Gambar 63. Hasil analisis monte carlo untuk sumberdaya ikan demersal pada dimensi kelembagaan
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
7.2.4 Hasil Analisis Monte Carlo Selang Kepercayaan 95 persen
Analisis monte carlo merupakan serangkaian proses simulasi yang berlangsung untuk menguji pengaruh dari beragam kekeliruan ketidak-pastian,
baik yang berkenaan dengan scoring maupun dalam proses ordinasi status keberlanjutan perikanan. Menurut Law dan Kelton 2000, simulasi Monte Carlo
yang umumnya statik, digunakan untuk memecahkan permasalahan stokastik atau deterministik tertentu. Tabel 58 menyajikan perbandingan indeks keberlanjutan
hasil MDS dengan hasil analsis monte carlo.
Tabel 58. Perbandingan indeks keberlanjutan hasil MDS dan Monte Carlo selang kepercayaan 95 pada sumberdaya ikan demersal
Dimensi MDS
Monte Carlo Perbedaan
Ekologi 23,46
24,33 0,80
Ekonomi 54,94
54,25 0,69
Sosial 44,42
44,68 0,26
Teknologi 48,84
49,22 0,38
Kelembagaan 42,21
42,03 0,18
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
O th
er D
is ti
n g
is h
in g
F ea
tu res
Fisheries Sustainability RAPFISH Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
Hasil perbadingan antara analisis monte carlo dengan selang kepercayaan 95 persen dan analisis MDS Tabel 58 menunjukkan bahwa nilai indeks
keberlajutan yang didapat pada setiap dimensi tidak banyak mengalami perbedaan 1. Kecilnya perbedaan ini mengindikasikan bahwa 1 kesalahan dalam
pembuatan skor pada setiap atribut relatif kecil, 2 ragam pemberian skor akibat perbedaan opini ralatif kecil, 3 proses analisis yang dilakukan secara berulang
stabil, dan 4 kesalahan pemasukkan data dan data yang hilang dapat dihindari. Dengan demikian diketahui bahwa hasil analisis keberlanjutan yang dilakukan
dengan teknik Rapfish untuk sumberdaya perikanan demersal memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
VIII. ANALISIS DINAMIK
8.1 Analisis Sistem
Analisis sistem bertujuan untuk mengkaji sistem keberlanjutan perikanan tangkap sehingga diperoleh gambaran dan pemahaman sistem secara mendalam.
Pada analisis sistem dihasilkan spesifikasi sistem secara rinci yang mencakup batasan sistem system boundary, tujuan sistem, elemen-elemen sistem dan
mekanisme sistem. Analisis sistem diawali dengan melakukan analisis situasi terhadap sistem keberlanjutan perikanan tangkap untuk mendapatkan gambaran
sistem secara umum. Pada analisis sistem tercakup pula tahapan-tahapan pendekatan sistem, seperti analisis kebutuhan sistem, formulasi permasalahan dan
identifikasi sistem sehingga diperoleh pemahaman sistem secara rinci. Pemahaman yang diperoleh digunakan sebagai masukan untuk menentukan
indikator-indikator keberlanjutan perikanan tangkap serta sebagai dasar dalam membangun model dinamik keberlanjutan perikanan tangkap di Provinsi DKI
Jakarta.
8.1.1 Analisis Situasi
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu wilayah strategis di Indonesia. Sebagai ibukota negara sekaligus pusat bisnis nasional, Jakarta mempunyai
peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Perairan Jakarta merupakan wilayah pesisir yang strategis sekaligus paling rentan terhadap
perubahan, gangguan, dan pencemaran oleh manusia. Strategis karena pesisir Jakarta merupakan pintu gerbang utama aktivitas ekonomi kelautan khususnya
untuk wilayah bagian barat Indonesia, dan daerah paling rentan karena merupakan penyangga bagi ekosistem daratan Jakarta yang demikian tinggi aktivitas
manusianya Kusumastanto 2007. Keberadaan perairan Jakarta tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan laut tetapi juga oleh
kebijakan pembangunan di darat karena pesisir Jakarta merupakan muara dari 13 sungai sehingga pengelolaan pesisir Jakarta melibatkan banyak pihak terkait.
Banyaknya kepentingan dan tantangan dalam mengelola dan mengembangkan kawasan pesisir utara Jakarta berkontribusi langsung terhadap terjadinya
degradasi lingkungan di kawasan ini.
8.1.2 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan adalah langkah awal dalam menentukan kebutuhan dari komponen-komponen sistem yang ada. Hal ini dapat dipergunakan untuk
merancang model sistem seperti diagram sebab akibat dan lain-lain. Banyaknya pelaku sistem pada perikanan tangkap di Provinsi DKI Jakarta menjadikan aspek
analisis menjadi terlalu luas sehingga analisis kebutuhan pelaku sistem dalam perikanan tangkap di Provinsi DKI Jakarta hanya dibagi menjadi empat pelaku
utama, yaitu nelayan, pemerintah, pengempul, dan masyarakatkonsumen.
