7 Penyerapan tenaga kerja Penyerapan tenaga kerja dalam kegiatan perikanan tangkap tergantung dari
ukuran perahu atau perahu, jenis alat tangkap dan jumlah waktu penangkapan dalam satu trip penangkapan. Penilaian pada atribut ini didasarkan pada hasil
wawancara dengan responden terpilih mengenai rata-rata jumlah tenaga kerja yang digunakan per trip.
C. Keberlanjutan Sumberdaya Ikan pada Dimensi Sosial
Keberlanjutan sosial terwujud apabila aktivitas perikanan tangkap mampu mendistribusikan keuntungan ekonomi yang diterimanya untuk peningkatan
sumberdaya dan kesejahteraan tenaga kerja secara terus menerus Kennedy 2002. Keberlanjutan sosial akan semakin tinggi apabila keberlanjutan ekonomi dapat
dicapai. Dimensi sosial merupakan cerminan dari bagaimana sistem sosial manusia masyarakat perikanan tangkap yang terjadi dan berlangsung dapattidak
dapat mendukung berlangsungnya pembangunan perikanan tangkap dalam jangka panjang dan secara berkelanjutan. Kajian keberlanjutan perikanan tangkap pada
dimensi sosial dilakukan untuk menggambarkan kehidupan nelayan sebagai manusia yang harus beradaptasi dengan lingkungan sosial dan sumberdaya
perikanan sebagai sumber kehidupannya. Pengertian dimensi ini dalam bingkai pembangunan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta
diterjemahkan dalam sepuluh atribut, yaitu pertumbuhan jumlah RTP dalam sepuluh tahun terakhir, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan nelayan formal
dibandingkan dengan rata-rata tingkat pendidikan penduduk Jakarta, status dan frekuensi konflik, partisipasi keluarga dalam pemanfaatan hasil sumberdaya
perikanan, socialisation of fishing tingkat hubungan sosial dalam masyarakat perikanan, frekuensi penyuluhan dan pelatihan untuk nelayan, fishing sector,
pengaruh nelayan, dan rata-rata keuntungan per bulan terhadap UMR. 1 Jumlah RTP dibandingkan jumlah penduduk DKI Jakarta
Peningkatan jumlah penduduk yang memanfaatkan sumberdaya perikanan menyebabkan semakin tingginya tekanan pemanfaatan sumberdaya
perikanan. semakin kecil tingkat pertumbuhan jumlah masyarakat yang bergerak di bidang perikanan maka semakin kecil penambahan tingkat
kebutuhan akan sumberdaya perikanan memperkecil risikoancaman terhadap keberlanjutan usaha perikanan di unti analisis Hartono et.al.
2 Tingkat pendidikan Pencapaian pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk menilai kemajuan
suatu masyarakat. Masyarakat berpendidikan tinggi akan lebih mudah menyerap informasi-informasi kemajuan peradaban sehingga dapat
meningkatkan kualitas penduduk daerah yang bersangkutan. Pendidikan mempunyai korelasi yang kuat dengan berbagai aspek sosial ekonomi.
Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang kuat dengan kualitas hidup dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat. Menurut Hartono et al 2005, semakin tinggi pendidikan masyarakat perikanan maka cenderung akan semakin meningkatkan
kepedulian masyarakat public awareness terhadap keberlanjutan usaha perikanan di wilayahunit analisis.
3 Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
tingkat pengetahuan nelayan mengenai isu-isu lingkungan, seperti ilegal fishing
, pencemaran, kerusakan terumbu karang, dsb. Pengetahuan atau pemahaman tentang lingkungan hidup secara tidak langsung mengindikasikan
tingkat kepedulian nelayan terhadap keberlanjutan usaha perikanan di walayahnya Hartono et. al 2005.
4 Status atau frekuensi konflik Umumnya kelestarian usaha perikanan akan lebih terjamin jika tidak pernah
terjadi konflik, baik konflik antar stakeholder yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap usaha perikanan maupun konflik antara stakeholder
dengan masyarakat diluar usaha perikanan tangkap Hartono et al 2005. Konflik yang terjadi dapat berupa konflik pemanfaatan ruangperebutan DPI
baik antar nelayan maupun dengan sektor lain, seperti perhubungan laut, budidaya dan lain sebagainya.
5 Partisipasi keluarga dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan Semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam usaha perikanan maka
semakin tinggi perhatian akan diberikan kepada keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya perikanan Hartono et. al 2005. Partisipasi keluarga dalam mendukung usaha perikanan memang sangat dibutuhkan untuk menunjang
pendapatan kepala keluarga. Partisipasi ini dapat berupa peran istri dalam menjual maupun mengolah hasil tangkapan.
