dimana : = laju degradasi
h h
= produksi lestari pada periode t
4.4.4.2 Analisis Laju Depresiasi
= produksi aktual pada periode t
Analisis depresiasi sumberdaya ditujukan untuk mengukur perubahan nilai moneter dari pemanfaatan sumberdaya alam, atau dengan kata lain depresiasi
merupakan pengukuran degradasi yang dirupiahkan. Menurut Anna S 2003 formula pengukuran depresiasi sumberdaya dapat dinotasikan sebagai berikut :
dimana : = laju degradasi
π π
= keuntungan lestari pada periode t
4.4.3 Analisis Keberlanjutan
= keuntungan aktual pada periode t
4.4.3.1 Dimensi Keberlanjutan
Berbeda dengan sumberdaya daratan terresterial, sumberdaya perikanan tangkap bersifat migratif, open access dan common property, yaitu sumberdaya
tidak menetap pada suatu kawasan saja, pemanfaatannya bersifat terbuka dan kepemilikannya bersifat umum. Oleh sebab itu pembangunan sumberdaya ikan
berkelanjutan berarti pembangunan yang tidak hanya mampu menciptakan kegiatan penangkapan sumberdaya perikanan tangkap yang kompetitif dan
menguntungkan sehingga menciptakan kehidupan yang baik bagi masyarakat perikanan dan menjamin ketahanan pangan yang bersumber dari protein hewani
khususnya ikan tetapi juga mampu menjamin kelangsungan dari lingkungan perairan dan sumberdaya alam didalamnya yang mendukung kegiatan perikanan
tangkap. Analisis keberlanjutan untuk sumberdaya perikanan pada penelitian ini
terdiri atas lima dimensi keberlanjutan, yaitu keberlanjutan sumberdaya ikan pada dimensi ekologi, keberlanjutan sumberdaya ikan pada dimensi ekonomi,
keberlanjutan sumberdaya ikan pada dimensi teknologi, keberlanjutan
sumberdaya ikan pada dimensi sosial dan keberlanjutan sumberdaya ikan pada dimensi kelembagaan.
A. Keberlanjutan Sumberdaya Ikan pada Dimensi Ekologi
Beberapa atribut keberlanjutan dari dimensi ekologi yang berkaitan dengan sumberdaya perikanan tangkap Provinsi DKI Jakarta adalah tingkat
eksploitasi, tekanan pemanfaatan perairan, proporsi ikan yang dibuang, tingkatan kolaps, dan perubahan ukuran dan jenis ikan tertangkap dalam sepuluh tahun
terakhir. Penyusunan skor status keberlanjutan pada dimensi ekologi perikanan di Provinsi DKI Jakarta dilakukan berdasarkan acuan dari studi terdahulu.
1 Atribut ekologi tentang tingkat eksploitasi diperoleh berdasarkan kajian dengan menggunakan metode analisis bioekonomi. Analisis bioekonomi akan
menghasilkan parameter pendugaan tingkat dan batas maksimal pemanfaatan lestari sumberdaya perikanan tangkap di Provinsi DKI Jakarta. Penilaian
atribut tingkat eksploitasi didasarkan pada perbandingan tingkat eksploitasi aktual terhadapt tingkat eksploitasi lestari MSY Pitcher dan Preikshot 2001.
