Ruang Lingkup dan Asumsi Model Model Sumberdaya Perikanan Tangkap Berkelanjutan

Gambar 77. Hasil simulasi sub model sosial pada sumberdaya ikan demersal Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Berdasarkan hasil simulasi diketahui bahwa KUT per bulan pada kondisi aktual berada di bawah KUT per bulan pada kondisi optimal. Indikator pada dimensi sosial sangat dipengaruhi oleh keberlanjutan pada dimensi ekonomi dan ekologi. keuntungan trip dalam 1 bulan 400 300 200 100 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Time Year ju ta R p keuntungan trip dalam 1 bulan : Demersal Sc MEY keuntungan trip dalam 1 bulan : Demersal Sc MSY keuntungan trip dalam 1 bulan : Demersal Sc Aktual

IX. IMPLIKASI KEBIJAKAN

Dari beberapa hasil analisis yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa implikasi kebijakan terkait dengan konteks pengembangan ekonomi perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta. Landasan strategi untuk memperoleh rumusan kebijakan pengembangan ekonomi perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta adalah hasil dari serangkaian analisis yang telah dilakukan. Secara ringkas hasil analisis dari studi ini disajikan pada Tabel 60. Hasil analisis bioekonomi mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan pelagis dan demersal sudah mengalami biological dan economic overfishing. Hasil analisis degradasi dan depresiasi menunjukkan bahwa sumberdaya ikan pelagis di DKI Jakarta telah mengalami degradasi dan depresiasi sedangkan sumberdaya ikan demersal belum mengalami degradasi dan depresiasi. Dari hasil analisis keberlanjutan pada masing-masing dimensi keberlanjutan pada sumberdaya ikan pelagis dan demersal diketahui bahwa hanya dimensi ekonomi yang berada pada status cukup berkelanjutan sedangkan dimensi ekologi berada pada status tidak berkelanjutan dan dimensi sosial, teknologi, dan kelembagaan berada pada status kurang berkelanjutan. Hasil simulasi pada model pengelolaan perikanan pelagis dan demersal diketahui dengan adanya pembatasan upaya tangkap akan meningkatkan stok, volume produksi dan keuntungan tangkap sedangkan tanpa adanya pembatasan upaya tangkap akan menyebabkan stok sumberdaya terkuras sehingga mengakibatkan turunnya volume tangkap dan keuntungan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka kebijakan yang dapat diambil untuk meningkatkan status keberlanjutan sumberdaya perikanan pelagis dan demersal adalah sebagai berikut : 1 Dari perspektif ekologi perlu dilakukan implementasi kebijakan untuk mengatasi eksploitasi sumberdaya perikanan tangkap di Provinsi DKI Jakarta yang sudah mengalami overfishing. Dalam kondisi sumber daya ikan yang telah sangat terbatas maka diperlukan pengelolaan upaya penangkapan secara tepat. Untuk menangani hal tersebut, kebijakan yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah melakukan pengaturan upaya penangkapan pada tingkat lestari yaitu pada tingkat 41.716 trip per tahun untuk ikan pelagis dan 57.690 trip per tahun untuk ikan demersal. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebijakan ini dapat meningkatkan stok sumberdaya, volume tangkapan dan memberikan pengaruh peningkatan nilai keuntungan. Kebijakan pengaturan upaya penangkapan menyangkut pengelolaan sumber daya ikan dan perilaku nelayan. Agar kebijakan ini dapat berlaku efektif, tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah adalah :  Menyusun perangkat legislasi atau aturan hukum dalam bentuk Perda Peraturan Daerah mengenai pembatasan upaya penangkapan melalui pemberian izin. Instrumen ini merupakan perangkat utama yang diperlukan agar pembatasan upaya tangkap dapat berlangsung secara efektif dan bijaksana Lutchman et al. 2009. Dalam penyusunan Perda maupun implementasi diperlukan kerjasama dan koordinasi antar stakeholders terkait termasuk nelayan. Pengaturan izin upaya tangkap sebaiknya didasarkan atas kepentingan nelayan.  Meningkatkan efektifitas pengawasan aturan hukum, melalui optimalisasi peran dan fungsi kelompok masyarakat pengawas Pokmaswas. Sebagaimana ditunjukkan oleh hasil bioekonomi dan analisis sistem dinamis, keberlanjutan perikanan tangkap akan sangat tergantung pada ketersediaan stok sumberdaya. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan kebijakan yang ditujukan untuk pengkayaan stok stock enhancement melalui kegiatan konservasi dan rehabilitasi. 2 Pada dimensi ekonomi diperlukan kebijakan yang dapat meningkatkan efisiensi, misalnya perbaikan struktur harga jual ikan melalui mekanisme lelang yang dilakukan pada setiap TPI yang berada di wilayah DKI Jakarta. Pengembangan skill nelayan termasuk dalam penanganan produk perikanan untuk memperoleh nilai tambah, perlu dilakukan. Selain itu, pemerintah perlu membuat lapangan kerja alternatif agar nelayan tidak hanya bertumpu pada sektor penangkapan tetapi tetap sesuai dengan ‘jiwa bahari’ seperti mengembangkan sektor wisata berbasis perikanan.