Tabel 59. Analisis kebutuhan sistem pada aktivitas perikanan tangkap di DKI Jakarta
No Pelaku Sistem
Kebutuhan Pelaku Sistem
1 Nelayan
1. Informasi DPI 2. Informasi stok ikan
3. Informasi fasilitas dan akses pemasaran 4. Perizinan usaha
5. Keberlangsungan usaha 6. Perlindungan hukum
7. Asuransi 8. Pelatihan dan penyuluhan
2 Pemerintah daerah
DKP 1. Informasi jumlah nelayan
2. Informasi jumlah armada 3. Informasi jenisjumlah alat tangkap
4. Informasi fishing ground nelayan 5. Informasi hasil tangkapan
6. Perapihan sistem penangkapan pemberian izin
dll 7. Pendapatan daerah meningkat
8. Keterpaduan sektoral 9. Informasidata usaha di wilayah pesisir dan laut
3 Pedagang pengumpul
1. Terciptanya profit untuk keberlangsungan usaha 2. Ketersediaan ikan didistribusikan dan di
pasarkan 3. Akses terhadap lembaga keuangan mudah
4. Harga beli bahan baku terjangkau 5. Fasilitas untuk memudahan pemasaran dan
distribusi 4
Masyarakatkonsumen 1. Harga produk perikanan terjangkau
2. Kualitas produk ikan yang baik dan aman dikonsumsi
3. Kemudahan mendapatkan produk perikanan yang berkualitas
Sumber : Hasil Analsis Data, 2013
8.1.3 Formulasi Permasalahan
Formulasi permasalahan adalah pernyataan mengenai kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan pelaku sistem berdasarkan analisis kebutuhan dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam sistem pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta, permasalahan yang dihadapi dapat
diformulasikan sebagai berikut: 1 Sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang migratif dan open access
sehingga konflik antar pemanfaat sumberdaya rentan terjadi. Selain itu, kondisi perairan Jakarta adalah perairan yang padat dan multiusers sehingga
seringkali menghadapi masalah konflik kepentingan antar stakeholders. 2 Stok sumberdaya perikanan tangkap bersifat terbatas namun upaya
penangkapan sumberdaya ikan tidak terbatas. Apabila kondisi ini dibiarkan maka dapat menimbulkan inefisiensi dalam usaha penangkapan ikan karena
jumlah input yang dikeluarkan tidak sebanding dengan jumlah output yang didapat.
3 Ketidakadanya pembatasan effort pada usaha penangkapan ikan
menyebabkan semakin rendahya tingkat keuntungan yang diperoleh oleh nelayan sehingga mengancam keberlanjutan usaha perikanan tangkap.
4 Untuk meningkatkan keuntungannya, saat ini nelayan Jakarta berupaya meningkatkan produktivitas alat tangkapnya. Kondisi ini jika dibiarkan dapat
menyebabkan terjadinya konlik antar nelayan dalam memperebutkan sumberdaya ikan yang semakin terbatas.
5 Saat ini, belum ada alternatif kebijakan yang tepat selain terfokus pada upaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh nelayan. Kebijakan yang
terkait dengan usaha perbaikan lingkungan perairan belum maksimal karena setiap alternatif kebijakan memiliki konsekuensi yang berbenturan dengan
kepentingan stakeholder lain. 6 Aktivitas perikanan tangkap di Provinsi DKI Jakarta belum mempunyai
instrumen untuk menilai keberlanjutannya pada masa mendatang secara komprehensif. Perikanan tangkap belum mempunyai ukuran dan prioritas
untuk menilai aspek mana saja yang perlu untuk diperbaiki dan bagaimana
cara perbaikan yang paling tepat agar aktivitas perikanan tangkap dapat berkelanjutan.
8.1.4 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem adalah tahapan yang bertujuan mengenali sistem, menetapkan batasannya, menganalisis perilaku sistem dan hubungan antar pelaku
sistem dan komponen lainnya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Identifikasi sistem juga bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem
keberlanjutan perikanan tangkap dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan adalah diagram kausal causal loop diagram yang kemudian diterjemahkan
dalam bentuk diagram input-output. Diagram kausal merupakan penggambaran sistem keberlanjutan perikanan tangkap serta berbagai komponennya yang terkait,
berikut interaksinya yang menjelaskan perilaku hubungan sebab akibat antar komponen sistem dalam mencapai tujuan Eriyatno 1999.
Diagram kausal sumberdaya perikanan tangkap berkelanjutan disajikan pada Gambar 64. Keberlanjutan ekologi akan tercapai apabila terdapat
kesinambungan stok sumberdaya. Kesinambungan akan tercapai apabila sumber daya ikan yang ditangkap tidak melebihi jumlah tangkapan lestari. Keberlanjutan
ekonomi akan tercapai apabila nelayan memperoleh keuntungan dari kegiatan penangkapan ikan. Volume produksi yang dihasilkan dipengaruhi oleh stok ikan.
Apabila stok ikan di perairan menurun maka volume produksi juga menurun, sebaliknya apabila stok sumberdaya ikan meningkat maka volume produksinya
juga akan meningkat. Peningkatan effort juga berpengaruh terhadap berkurangnya keuntungan usaha perikanan tangkap. Apabila effort untuk menangkap
sumberdaya ikan semakin tinggi maka beban biaya produksi yang ditanggung oleh nelayan akan semakin besar sehingga dapat mengakibatkan kerugian,
demikian juga sebaliknya.