Tabel 41. Nilai statistik hasil analisis Rapfish pada dimensi kelembagaan untuk sumberdaya perikanan pelagis
No Atribut Statistik
Nilai Statistik Persentase
1 Stress
0,1436 14,36
2 R
0,9479
2
94,79 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Berdasarkan analisis leverage diketahui bahwa tidak ada atribut-atribut yang dominan mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya perikanan pelagis pada
dimensi kelembagaan Gambar 44.
Gambar 44. Hasil analisis distribusi leverage pada dimensi kelembagaan untuk sumberdaya perikanan pelagis
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Gambar 45 menunjukkan hasil analisis monte carlo untuk sumberdaya
ikan pelagis pada dimensi kelembagaan. Berdasarkan hasil analisis monte carlo diketahui bahwa sumberdaya ikan pelagis pada dimensi kelembagaan telah
mengalami banyak pertubasi. Hal ini ditunjukkan oleh plot biru yang menyebar.
2,92 5,52
1,21 7,68
6,15 5,63
4,70
2 4
6 8
10 ketersediaan peraatutan formal
just management Peranan lembaga formal
equity in entry to fishery adjacency and reliance
alternatives ilegal fishing
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
A tt
ri b
u te
Leverage of Attributes
Gambar 45. Hasil analisis monte carlo untuk sumberdaya ikan pelagis pada dimensi kelembagaan
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
7.1.4 Hasil Analisis Monte Carlo Selang Kepercayaan 95 persen
Analisis monte carlo merupakan serangkaian proses simulasi yang berlangsung untuk menguji pengaruh dari beragam kekeliruan ketidak-pastian,
baik yang berkenaan dengan scoring maupun dalam proses ordinasi status keberlanjutan perikanan. Menurut Law dan Kelton 2000, simulasi Monte Carlo
yang umumnya statik, digunakan untuk memecahkan permasalahan stokastik atau deterministik tertentu. Tabel 42 menyajikan perbandingan indeks keberlanjutan
hasil MDS dengan hasil analsis monte carlo. Tabel 42. Perbandingan indeks keberlanjutan hasil MDS dan Monte Carlo selang
kepercayaan 95 pada sumberdaya ikan pelagis
Dimensi MDS
Monte Carlo Perbedaan
Ekologi 23,46
24,33 0,80
Ekonomi 54,94
54,25 0,69
Sosial 32,05
32,84 0,71
Teknologi 48,84
49,22 0,38
Kelembagaan 42,21
42,03 0,18
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Hasil perbadingan antara analisis monte carlo dengan selang kepercayaan 95 persen dan analisis MDS Tabel 42 menunjukkan bahwa nilai indeks
keberlajutan yang didapat pada setiap dimensi tidak banyak mengalami perbedaan
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
O th
er D
is ti
n g
is h
in g
F ea
tu res
Fisheries Sustainability RAPFISH Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
1. Kecilnya perbedaan ini mengindikasikan bahwa 1 kesalahan dalam pembuatan skor pada setiap atribut relatif kecil, 2 ragam pemberian skor akibat
perbedaan opini relatif kecil, 3 proses analisis yang dilakukan secara berulang stabil, dan 4 kesalahan pemasukkan data dan data yang hilang dapat dihindari.
Dengan demikian diketahui bahwa hasil analisis keberlanjutan yang dilakukan dengan teknik Rapfish untuk sumberdaya perikanan pelagis memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi.
7.2. Status Keberlanjutan Sumberdaya Ikan Demersal 7.2.1 Analisis MDS dengan Teknik Rapfish
Dengan menggunakan analisi MDS untuk menentukkan status sumberdaya ikan demersal secara keseluruhan didapat bahwa indeks keberlanjutan
sumberdaya demersal adalah sebesar 49,44. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka diketahui bahwa sumberdaya ikan demersal berada pada status
kurang berkelanjutan Gambar 46.
