Standarisasi Upaya Penangkapan Laj

dikembangkan untuk meningkatkan keberlanjutan ekonomi, ekologi dan sosial. Jika ditelaah lebih lanjut, dimensi teknologi, ekonomi dan ekologi mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Penggunaan teknologi yang efisien pembatasan jumlah effort akan meningkatkan keberlanjutan ekologi karena ikan mempunyai waktu lebih lama untuk pulih sehingga ketersediaan stok ikan di perairan meningkat. Peningkatan stok ikan akan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan nelayan yang berdampak langsung pada peningkatan keuntungan yang diperoleh sehingga nelayan mendapatkan pendapatan yang lebih layak. Pendapatan yang layak akan meningkatkan kesejahteraan nelayan karena nelayan mempunyai cukup sumberdaya untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik. Untuk menentukan status keberlanjutan sumberdaya ikan pelagis secara keseluruhan mencakup lima dimensi, dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai yang didapat dari hasil pembobotan Lampiran 55. Berdasarkan hasil penjumlahan maka indeks keberlanjutan sumberdaya ikan pelagis adalah 39,63 sehingga menurut kriteria status keberlajutan disimpulkan bahwa status keberlanjutan sumberdaya ikan pelagis adalah kurang berkelanjutan. Hasil analisis MDS untuk seluruh dimensi konsisten dengan analisis AHP untuk indeks keberlanjutan per dimensi, yaitu kurang berkelanjutan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan keberlanjutan sumberdaya perikanan pelagis di Provinsi DKI Jakarta harus diketahui atribut-atribut apa yang memeliki pengaruh besar dalam memperngaruhi keberlanjutan sumberdaya perikanan pelagis di Provinsi DKI Jakarta. 7.1.3 Status Keberlanjutan Setiap Dimensi pada Sumberdaya Ikan Pelagis

7.1.3.1 Dimensi Ekologi

Sebagai wilayah pesisir yang strategis karena merupakan pintu gerbang utama aktivitas ekonomi kelautan khususnya untuk wilayah Indonesia Barat, tekanan pemanfaatan perairan Jakarta sangat tinggi, tidak hanya disebabkan oleh sektor kelautan tetapi juga oleh aktivitas ekonomi yang sangat tinggi yang bersumber dari daratan Jakarta. Perairan Jakarta, baik wilayah pesisir maupun Kepulauan Seribu sangat padat dengan segala aktivitas sektor ekonomi, mulai dari perikanan, pariwisata, transportasi, industri sampai dengan sebagai tempat pembuangan limbah yang berasal dari daratan. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap aktivitas perikanan tangkap, wilayah tangkapan semakin berkurang atau bergeser ke wilayah yang lebih jauh. Kondisi perairan juga dapat dilihat dari perhitungan analisis bioekonomi yang menunjukkan bahwa tingkat pemanfaat sumberdaya perikanan tangkap sangat tinggi melebihi tingkat effort lestari. Kondisi ini menyebabkan nelayan memerlukan input yang lebih banyak untuk mendapatkan output yang diinginkan. Berdasarkan perhitungan analisis bioekonomi pada sumberdaya perikan pelagis didapatkan persentase tingkat effort aktual dibandingkan tingkat effort pada kondisi MSY adalah sebesar 482,69 persen. Nilai persentase di atas seratus persen menunjukkan bahwa nilai aktual lebih besar dibandingkan dengan nilai optimal sehingga dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kelebihan input trip yang digunakan sehingga berdampak pada penurunan output produksi yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis telah melebihi potensi maksimum lestari MSY secara biologi atau yang dikenal dengan sebutan biological overfishing dan terlihat pula bahwa penambahan input tidak sebanding dengan peningkatan output yang dihasilkan, atau dapat dikatakan telah terjadi inefisiensi dalam aktivitas penangkapan ikan pelagis. Dengan demikian skor tingkat eksploitasi untuk sumberdaya ikan pelagis adalah telah mengalami overexploited. Tabel 25. Perbandingan kondisi aktual dengan kondisi MSY dan MEY pada sumberdaya ikan pelagis dengan metode estimasi CYP Pemanfaatan Aktual MSY aktual terhadap MSY MEY aktual terhadap MEY CYP Biomass x ton 8.444,21 8.823,85 Produksi h ton 3.515,88 6.257,57 56,19 6.244,92 56,30 Effort Etrip 201.360,07 43.679,64 460,99 41.715,85 482,69 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terpilih, didapatkan fakta bahwa pada umumnya nelayan menjual seluruh hasil tangkapannya berapa pun nilainya. Dibandingkan dengan kondisi sepuluh tahun terakhir, ukuran ikan pelagis saat ini tertangkap menurun banyak dan jenis ikan yang tertangkap berkurang 1-2 jenis serta terjadi pengurangan lokasi area tangkap yang sangat