Komponen biaya merupakan faktor penting dalam usaha perikanan tangkap karena besarnya biaya akan mempengaruhi efisiensi dari usaha tersebut.
Harga yang digunakan untuk mengestimasi parameter ekonomi adalah harga riil. Harga riil adalah harga yang diperoleh dilapangan dikalikan dengan
Indeks Harga Konsumen IHK. Pada penelitian ini digunakan IHK dengan tahun dasar 2007. Langkah berikutnya adalah melakukan penyesuaian dengan IHK
sehingga diperoleh nilai biaya per trip dan harga per ton seperti yang disajikan dalam Tabel 21.
Tabel 21. Biaya per trip dan harga sumberdaya ikan demersal
Tahun IHK
IHK 2007 Biaya Trip
Rptrip Harga
Juta Rpton
1997 58,87
41,75 0,0419
2,9060 1998
60,00 42,56
0,0427 2,9619
1999 73,22
51,93 0,0521
3,6144 2000
77,46 54,93
0,0551 3,8235
2001 88,30
62,62 0,0628
4,3586 2002
100,00 70,92
0,0711 4,9363
2003 108,22
76,76 0,0770
5,3423 2004
113,16 80,26
0,0805 5,5859
2005 123,05
87,27 0,0875
6,0741 2006
135,36 96,00
0,0962 6,6818
2007 141,00
100,00 0,1003
6,9602 2008
109,81 109,81
0,1101 7,6430
2009 118,62
118,62 0,1189
8,2562 2010
132,42 132,42
0,1328 9,2167
2011 138,57
138,57 0,1389
9,6447 2012
144,45 10,0540
Rata-rata 0,0845
5,8670
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
6.2.5 Estimasi Produksi Lestari
Produksi lestari dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu produksi lestari maksimum MSY dan produksi lestari secara ekonomi yang maksimum
MEY. Pada analisis estimasi MSY, variabel yang digunakan berupa parameter biologi saja sedangkan pada analisis MEY, variabel yang digunakan adalah
parameter biologi dan ekonomi. Parameter biologi diantaranya parameter r, q, K,
sedangkan parameter ekonomi seperti c cost per-unit effort, harga riil real price
.
Tabel 22.Parameter biologi dan ekonomi sumberdaya ikan demersal dengan menggunakan metode estimasi Schnute
No Variabel Kendali
Simbol Nilai
1 Tingkat pertumbuhan
r 0,819
2 Koefisien kemampuan tangkap
q 0,0000067
3 Daya dukung lingkungan perairan
K 102.677,51
4 Harga per ton juta Rp
p 5,87
5 Biaya per trip juta Rp
c 0.085
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Berdasarkan Tabel 23 dapat disimpulkan bahwa perubahan atau
penambahan effort tidak selalu diikuti penambahan produksi. Tingkat effort yang tinggi diikuti dengan menurunnya nilai produksi lestari yang sangat signifikan.
Berkurangnya nilai produksi lestari mengindikasikan bahwa pengurasan sumberdaya ikan yang terbatas telah terjadi seiring dengan peningkatan effort
karena peningkatan effort tidak seirama dengan rekruitmen atau daya pulih sumberdaya ikan yang dalam jangka panjang akan menimbulkan biological
overfishing . Secara grafis ditunjukkan oleh Gambar 24.
Tabel 23. Nilai effort, produksi aktual dan produksi lestari sumberdaya ikan demersal
Tahun Effort
Et Produksi Aktual
Produksi Lestari
1997 55.537
2.390,41 20.946,33
1998 103.362
1.835,12 9.019,01
1999 132.997
2.451,19 12.286,60
2000 93.408
2.227,45 13.786,65
2001 100.377
2.123,24 10.575,19
2002 133.727
2.997,52 12.945,71
2003 134.738
1.950,29 13.868,73
2004 150.768
2.074,47 30.169,18
2005 85.429
1.476,55 16.741,13
2006 46.027
2.323,68 20.012,88
2007 34.858
5.104,64 17.516,37
2008 36.421
4.283,03 17.956,93
2009 55.244
9.761,22 20.933,94
2010 102.137
15.616,31 9.670,83
2011 115.175
20.847,60 1.802,38
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Gambar 24. Perbandingan tingkat produksi aktual dan produksi lestari sumberdaya ikan demersal
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
6.2.6 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Demersal
Hasil perhitungan dari masing-masing kondisi tersebut dari berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan demersal di Provinsi DKI Jakarta secara ringkas
disajikan dalam Tabel 24.
40.000,00 30.000,00
20.000,00 10.000,00
- 10.000,00
20.000,00 30.000,00
Produksi Lestari Produksi Aktual
Tabel 24. Hasil Analisis bioekonomi dalam berbagai rezim pengelolaan sumberdaya ikan demersal dengan metode estimasi Schnute
Rezim Pengelolaan x ton
h ton E trip
π juta Rp Sole Owner MEY
52.374,74 21.005,47 57.690
118.364,59
Open Acces OAY 2.071,97
1.661,97 115.381
0,00 MSY
51.338,76 21.014,03 58.879
118.314,38
Aktual 20.847,60
115.175 112.580,27
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Pada kondisi MEY Sole Owner, jumlah stok ikan demersal di perairan
Jakarta adalah sebanyak 52.374,74 ton dengan hasil tangkapan sebesar 21.005,47 ton untuk jumlah upaya tangkap sebanyak 57.690 trip sehingga nilai rente yang
didapatkan adalah sebesar Rp118.364,59 juta. Rezim Open Access hanya menghasilkan biomassa optimal sebanyak
2.071,97 ton dengan tingkat produksi optimal yang bisa didapat adalah sebesar 1.661,97 ton dengan jumlah upaya tangkap sebanyak 115.381trip. Rente ekonomi
yang diperoleh jika menerapkan rezim open access adalah Rp 0,-. Pada kondisi MSY, stok ikan demersal adalah 51.338,76 ton dengan hasil
tangkapan optimal sebesar 21.014,03 ton dan jumlah upaya tangkap yang diperbolehkan sebanyak 58.879 trip dengan rente ekonomi optimal yang didapat
sebesar Rp118.314,38 juta. Dengan membandingkan kondisi aktual dan kondisi optimal maka dapat
disimpulkan bahwa aktivitas penangkapan ikan demersal di DKI Jakarta sudah mengalami biological overfishing. Tingkat effort aktual sudah melebihi tingkat
effort optimal tetapi kenaikan tingkat effort input tidak diimbangi dengan
kenaikan tingkat produksi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produksi aktual yang lebih rendah dari tingkat produksi optimal sehingga keuntungan aktual lebih
rendah dari keuntungan optimal. Dengan demikian aktivitas penangkapan ikan demersal di perairan Jakarta dapat dikatakan sudah mengalami economic
overfishing Gambar 25.