Alat Tangkap Ikan Sumberdaya Perikanan Tangkap dan Alat Penangkapan Ikan

Gambar 4. Hubungan antara biomassa dengan waktu dalam pertumbuhan populasi ikan Fauzi 2004 Gambar 5 menunjukkan hubungan antara biomassa dengan laju biomassa atau Fx, biomassa ikan akan cepat bertambah sampai x seiring dengan kemampuan lingkungan mensuplai oksigen, makanan dan ruang untuk kehidupan ikan namun setelah batas itu pertambahan biomassa ikan akan berjalan lambat karena adanya pembatas dari faktor lingkungan. Gambar 5. Hubungan antara biomas dengan pertumbuhan populasi ikan Fauzi 2004 Jika pada fungsi pertambahan stok ikan,dimasukkan kemampuan nelayan menangkap ikan hE maka persamaan dinamika populasi ikan di perairan dapat dituliskan sebagai berikut : Dalam pengelolaan perikanan, fungsi produksi yang sering digunakan adalah : Dalam kondisi keseimbangan, besarnya stok sama dengan nol, jika koefisien teknologi q diasumsikan 1 maka diperoleh hubungan antara laju pertumbuhan biomassa dengan hasil tangkapam. Hubungan tersebut dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut : atau Persamaan hasil tangkapan atau produksi lestari didapat dengan mensubstitusi persamaan diatas ke dalam persamaan , yaitu : Persamaan tersebut merupakan persamaan kuadratik dalam E karena parameter lain q, K dan r adalah konstan. Kurva produksi lestari atau yang dikenal dengan istilah Yield Effort Curve, seperti tampak pada Gambar 6. Gambar 6. Kurva produksi lestari Fauzi 2004 Gambar 6 menunjukkan bahwa jika tidak ada aktifitas perikanan atau upaya sama dengan nol maka produksi sama dengan nol. Namun ketika upaya terus dinaikkan, pada titik Emsy akan diperoleh produksi yang maksimum. Produksi pada titik ini disebut sebagai titik Maximum Sustainable Yield MSY. Sifat dari kurva Produksi Lestari yang berbentuk kuadratik adalah peningkatan upaya yang terus-menerus setelah melewati titik MSY tidak akan dibarengi dengan peningkatan produksi lestari. Produksi akan turun kembali bahkan mencapai titik nol, yang terjadi pada titik upaya maksimum max E . Hubungan pada kurva produksi lestari belum memiliki arti ekonomi karena tidak ada informasi mengenai besarnya tambahan biaya yang diperlukan setiap penambahan satu unit effort atau besarnya tambahan pendapatan setiap penambahan satu unit hasil tangkapan. Dari konsep sederhana biologi tersebut, Gordon menambahkan faktor ekonomi dengan memasukkan faktor harga dan biaya. Model bioekonomi perikanan pertama kali ditulis oleh Gordon 1954 dalam artikelnya yang menyatakan bahwa sumberdaya perikanan pada umumnya bersifat terbuka open acces sehingga setiap orang dapat memanfaatkannya atau tidak seorang pun memiliki hak khusus untuk memanfaatkan sumberdaya alam ataupun melarang orang lain untuk ikut memanfaatkan common property. Untuk mengembangkan model Gordon-Schaefer ini beberapa asumsi akan digunakan untuk memudahkan pemahaman. Asumsi-asumsi tersebut antara lain: a Harga per satuan output Rp per kg diasumsikan konstan atau kurva permintaan diasumsikan elastis sempurna; b Biaya persatuan upaya c dianggap konstan; c Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal single species; d Struktur pasar bersifat kompetitif; e Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan tidak memasukkan faktor pascapanen dan lain sebagainya. Dengan menggunakan kurva sustainable yield effort yang telah diturunkan sebelumnya maka dengan mengalikan harga dan produksi lestari diperoleh kurva penerimaan TR=ph. Demikian juga, dengan mengalikan biaya per satuan input dengan upaya effort diperoleh kurva total biaya TC=cE yang linier terhadap upaya. Jika digabungkan fungsi penerimaan dan biaya tersebut dalam suatu gambar akan diperoleh kurva seperti pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan inti dari model Gordon-Schaefer mengenai pengelolaan perikanan dalam usia rezim pengelolaan yang berbeda. Gambar 7. Model keseimbangan bioekonomi Gordon-Schaefer Fauzi 2004 Dalam keadaan open access, tingkat keseimbangan akan tercapai apabila nilai penerimaan total TR sama dengan total biaya TC dengan tingkat upaya EOA yang menurut Gordon disebut bioeconomic equilibrium of open access fishery . Dalam hal ini pelaku perikanan hanya menerima biaya oportunitis dan rente ekonomi sumberdaya atau manfaat ekonomi tidak diperoleh.Pada tingkat upaya di bawah EOA, penerimaan total lebih besar dari biaya totalnya. Hal ini menyebabkan nelayan akan meningkatkan upaya penangkapannya. Dalam kondisi akses terbuka, hal ini akan menyebabkan bertambahnya pelaku perikanan nelayan masuk entry ke industri perikanan. Entry ini akan terus sampai dengan manfaat ekonomi terkuras habis driven to zero sehingga tidak ada lagi insentif untuk entry mau pun exit, serta tidak ada perubahan pada tingkat upaya yang sudah ada. Pada tingkat upaya di atas EOA, penerimaan total lebih rendah dibandingkan biaya totalnya sehingga mendorong nelayan untuk mengurangi upaya tangkapnya. Dengan demikian pada tingkat EOA keseimbangan akan tercapai. Kondisi ini identik dengan ketiadaannya hak pemilikan property rights pada sumberdaya atau lebih tepatnya adalah ketiadaan hak kepemilikan yang bisa dikuatkan secara hukum enforceable Fauzi 2004. Kondisi open access menimbulkan terjadinya alokasi sumberdaya alam yang tidak tepat karena kelebihan faktor produksi tenaga kerja, modal tersebut bisa dialokasikan untuk kegiatan ekonomi lainnya yang lebih produktif Fauzi 2004.