Gambar 46 . Hasil MDS untuk sumberdaya ikan demersal Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
7.2.2 Pembobotan Dimensi dengan AHP
Hasil analisis MDS dengan menggunakan teknik Rapfish pada setiap dimensi untuk sumberdaya ikan demersal disajikan pada Gambar 47. Gambar 47
menunjukkan hasil yang hampir sama dengan sumberdaya ikan pelagis, perbedaan indeks keberlanjutan antara sumberdaya ikan pelagis dan demersal hanya terletak
49,44 GOOD
BAD UP
DOWN -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
O th
er D
is ti
n g
is h
in g
F ea
tu res
Fisheries Sustainability RAPFISH Ordination
Real Fisheries References
Anchors
pada dimensi sosial. Indeks keberlanjutan dimensi sosial untuk sumberdaya ikan demersal lebih tinggi sedikit daripada ikan pelagis tetapi status keberlanjutan
keduanya berada pada status kurang berkelanjutan.
Gambar 47. Diagram layang untuk sumberdaya ikan demersal Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Indeks keberlanjutan pada setiap dimensi kemudian diberikan bobot untuk menilai status keberlanjutan sumberdaya perikanan demersal secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil pembobotan pada kelima dimensi keberlanjutan pada sumberdaya perikanan demersal melalui judgement pakar didapatkan hasil seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 48.
Gambar 48. Hasil pembobotan pada dimensi keberlanjutan sumberdaya perikanan demersal
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
23,46 54,94
48,84 44,43
42,21 20
40 60
80 100
Ekologi
Ekon om i
Tekn ologi Sosial
Kelem bagaan
D IAGRAM LAYAN G-LAYAN G
DEMERSAL
10,10 9,79
5,64 5,92
5,70
0,000 2,000
4,000 6,000
8,000 10,000
12,000 Ekologi
Ekonomi Teknologi
Sosial Kelembagaan
Berdasarkan hasil analisis urutan prioritas diketahui bahwa dimensi ekologi merupakan dimensi yang paling mempengaruhi keberlanjutan
sumberdaya perikanan demersal di Provinsi DKI Jakarta sehingga kebijakan yang paling tepat untuk meningkatkan keberlanjutan sumberdaya perikanan demersal di
Provinsi DKI Jakarta adalah mengutamakan perbaikan ekologi perairan. Berbeda dengan sumberdaya ikan pelagis dimana dimensi ekonomi mendapatkan urutan
tertinggi pada sumberdaya ikan demersal dimensi ekologi adalah yang terpenting. Hal tersebut dikarenakan perbedaan karakteristik sumberdaya antara ikan pelagis
dan demersal. Widodo 1980 mengungkapkan perubahan ikan demersal berdasarkan sifat ekologinya, yaitu reproduksi yang stabil, hal ini disebabkan oleh
habitat di lapisan dasar laut yang relatif stabil sehingga mengakibatkan daur hidup ikan demersal juga stabil dan ikan demersal mempunyai daerah ruaya yang
sempit, ikan demersal cenderung menempati suatu daerah dengan tidak membentuk kelompok besar. Oleh karena itu, besar kesediaannya sangat
dipengaruhi oleh luas dan kondisi daerah yang ditempatinya. Apabila kondisi lingkungan memburuk, ikan pelagis masih mampu beruaya ke daerah perairan
baru yang lebih baik kondisinya sedangkan jenis ikan demersal tidak mampu untuk menghindar sehingga dapat mengakibatkan penurunan stok sumberdaya
ikan demersal. Berdasarkan Gambar 48 juga diketahui bahwa setelah dimensi ekologi,
dimensi ekonomi dan teknologi juga berpengaruh kuat terhadap meningkatnya keberlanjutan sumberdaya perikanan demersal. Ketiga dimensi ini memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Keberlanjutan pada sumberdaya ikan demersal bertolak pada dimensi ekologi. Keberlanjutan pada dimensi ekologi terutama
dipengaruhi oleh ketersediaan stok sumberdaya ikan diperairan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan. Jika ketersediaan stok meningkat akibat adanya
perbaikan pada kondisi perairan maka secara langsung akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh nelayan. Keuntungan yang meningkat akan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan nelayan melalui pendapat yang layak sehingga nelayan mempunyai lebih banyak sumberdaya untuk meningkatkan
kualitas hidupnya.