Semakin rendah tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan di unit analisis maka risikoancaman bagi keberlanjutan perikanan di unit analisis akan semakin
kecil Hartono et.al 2005. 2 Atribut tekanan pemafaatan perairan menggambarkan intensitas pemanfaatan
perairan oleh berbagai kegiatan yang secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi aktivitas perikanan tangkap. Tekanan pemanfaatan perairan
dapat berupa pemanfaatan wilayah pesisir dan laut sebagai lahan budidaya, jalur transportasi laut, pariwisata, maupun aktivitas di daratan yang secara
langsung mempengaruhi kondisi ekologis perairan seperti buangan sampah dan limbah yang berasal dari wilayah pesisir maupun daratan. Semakin tinggi
tingkat pemanfaatan perairan maka akan menyebabkan semakin menurunnya kualitas perairan tersebut yang akan berdampak pada semakin menurunnya
kondisi ekologi wilayah perairan. Penilaian pada atribut ini didapat berdasarkan hasil pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan nelayan
terpilih, petugas lapangan, dan para pakar di DKP Provinsi DKI Jakarta. 3 Perubahan ukuran ikan tertangkap dalam sepuluh tahun terakhir akan
menggambarkan dampak akibat terjadinya perubahan ekologi. Ukuran ikan
yang semakin mengecil dapat mengindikasikan telah terjadi degradasi pada perairan tersebut. Kondisi tersebut juga dapat mengindikasikan telah terjadinya
overfishing karena stok ikan tertangkap rata-rata ukurannya lebih kecil
daripada yang seharusnya untuk berproduksi pada tingkat yield per recruit yang maksimum Fauzi 2005. Penilaian pada atribut ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan nelayan terpilih dan petugas lapangan. Tetapnya ukuran rata-rata ikan yang tertangkap dalam sepuluh tahun terakhir mengindikasikan
bahwa ada cukup waktu bagi ikan tersebut untuk dewasa sebelum tertangkap. Hal ini menunjukkan kecilnya risikoancaman bagi keberlanjutan usaha
perikanan di unit analisis Hartono et. al 2005. 4 Perubahan jenis ikan tertangkap dalam sepuluh tahun terakhir. Rendahnya
perubahan jenis ikan yang tertangkap dalam sepuluh tahun terakhir mengindikasikan bahwa fungsi ekosistem masih berjalan dengan baik, dimana
tingkat pemulihan dari jenis-jenis ikan tesebut masih berjalan baik. Semakin baik fungsi ekosistem maka secara tidak langsung risikoancaman bagi
kebelanjutan semakin kecil Hartono et. al 2005. Penilaian pada atribut ini diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan terpilih.
5 Proporsi ikan yang dibuang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan sumberdaya perikanan. semakin sedikit ikan non target yang tertangkap dan
dibuang berarti semakin efisien penggunaanpemanfaatan sumberdaya perikanan. yang berimplikasi pada semakin terjaminnya keberlanjutan usaha
perikanan di lokasi penelitian Hartono et al 2005. Proporsi ikan yang dibuang adalah jumlah ikan tangkapan nelayan yang tidak mempunyai nilai ekonomis
dan tidak dimanfaatkan nelayan. Pemanfaatan ikan hasil tangkapan nelayan dapat dilakukan dalam bentuk dijual, diolah atau dikonsumsi oleh nelayan
sendiri. Penilaian pada atribut ini diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan terpilih.
6 Atribut tingkatan kolapspengurangan lokasi tangkap mengindikasikan bahwa semakin sedikit atau tidak adanya gejala penurunan jumlah ikan dalam
geografiscakupan area tertentu menunjukkan ekosistem yang baik. Dengan demikian semakin kecil pula risikoancaman terhadap keberlanjutan di unit
analisis. Penilaian pada atribut ini diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan terpilih.
