Gambar 31. Faktor pengungkit pada dimensi ekologi Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Berdasarkan analisis monte carlo diketahui bahwa kondisi ekologis sumberdaya perikanan pelagis banyak mengalami pertubasi gangguan dilihat
dari plot yang menyebar, seperti disajikan pada Gambar 32.
Gambar 32. Hasil analisis Monte Carlo untuk sumberdaya ikan pelagis pada dimensi ekologi
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
2,4 7,8
6,7 8,0
4,7 2,4
1 2
3 4
5 6
7 8
9 size of fish caught
species caught Tekanan pemanfaatan perairan
exploitation status range collapse
proporsi ikan yang dibuang
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
A tt
ri b
u te
Leverage of Attributes
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
O th
er D
is ti
n g
is h
in g
F ea
tu res
Fisheries Sustainability
RAPFISH Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
7.1.3.2 Dimensi Ekonomi
Berdasarkan hasil perhitungan analisis bioekonomi didapatkan tingkat keuntungan optimal yang diperoleh pada kondisi aktual dan MSY. Pada kondisi
aktual, keuntungan usaha perikanan pelagis adalah sebesar Rp6.618,56 juta sedangkan keuntungan pada saat kondisi MSY adalah sebesar RP40.879,65 juta.
Secara ringkas perbandingan perhitungan keuntungan aktual dan optimal disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Perbandingan tingkat keuntungan pada kondisi aktual, MSY dan MEY
Kondisi Pengelolaan
Effort Produksi
Harga jutaton
Biaya jutatri
Total cost
Total Revenue
Profit Aktual
201.360 3.515,88
7,1783 0,0925
18.619,43 25.237,99 6.618,56
MSY 43.680
6.257,57 7,1783
0,0925 4.038,98
44.918,63 40.879,65 MEY
41.716 6.244,92
7,1783 0,0925
3.857,40 44.827,84 40.970,44
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Tabel 28 menunjukkan terlihat bahwa penambahan input tidak sebanding
dengan output yang dikeluarkan. Hal ini berarti telah tejadi inefisiensi ekonomi dalam usaha penangkapan ikan pelagis. Keuntungan aktual yang diperoleh dalam
usaha penangkapan ikan pelagis hanya bersifat sementara karena tingkat effort yang digunakan telah melebihi effort lestari. Perhitungan analisis kelayakan
investasi pada alat tangkap ikan pelagis, yaitu payang, jarung insang dan pancing didapatkan hasil seperti disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29. Hasil perhitungan NPV dan IRR pada usaha penangkapan ikan pelagis
Keterangan Umur Teknis Gill net
Pancing Payang
Rata-Rata
NPV 10 tahun
27.732.866 5.183.036 12.959.187 15.291.697 IRR 6
10 tahun 1,61
1,34 1,46
1,47 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Berdasarkan hasil perhitungan analisis kelayakan investasi untuk usaha perikanan pelagis dapat disimpulkan bahwa usaha perikanan pelagis dengan
menggunakan alat tangkap jaring insang, pancing dan payang adalah usaha yang layak NPV 0 dan IRR6. NPV adalah keuntungan yang dapat diperoleh
selama sepuluh tahun jika dinilai pada saat sekarang. Nilai IRR rata-rata adalah 1,47, yang berarti bahwa usaha penangkapan ikan pelagis mampu memberikan
tingkat pengembalian atau keuntungan 1,47 per tahun dari seluruh investasi yang ditanamkan selama umur usaha sepuluh tahun. Berdasarkan kritria pada
atribut keuntungan dilihat dari perolehan keuntungan dengan analisis bioekonomi dan analisis kelayakan investasi disimpulkan bahwa usaha ini hanya mendapat
sedikit keuntungan. Gambar 33 menyajikan persentase kontribusi sektor perikanan terhadap
total F Provinsi DKI Jakarta. Dari tahun 1997 sampai tahun 1999, kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB meningkat namun setelah tahun 1999 kontribusi
sektor perikanan terus menurun. Dilihat dari besarnya persentase kontribusi sektor perikanan terhadap total PDRB ibukota yang sangat kecil dengan kecenderungan
yang semakin menurun setiap tahun maka sektor kelautan dan perikanan di Provinsi DKI Jakarta tidak menjadi prioritas dalam pembangunan ibukota secara
keseluruhan.
