Pembobotan Dimensi dengan AHP

Gambar 54. Hasil analisis monte carlo untuk sumberdaya ikan demersal pada dimensi ekonomi Sumber : Hasil Analisis Data, 2013

7.2.3.3 Dimensi Sosial

Skoring untuk atribut laju pertumbuhan nelayan selama sepuluh tahun terakhir dan frekuensi konflik untuk sumberdaya perikanan demersal sama dengan skor atribut ini untuk sumberdaya perikanan pelagis. Untuk atribut keuntungan per upaya tangkap dalam satu bulan seperti disajikan pada Tabel 51. Dari Tabel 51 diketahui bahwa KUT dalam satu bulan pada untuk sumberdaya ikan demersal Tahun 2011 berada di atas UMR. Hasil ini mendukung hasil analisis degradasi dan depresiasi untuk sumberdaya ikan demersal yang menunjukkan bahwa aktivitas penangkapan sumberdaya ikan demersal belum mengalami degradasi dan depresiasi. Dengan demikian aktivitas penangkapan sumberdaya ikan demersal walaupun sudah mengalami biological dan economic overfishing berdasarkan hasil analisis bioekonomi namun masih memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingan dengan UMR. -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 O th er D is ti n g is h in g F ea tu res Fisheries Sustainability RAPFISH Ordination - Monte Carlo Scatter Plot Tabel 51. Keuntungan per upaya tangkap nelayan demersal Tahun 1997-2011 Tahun Effort Volume Produksi Harga juta Rp Biaya juta Rp KUT juta Rp Keuntungan per bulan juta Rp 1997 55.537 2.390,41 2,906 0,04 0,08 1,39 1998 103.362 1.835,12 2,962 0,04 0,01 0,17 1999 132.997 2.451,19 3,614 0,05 0,01 0,24 2000 93.408 2.227,45 3,823 0,06 0,04 0,60 2001 100.377 2.123,24 4,359 0,06 0,03 0,49 2002 133.727 2.997,52 4,936 0,07 0,04 0,66 2003 134.738 1.950,29 5,342 0,08 0,00 0,01 2004 150.768 2.074,47 5,586 0,08 0,00 -0,06 2005 85.429 1.476,55 6,074 0,09 0,02 0,29 2006 46.027 2.323,68 6,682 0,10 0,24 4,02 2007 34.858 5.104,64 6,960 0,10 0,92 15,32 2008 36.421 4.283,03 7,643 0,11 0,79 13,15 2009 55.244 9.761,22 8,256 0,12 1,34 22,33 2010 102.137 15.616,31 9,217 0,13 1,28 21,27 2011 115.175 20.847,60 9,645 0,14 1,61 26,78 Sumber : Hasil Analisis Data,2013 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terpilih, diketahui bahwa sebagian besar nelayan penangkap ikan demersal berpendidikan setingkat SD. Tingkat pendidikan yang rendah pada masyarakat nelayan Jakarta juga berdampak pada tingkat pengetahuan nelayan terhadap isu-isu lingkungan yang sangat terbatas. Hasil wawancara dengan responden juga memberikan informasi bahwa tingkat keterlibatan anggota keluarga dalam usaha penangkapan ikan demersal hampir tidak ada. Sebagian besar nelayan tidak menginginkan anaknya mengikuti usaha yang sama di masa depan. Frekuensi pertemuan antar nelayan penangkap ikan demersal cukup sering dilakukan terutama untuk nelayan yang telah bergabung dalan satu kelompok. Sosialisasi pekerjaan pada nelayan penangkap ikan pelagis dilakukan pada kelompok-kelompok usaha KUB. Pada umumnya, nelayan sudah mempunyai kesadaran untuk berkelompok. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, penyuluhan atau pelatihan untuk nelayan paling tidak dilaksanakan 1-5 kali dalam setahun. Pelatihan atau penyuluhan diselengarakan oleh Pemprov DKI Jakarta maupun pemerintah pusat. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan terpilih dan para pakar, keterlibatan nelayan dalam penyusunan regulasi pengelolaan perikanan tidak ada. Secara lengkap, penilaian untuk kesembilan atribut pada dimensi sosial untuk sumberdaya perikanan demersal ditunjukkan pada Tabel 52. Tabel 52. Hasil penilaian setiap atribut dimensi sosial untuk sumberdaya perikanan demersal No Indikator Baik Buruk Skor Dasar Penilaian 1 Laju pertumbuhan jumlah nelayan dalam 10 tahun 2 Buku statistik kelautan dan perikanan Prov. DKI Jakarta 2 Pendidikan 2 Nilai modus 3 Environmental knowledge 2 1 Nilai modus 4 Status dan frekuensi konflik 2 2 Nilai modus, expert meeting 5 Partisipasi keluarga dalam pemanfaatan hasil sumberdaya perikanan 1 Nilai modus 6 Socialisation of fishing 2 1 Nilai modus 7 Frekuensi penyuluhan dan pelatihan untuk nelayan 3 2 Nilai modus 8 Pengaruh nelayan 2 Nilai modus 9 Fishing Income 2 1 Nilai modus 10 KUT per bulan dibanding UMR 2 2 Analisis Bionomi, perhitungan KUT Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Nilai skor ini kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik Rapfish. Hasil ordinasi pada dimensi sosial untuk sumberdaya perikanan demersal dapat dilihat pada Gambar 55. Gambar 55. Status keberlanjutan dimensi sosial pada sumberdaya ikan demersal Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Nilai indeks keberlanjutan sumberdaya ikan demersal pada dimensi sosial yang diperoleh dengan teknik Rapfish adalah 44,27. Berdasarkan kriteria keberlanjutan maka status keberlanjutan sumberdaya ikan pelagis pada dimensi sosial berada pada status kurang berkelanjutan. Nilai stress yang diperoleh pada dimensi sosial untuk sumberdaya ikan pelagis adalah 0,134 13,4 persen atau masih dibawah 25 persen sehingga analisis Rapfish sudah memenuhi kondisi good of fit. Nilai R 2 yang diperoleh adalah 94,78 persen yang berarti model dengan menggunakan peubah-peubah saat ini sudah menjelaskan 94,78 persen dari model yang ada. Beberapa nilai statistik yang diperoleh dengan menggunakan teknik Rapfish dapat dilihat pada Tabel 53. Tabel 53. Nilai statistik pada dimensi sosial untuk sumberdaya perikanan demersal No Atribut Statistik Nilai Statistik Persentase 1 Stress 0,1340 13,4 2 R 0,9478 2 94,78 Sumber : Hasil Analisis Data, 2013 Hasil analisis leverage untuk dimensi sosial pada sumberdaya perikanan demersal dapat dilihat pada Gambar 56. Berdasarkan Gambar 56 diketahui bahwa tidak ada atribut yang dominan mempengaruhi keberlanjutan sumberdaya perikanan demersal dari dimensi sosial. 44,43 GOOD BAD UP DOWN -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 O th er D is ti n g is h in g F ea tu res Fisheries Sustainability RAPFISH Ordination Real Fisheries References