B. Keberlanjutan Sumberdaya Ikan pada Dimensi Ekonomi
Kajian ekonomi sangat penting mengingat berbagai interaksi dalam kegiatan perikanan tangkap seperti interaksi teknologi dan sosial selalu terkait
dengan alasan dan tujuan ekonomi atau keuntungan ekonomi secara maksimal dalam waktu yang relatif lama. Keberlanjutan ekonomi terwujud jika aktivitas
perikanan tangkap mempunyai daya saing yang tinggi dan mampu bersaing secara kompetitif di pasaran sehingga akan memberikan manfaat bagi masyarakat
nelayan. Penentuan atribut pada dimensi ekonomi dalam penelitian ini menggunakan indikator yang digunakan penelitian terdahulu dan ada satu atribut
yang disesuaikan dengan kondisi rill daerah penelitian. Atribut-atribut pada dimensi ekonomi pada penelitian ini adalah keuntungan, kontribusi sektor
perikanan terhadap total PDRB, kepemilikan, sumberdaya ikan luar Jakarta yang didaratkan di Jakarta, other income, orientasi pemasaran, dan penyerapan tenaga
kerja. 1 Keuntungan
Dalam atribut dimensi ekonomi, keuntungan adalah faktor yang paling penting. Faktor keuntungan inilah yang akan menentukan apakah seseorang akan
bertahan atau berhenti dari usaha perikanan tangkap. Jika tingkat keuntungan hasil tangkapan per trip dalam volume dan jenis tangkapan yang sama semakin
tinggi maka tingkat eksploitasi per trip akan cenderung menurun sehingga berakibat pada semakin kecilnya ancaman terhadap keberlanjutan usaha
perikanan tangkap Hartono et al 2005. Penilaian skor pada atribut keuntungan didasarkan pada analisis kelayakan investasi pada setiap jenis alat tangkap dan
hasil perhitungan keuntungan pada analisis bioekonomi. 2 Kontribusi sektor perikanan terhadap total PDRB
Prestasi ekonomi suatu negara atau daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Salah satu indikator yang ideal untuk mengukur tingkat
kemajuan perekonomian suatu daerah adalah pendapatan regional. Dalam kaitan prestasi ekonomi suatu daerah alat ukurnya adalah PDRB yang
merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat
timbulnya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Pendapatan regional pada dasarnya merupakan Produk Domestik Regional Bruto PDRB yang
dikurangi penyusutan pajak tak langsung dan ditambah pendapatan netto yang mengalir dari daerah lain. Aspek yang perlu diperhatikan dalam PDRB adalah
struktur sebaran sektor ekonominya. Struktur ekonomi dipandang sangat penting karena bisa melihat seberapa besar tiap sektor berperan dalam
menghasilkan total nilai tambah, sektor-sektor mana yang tumbuh dan sektor apa saja yang mempunyai peluang untuk dikembangkan. Perkembangan atau
dinamika sektor perikanan dapat dilihat dari kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta. Jika dalam wilayahunit yang dianalisis
sektor perikanan relatif memberikan kontribusi terhadap perekonomian yang lebih besar tampak dari kontribusi terhadap PDRB maka perhatian
stakeholder terhadap keberlanjutan usaha perikanan tangkap akan semakin
tinggi Hartono et.al 2005. Sumber data untuk atribut ini adalah Badan Pusat Statistik dan penilaian pada atribut ini didapatkan berdasarkan perbandingan
antara PDRB sektor perikanan terhadap PDRB Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu 1997 sampai 2011.
3 Kepemilikan Sifat kepemilikan sarana penangkapan berhubungan dengan penerimaan
keuntungan dari usaha perikanan. Kepemilikan sarana penangkapan ada yang dimiliki pemilik lokal, campuran antara pemilik lokal dan non lokal maupun
pemilik non lokal yang menanamkan modalnya di usaha perikanan pada suatu wilayah. Sifat kepemilikan sarana penangkapan ini selain menunjukkan
penerimaan keuntungan juga menunjukkan tingkat kemandirian penduduk sekitar terhadap kepemilikan aset usaha perikanan yang tidak tergantung pada
pihak luar. Jika keuntungan lebih banyak dinikmati oleh penduduk lokal maka kecenderungan penduduk lokal akan lebih mendukung keberlanjutan usaha
perikanan tangkap risikoancaman terhadap kelestarian sumberdaya perikanan tangkap akan semakin kecil Hartono et.al 2005. Penilaian untuk atribut
kepemilikan didapatkan melaui hasil wawancara dengan responden terpilih.