Untuk menentukan status keberlanjutan sumberdaya ikan demersal secara keseluruhan mencakup lima dimensi, dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai
yang didapat dari hasil pembobotan. Berdasarkan hasil penjumlahan maka indeks keberlanjutan sumberdaya ikan deemersal adalah 37,15 sehingga menurut kriteria
status keberlajutan maka status keberlanjutan sumberdaya ikan demersal adalah kurang berkelanjutan Lampiran 56.
7.2.3 Status Keberlanjutan Setiap Dimensi pada Sumberdaya Perikanan Demersal
7.2.3.1 Dimensi Ekologi
Berdasarkan hasil analisis bioekonomi Tabel 43 pada sumberdaya ikan demersal didapatkan bahwa persentase tingkat produksi dan tingkat effort aktual
terhadap tingkat produksi dan tingkat effort pada kondisi MSY berturut-turut sebesar 99,2 persen dan 195,6 persen. Nilai persentase di atas seratus persen
menunjukkan bahwa nilai aktual lebih besar dibandingkan dengan nilai optimal sehingga dapat disimpulkan bahwa telah terjadi kelebihan input trip yang
digunakan namun demikian kenaikan input tidak dibarengi dengan kenaikan output yang dihasilkan sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas penangkapan
sumberdaya perikanan demersal telah mengalami overexploited.
Tabel 43. Perbandingan kondisi aktual terhadap kondisi MSY dan MEY pada sumberdaya perikanan demersal
Pemanfaatan Aktual
MSY aktual
thd MSY
MEY aktual
thd MEY
Schnute
Biomass x ton 51.338,8
52.374,7 Produksi h
ton 20.847,6
21.014,0 99,2
21.005,5 99,2
Effort Etrip 115.176
58.876 195,6
57.690 199,6
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Selain hasil analisis bioekonomi, penilaian skor atibut dalam dimensi
ekologi juga didasarkan pada hasil wawancara dengan responden terpilih. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terpilih dapat disimpulkan
beberapa hal, yaitu sebagian besar nelayan menjual seluruh hasil tangkapannya berapa pun harganya, telah terjadi sedikit penurunan ukuran ikan demersal
tertangkap dan jumlah jenis ikan demersal yang tertangkap berkurang 1-10 jenis
dalam kurun waktu lima tahun, juga telah terjadi pengurangan lokasi area tangkap yang sangat banyak dan cepat. Selain itu, berdasarkan pengamatan langsung,
expert meeting , dan hasil wawancara dengan responden juga diketahui bahwa
tekanan pemanfaatan perairan di Jakarta sudah sangat tinggi. Tabel 44 menunjukkan realitas berupa skor pada setiap atribut dalam dimensi ekologi untuk
sumberdaya ikan demersal. Tabel 44. Nilai skor pada dimensi ekonomi untuk sumberdaya ikan demersal
No Indikator
Baik Buruk
Skor Penilaian
1 Tingkat eksploitasi
3 3
Analisis bioekonomi
2 Proporsi ikan yang
dibuang 2
Nilai modus 3
Tekanan pemanfaatan perairan
2 2
Nilai modus dan expert meeting
4 Tingkatan kolaps
2 2
Nilai modus 5
Ukuran ikan tertangkap
2 1
Nilai modus 6
Jumlah jenis ikan tertangkap
2 1
Nilai modus Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Nilai skor tersebut kemudian dianalisis menggunakan alat analisis Rapfish. Gambar 49 menunjukkan hasil Rapfish yang menunjukkan kondisi atau status
keberlanjutan sumberdaya ikan demersal dari dimensi ekologi. Nilai skor keberlanjutan pada dimensi ekologi yang diperoleh adalah 23,46 maka
berdasarkan klasifikasi kondisi atau status keberlanjutan, kondisi keberlanjutan sumberdaya ikan demersal berada pada status tidak berkelanjutan.