Gambar 33. Persentase kontribusi PDRB sektor perikanan terhadap total PDRB Provinsi DKI Jakarta
Sumber : BPS, 2012 Berdasarkan Buku Statistik Perikanan Provinsi DKI Jakarta, proporsi
sumberdaya ikan pelagis yang didatangkan dari luar Jakarta dibandingkan dengan total produksi ikan pelagis Jakarta ditunjukkan pada Tabel 30.
0,01 0,02
0,03 0,04
0,05 0,06
0,07 0,08
Kontribusi
Tabel 30. Proporsi sumberdaya ikan pelagis yang didatangkan dari luar Jakarta dibandingkan dengan total produksi ikan Jakarta
Tahun Volume Produksi ton
Total Persentase Ikan
Luar thd Total Produksi
Ikan Lokal Ikan Luar
1997 12.574,827
18.713,980 31.288,807
59,81 1998
10.837,265 20.727,806
31.565,071 65,67
1999 15.013,985
22.874,901 37.888,886
60,37 2000
11.236,229 21.962,990
33.199,219 66,16
2001 5.759,775
22.570,057 28.329,832
79,67 2002
6.186,795 17.329,263
23.516,058 73,69
2003 8.431,456
5.347,823 13.779,279
38,81 2004
9.935,039 4.914,808
14.849,847 33,10
2005 10.640,162
5.996,255 16.636,417
36,04 2006
12.562,273 48.997,851
61.560,124 79,59
2007 8.911,080
71.776,844 80.687,924
88,96 2008
7.127,065 44.341,114
51.468,179 86,15
2009 7.273,198
37.811,765 45.084,963
83,87 2010
4.678,118 84.381,801
89.059,919 94,75
2011 3.515,979
82.966,578 86.482,557
95,93
Rata-rata 69,505
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Berdasarkan Tabel 30 diketahui banwa rata-rata kontribusi ikan pelagis
luar yang didaratkan di Jakarta adalah sebesar 69,505 persen. Penilaian untuk atribut penyerapan tenaga kerja didasarkan pada persentase jumlah tenaga kerja
dibidang usaha tangkap dibandingkan dengan jumlah penduduk, seperti yang tersaji dalam Tabel 31.
Tabel 31. Penyerapan tenaga kerja usaha perikanan tangkap
Tahun Jumlah
Penduduk Jumlah Nelayan
Persentase
1997 7.610.067
19.177 0,25
1998 7.818.573
19.425 0,25
1999 7.831.520
20.491 0,26
2000 7.578.701
21.012 0,28
2001 7.418.390
23.941 0,32
2002 7.443.030
26.353 0,35
2003 7.456.931
26.601 0,36
2004 7.471.866
24.095 0,32
2005 7.521.520
24.036 0,32
2006 7.505.505
24.990 0,33
2007 7.554.761
22.690 0,30
2008 7.005.180
30.091 0,43
2009 8.523.157
23.827 0,28
2010 8.556.713
23.796 0,28
2011 9.229.523
20.550 0,22
Rata-rata
0,30 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
Penilaian untuk atribut lainnya, seperti kepemilikan, other income, dan orientasi pasar didasarkan pada hasil wawancara dengan responden terpilih. Sifat
kepemilikan sarana penangkapan nelayan penangkap ikan pelagis semuanya dimiliki pemilik lokal dan pada umumnya nelayan merupakan pekerjaan utama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terpilih dan expert meeting, hasil tangkapan nelayan Jakarta seluruhnya diserap oleh pasar lokal untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi masyarakat Jakarta. Tabel 32 menunjukkan hasil penilaian pada setiap atribut dalam dimensi ekonomi untuk sumberdaya perikanan pelagis.