6,9602 2008 109,81 109,81 0,1101 7,6430 2009 118,62 118,62 0,1189 8,2562 2010 132,42 132,42 0,1328 9,2167 2011 138,57 138,57 0,1389 9,6447 2012 144,45 10,0540 Rata-rata 0,0845 5,8670 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013

6.2.5 Estimasi Produksi Lestari

Produksi lestari dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu produksi lestari maksimum MSY dan produksi lestari secara ekonomi yang maksimum MEY. Pada analisis estimasi MSY, variabel yang digunakan berupa parameter biologi saja sedangkan pada analisis MEY, variabel yang digunakan adalah parameter biologi dan ekonomi. Parameter biologi diantaranya parameter r, q, K,