6 Frekuensi pertemuan antar warga Pertemuan antar warga nelayan sangat penting dilakukan mengingat sangat
kompleksnya penanganan dan pengelolaan sumberdaya perikanan laut. 7 Tingkat hubungan sosial masyarakat perikanan socialisation of fishing
Socialisation of fishing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat
hubungan sosial yang terjadi dalam masyarakat perikanan. Sosialisasi dapat dilakukan secara individu, kerjasama hanya dalam satu keluarga maupun
kerjasama antar kelompok masyarakat nelayan 8 Pengaruh nelayan
Pengaruh nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterkaitan nelayan dalam proses penyusunan regulasi pengelolaan perikanan. Semakin
besar tingkat partisipasi keterlibatanpengaruh masyarakat nelayan perikanan dengan pengetahuan tradisionalnya dalam pengambilan keputusan
dibidang pengelolaan sumberdaya perikanan maka akan mendukung kelestarian sumberdaya perikanan risikoancaman terhadap keberlanjutan
pengelolaan sumberdaya perikanan semakin kecil Hartono et.al 2005. 9 Pendapatan hasil perikanan fishing income
Fishing income yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persentase
pendapatan dari sektor perikanan tangkap terhadap total pendalapan keluarga. Semakin besar persentasebagian pendapatan nelayan dari total pendapatan
keluarga berasal dari usaha perikanan maka semakin tinggi tingkat kepedulian terhadap upaya pelestariankeberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan
Hartono et.al 2005. 10 Keuntungan usaha tangkap per bulan KUT dibanding UMR
Pendapatan nelayan merupakan indikator penting untuk menilai potensi keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Pendapatan yang rendah
mengindikasikan bahwa potensi nelayan untuk mendapatkan kehidupan yang layak semakin tidak terpenuhi. Sebagai pembanding untuk mengukur tingkat
pendapatan nelayan digunakan nilai UMR sehingga dapat dinilai apakah pendapatan nelayan telah sesuai dengan rata-rata pendapatan pekerja pada
industri kecil dan menengah. Pendapatan nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan tanpa mempertimbangkan statusnya.
Hal ini dikarenakan pendapatan nelayan pemilik kapal dan pekerja di Jakarta ralatif sama. Pendapatan nelayan dipengaruhi oleh keuntungan per upaya
tangkap. Menurut model produksi surplus, kegiatan upaya tangkap akan terus meningkat sampai batas tertentu hingga keuntungan tangkap sama dengan nol
Purnomo 2012. Mengacu kepada prinsip tersebut, terjadinya peningkatan upaya tangkap setelah tingkat eksploitasi optimal MSY akan mengakibatkan
penurunan pendapatan nelayan. Kondisi seperti ini saat ini terjadi pada kawasan penelitian sehingga apabila upaya tangkap effort meningkat
pendapatan nelayan akan terus menurun. Pendapatan nelayan nilainya dipengaruhi oleh keuntungan per upaya tangkap KUT dan jumlah upaya
tangkap per bulan. Keuntungan per upaya tangkap KUT didapatkan melalui persamaan sebagai berikut Purnomo 2012 :
dimana : C
t
P = biaya produksi riil
t
E = harga rill
t
Perhitungan UMR didasarkan pada kebutuhan hidup minimal KHM daerah oleh sebab itu perhitungan rata-rata keuntungan per bulan nelayan
dibandingkan UMR dapat menggambarkan kemampuan nelayan dalam mendistribusikan keuntungan ekonomi yang diterimanya untuk peningkatan
sumberdaya dan kesejahteraan keluarganya. Keberlanjutan sosial akan semakin tinggi apabila keberlanjutan ekonomi dapat dicapai.
= effort
D. Keberlanjutan Sumberdaya Ikan pada Dimensi Teknologi
Keberlanjutan teknologi terkait erat dengan keberlanjutan ekonomi dan kelembangaan. Menurut Dunlop et al. 2004 teknologi merupakan faktor
pendorong driver of change bagi tercapainya efisiensi produksi sehingga
mengurangi tingkat kebahayaannya terhadap lingkungan. Porter 1993 menyatakan bahwa pembaharuan teknologi diperlukan apabila secara nyata
mampu menekan biaya produksi. Dengan demikian teknologi yang berkelanjutan dapat diartikan sebagai teknologi yang mampu meningkatkan keuntungan
menyeluruh bagi usaha perikanan baik dari segi peningkatan efisiensi dan produktivitas produksi maupun penurunan limbah dan dampak buruknya terhadap
lingkungan. Pada umumnya, pengembangan teknologi dibidang penangkapan ikan
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas penangkapan untuk memenuhi permintaan konsumsi yang semakin meningkat danatau untuk meningkatkan daya
saing sesama nelayan karena semakin terbatasnya sumberdaya ikan. Perkembangan teknologi yang semakin efektif seperti memperkecil ukuran mata
jaring dan menambah kedalaman jaring bisa berdampak pada menurunnya ketersediaan sumberdaya ikan sehingga persaingan dalam memperebukan
sumberdaya ikan yang terbatas akan terjadi. Persaingan dalam teknologi penangkapan biasanya ditandai dengan dioperasikannya alat penangkpan ikan
yang makin produktif namun kurang ramah lingkungan bahkan bersifat destruktif. Dimensi teknologi merupakan cerminan dari pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap dengan menggunakan suatu teknologi. Teknologi yang baik adalah teknologi yang dapat mendukung keberlanjutan setiap aktivitas ekonomi
dalam sektor perikanan tangkap. Kajian dimensi teknologi ini sangat penting karena aplikasi teknologi dapat menggambarkan tingkat serapan teknologi oleh
masyarakat penggunanya. Pada aktivitas perikanan tangkap, penggunaan teknologi dapat menggambarkan skala usahanya. Interaksi dimensi teknologi
dengan dimensi lainnya, seperti dimensi ekonomi dan sosial dapat berdampak langsung maupun jangka panjang terhadap kondisi dimensi ekologi.
Dalam perikanan tangkap, penggunaan teknologi juga dapat mengindikasikan etika pengelola perikanan dalam memanfaatkan sumberdaya
ikan. Penggunaan teknologi yang tidak tepat dapat memicu terjadinya kerusakan lingkungan atau dapat menimbulkan konflik sosial antar pemanfaat sumberdaya
ikan. Beberapa kriteria untuk teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yaitu selektifitas tinggi, tidak destruktif terhadap habitat, tidak membahayakan nelayan,