Keberlanjutan Sumberdaya Ikan pada Dimensi Sosial
Di mana jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian yang dibobot, atau ditulis:
Pada setiap pengukuran yang bersifat mengukur metric seberapa fit goodness of fit, jarak titik pendugaan dengan titik asal, menjadi sangat penting.
Goodness of fit dalam MDS tidak lain mengukur seberapa tepat how well
konfigurasi dari suatu titik dapat mencerminkan data aslinya. Goodness of fit ini dalam MDS dicerminkan dari besaran nilai S-Stress yang dihitung berdasarkan
nilai S di atas. Nilai stress yang rendah menunjukan good fit sementara nilai S yang tinggi sebaliknya. Di dalam Rapfish, model yang baik ditunjukan dengan
nilai stress yang lebih kecil dari 0,25 S 0,25 Fauzi dan Anna 2005. Microsoft Excell
digunakan untuk melakukan analisis MDS berikut dengan algoritma ALSCAL. Metode MDS merupakan salah satu metode ordinasi pada
ruang dimensi yang diperkecil. Ordinasi suatu obyek pengamatan yang diukur dengan menggunakan banyak variable sulit dilihat secara visual mengingat bahwa
posisi obyek di dalam ruang berdimensi lebih dari tiga yang tidak mungkin digambarkan. Analisis multidimensional diterapkan untuk mentrasnformasikan
skor dari keseluruhan atribut keberlanjutan perikanan menurut dimensinya pada ordinasi antara 0 buruk dan 100 baik Kavanagh dan Pitcher 2004. Ketepatan
tranformasi tersebut dikontrol oleh statistik stress dan koefisien determinasi. Asumsi bahwa kinerja pengelolaan terletak antara 0 sampai 100 persen atau
buruk sampai ke baik sekali. Diantara nilai buruk sampai baik maka ada interval nilai kinerja yaitu cukup dan kurang, sehingga diperoleh empat tingkatan kinerja
yaitu buruk, kurang, sedang dan baik. Tingkatan kinerja dibagi menjadi 4 tingkat sehingga diperoleh interval 0, 25 persen, 50 persen, 75 persen, dan 100 persen.
Hasil penilaian kinerja atribut dari masing-masing dimensi dipetakan ke dalam dua titik acuan yang merupakan titik buruk bad dan titik baik good. Kategori
hasil penilaian atribut disajikan pada Tabel 7.
100 50
Buruk unsustainable
Baik sustainable
Tabel 7. Kategori penilaian status keberlanjutan
No Nilai Indeks Dimensi
Kategori Keterangan
1 0,00 – 24,99
Buruk Tidak berkelanjutan
2 25,00 – 49,99
Kurang Kurang berkelanjutan
3 50,00 – 74,99
Cukup Cukup berkelanjutan
4 75,00 – 100,00
Baik Berkelanjutan
Sumber : Nurmalina, 2008 Posisi titik keberlanjutan dapat digambarkan dalam bentuk garis sumbu
vertikal ataupun sumbu horisontal. Nilai indeks keberlanjutan berada pada nilai 0 persen buruk sampai 100 persen baik. Jika dimensi yang dinilai dengan nilai
indeksnya berada di bawah 50 persen maka mempunyai nilai yang kurang atau kurang berkeberlanjutan unsustainable, dan jika dimensi yang dinilai berada di
atas nilai 50 persen maka dimensi dari sistem yang dinilai dapat dikatakan berkelanjutan sustainable. Penilaian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 12.
Gambar 12. Posisi titik keberlanjutan B.
Analisis leverageJacknife Setelah nilai ordinasi indeks keberlanjutan ditemukan melalui ordinasi
RAPFISH Hasil MDS, maka analisis leverage dilakukan untuk melihat atribut apa yang paling sensitif berpengaruh dalam memberikan kontribusi terhadap nilai
indeks keberlanjutan. Selain itu, analisis ini dilakukan untuk memperhitungkan sensitivitas setiap atribut dalam menentukan ordinasi status keberlanjutan
perikanan. Pengolahan datanya dilakukan secara berulang yaitu direduksi satu per satu atribut dari dimensi keberlanjutan perikanan yang ditelaah. Untuk setiap
dimensi keberlanjutan perikanan, setiap reduksi satu atributnya diproses dalam g77ALSCAL.dll untuk menghasilkan ordinasi status keberlanjutan, dan
selanjutnya diterima sebagai masukan oleh modul levereging. Dalam analisis ini ini, pengaruh setiap reduksi atribut diperhitungkan melalui akar kuadrat nilai
tengah RMS ordinasi status keberlanjutan perikanan mengikuti persamaan umum:
Faktor pengungkit adalah atribut yang keberadaannya berpengaruh sensitif
terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan. Semakin besar nilai RMS maka semakin besar peranan atribut tersebut terhadap sensitivitas status
keberlanjutan Kavanagh dan Pitcher 2004. C.
Analisis Monte Carlo Di dalam Rapfish juga memperhitungkan aspek ketidakpastian dan
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis Monte Carlo. Analisis Monte Carlo merupakan metode simulasi untuk mengevaluasi dampak kesalahan
acakgalat random error dalam analisis statistik yang dilakukan terhadap seluruh dimensi Kavanagh dan Pitcher 2004.
Dalam analisis Monte Carlo yang terhubung dengan g77ALSCAL.dll, serangkaian proses simulasi berlangsung untuk menguji pengaruh dari beragam
kekeliruan ketidak-pastian, baik yang berkenaan dengan scoring maupun dalam proses ordinasi status keberlanjutan perikanan. Menurut Kavanagh dan Pitcher
2004, pembangkit bilangan acak dalam analisis ini didasarkan pada sebaran normal galat angka skor dengan nilai tengah 0 dan simpangan baku σ terseleksi
noise berselang kepercayaan confidence interval 95 persen dalam proporsi 20
persen dari selang skor setiap atribut skor antara ‘baik’ dan ‘buruk’. Untuk setiap atribut keberlanjutan perikanan yang ditelaah, peubah acak normal tersebut
G difungsikan sebagai gangguan yang kemudian direkam pengaruhnya dalam ordinasi status keberlanjutan perikanan.
Ketidakpastian dalam analisis Monte Carlo disebabkan oleh Fauzi dan Anna 2005 : 1 Dampak kesalahan dalam skoring akibat minimnya informasi,
2 Dampak dari keragaman dalam skoring akibat perbedaan penilaian, 3 Kesalahan dalam entry data, dan 4 Tingginya nilai stress yang diperoleh dari
algoritma ALSCAL. Dalam penelitian ini, analisis Monte Carlo dilakukan dengan metode “scatter plot” yang menunjukkan ordinasi dari setiap dimensi dan analisis
monte carlo pada selang kepercayaan 95 persen dibandingkan dengan hasil MDS.
Terakhir, hasil penilaian atas masing-masing dimensi keberlanjutan lima dimensi disajikan dengan diagram layang-layang kite diagram pada Gambar 13.
Gambar 13. Diagram layang-layang indeks keberlanjutan multidimensi