diregresikan dengan metode OLS menggunakan microsoft excell sehingga diperoleh nilai koefisien α = 0,991, koefisien = 5,888 dan koefisien =
00000247 Lampiran 11 .
Dari nilai-nilai tersebut diduga tingkat pertumbuhan intriksik sumberdaya ikan pelagis r sebesar 0,9907, koefisien kemampuan
tangkap q sebesar 0,000002469, dan daya dukung perairan K sebesar -68,152,05
ton Lampiran 12. Perbandingan hasil analisis data dan hasil uji statistik dengan
menggunakan model estimasi Algoritma Fox, model estimasi Clark, Yashimoto dan Pooley CYP, model estimasi Walter dan Hilborn W-H dan model estimasi
Schnute pada sumberdaya ikan pelagis seperti disajikan pada Lampiran 13. Pemilihan metode estimasi yang paling tepat menggambarkan kondisi
aktual daerah penelitian yang pertama adalah harus logis secara apriori teori kemudian baru didasarkan pada hasil uji statistik. Berdasarkan kelogisan apriori
teori dan hasil uji statistik maka metode yang paling tepat menggambarkan kondisi aktual sumberdaya ikan pelagis adalah model estimasi CYP.
Pemilihan metode estimasi CYP sebagai metode yang paling tepat menggambarkan kondisi aktual sumberdaya perikanan tangkap di Provinsi Jakarta
juga didukung dengan hasil uji statistiknya. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan empat metode estimasi maka didapat bahwa hasil analisis model
estimasi Clarke, Yashimoto dan Pooley CYP mempunyai nilai Rsquare yang paling besar dibandingkan dengan yang lain. Menurut Pindyck RS and DL
Rubinfeld 1998, nilai determinasi atau Rsquare lazim digunakan untuk mengukur goodnes of fit dari model regresi dan untuk membandingkan tingkat
validitas hasil regresi terhadap variabel independen dalam model, dimana semakin besar nilai R square menunjukkan bahwa model tersebut semakin baik.
Nilai signifikan F digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel yang digunakan berpengaruh terhadap model. Nilai sig F harus berada dibawah 0,05
α=95 yang berarti bahwa variabel-variabel yang digunakan berpengaruh terhadap model. Nilai sif F pada metode estimasi CYP adalah 0,001 sehingga
memenuhi kententuan bahwa variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap model. Nilai adjusted R
2
digunakan untuk memilih model terbaik dari keempat model yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai adj R
2
maka semakin baik.
Model estimasi menggunakan metode CYP adalah model terbaik mempunyai nilai adj R
2
6.1.4 Estimasi Parameter Ekonomi
terbesar dibandingkan ketiga model lainnya.
Parameter ekonomi yang digunakan dalam analisis bioekonomi adalah rata-rata harga ikan per ton dan rata-rata biaya per trip penangkapan. Harga yang
digunakan untuk mengestimasi parameter ekonomi adalah harga riil. Harga riil adalah harga yang diperoleh dilapangan dikalikan dengan Indeks Harga
Konsumen IHK. Pada penelitian ini digunakan IHK dengan tahun dasar 2007. Langkah berikutnya adalah melakukan penyesuaian dengan IHK sehingga
diperoleh nilai biaya per trip dan harga per ton seperti yang disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Biaya per trip dan harga sumberdaya ikan pelagis
Tahun IHK
IHK 2007 Biaya Trip
Rptrip Harga
Juta Rpton
1997 58,87
41,75 0,04580
3,55548 1998
60,00 42,56
0,04668 3,62388
1999 73,22
51,93 0,05697
4,42223 2000
77,46 54,93
0,06026 4,67798
2001 88,30
62,62 0,06869
5,33272 2002
100,00 70,92
0,07780 6,03954
2003 108,22
76,76 0,08420
6,53627 2004
113,16 80,26
0,08804 6,83434
2005 123,05
87,27 0,09573
7,43165 2006
135,36 96,00
0,10531 8,17512
2007 141,00
100,00 0,10970
8,51575 2008
109,81 109,81
0,12046 9,35114
2009 118,62
118,62 0,13012
10,10138 2010
132,42 132,42
0,14526 11,27656
2011 138,57
138,57 0,15201
11,80027
2012 144,45
144,45 12,301
Rata-rata 0,09247
7,17829 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013
6.1.5 Estimasi Produksi Lestari
Produksi lestari merupakan hubungan antara hasil tangkapan dengan upaya penangkapan dalam bentuk kuadratik, dimana tingkat effort maupun hasil
tangkapan yang diperoleh tidak akan mengancam kelestarian sumberdaya perikanan. Produksi lestari dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu produksi
lestari maksimum MSY dan produksi lestari secara ekonomi yang maksimum MEY. Pada analisis estimasi MSY, variabel yang digunakan berupa parameter
biologi saja sedangkan pada analisis MEY, variabel yang digunakan adalah parameter biologi dan ekonomi. Parameter biologi diantaranya parameter r, q, K,
sedangkan parameter ekonomi seperti c cost per-unit effort, harga riil real price
. Tabel 15. Parameter biologi dan ekonomi sumberdaya ikan pelagis dengan
menggunakan metode estimasi CYP
No Variabel Kendali
Simbol Nilai
Pelagis
1 Tingkat pertumbuhan
r 1,4820975
2 Koefisien kemampuan tangkap
q 0,0000170
3 Daya dukung lingkungan perairan
K 16.888
4 Harga per ton juta Rp
p 7,17829
5 Biaya per trip juta Rp
c 0,09247
Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 MSY atau maximum sustainable yield merupakan hasil tangkapan terbesar
yang dapat dihasilkan suatu stok sumberdaya perikanan yang berada dalam batas kelestarian. MSY dalam hal ini dihitung menggunakan fungsi pertumbuhan
logistik. Fungsi pertumbuhan perikanan yang umum digunakan adalah fungsi pertumbuhan logistik dan fungsi produksi h = qXE. Dengan menggunakan fungsi
pertumbuhan dan fungsi produksi tersebut dapat diketahui tingkat produksi lestari h sumberdaya perikanan yang merupakan fungsi dari tingkat upaya aktual yang
dilakukan setiap tahun. Semakin tinggi upaya yang diusahakan melebihi kondisi optimal akan mengakibatkan terkurasnya sumberdaya perikanan sehingga tidak
ada lagi yang dapat dimanfaatkan. Sebelum mengestimasi MSY, terlebih dahulu dilakukan estimasi parameter biologi. Selanjutnya hasil estimasi ini digunakan
untuk mengestimasi tingkat upaya effort pada kondisi MSY. Fungsi produksi lestari h
msy
dipengaruhi oleh tingkat effort E dengan adanya parameter biologi r
, q, dan K secara kuadratik. Dengan memasukan nilai effort E tersebut maka akan diketahui tingkat produksi lestari dan upaya pemanfaatan sumberdaya ikan
di perairan Jakarta. Nilai effort, produksi aktual dan produksi lestari sumberdaya ikan pelagis seperti disajikan pada Tabel 16.