Kebijakan Perikanan Subsistem Kebijakan dan Kelembagaan

147

5.3 Subsistem Kebijakan dan Kelembagaan

Konvensi hukum laut menyatakan bahwa permasalahan ruang samudera merupakan permasalahan yang berkaitan erat satu sama lain dan perlu dianggap sebagai suatu kebulatan. Suatu tertib hukum diberlakukan untuk memudahkan komunikasi internasional dan memajukan penggunaan laut dan samudera secara damai, pendayagunaan sumberdaya alam secara adil dan efisien, melakukan konservasi sumberdaya alam hayati dan pengkajian, perlindungan serta pelestarian lingkungan laut. Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF, telah mengamanatkan kepada negara-negara di dunia untuk melakukan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara bertanggungjawab. Upaya pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia adalah mewujudkan pengelolaan sumberdaya yang memiliki daya saing dan berkelanjutan sustainable competitive advantage. Untuk mencapai tujuan tersebut, upaya pengelolaan yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan sumberdaya resource-based management, pendekatan masyarakat community-based management dan pendekatan pasar market-based management Purwaka 2003. Selanjutnya dinyatakan bahwa, kelembagaan merupakan faktor penting yang menggerakkan kinerja dari pengelolaan sumberdaya perikanan di Indonesia. Kelembagaan menghasilkan peraturan atau kebijakan yang merupakan aturan main rule of the game dalam pengelolaan sumberdaya. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, hendaknya terdapat keselarasan perundang- undangan yang dibuat. Untuk menghindari terjadinya benturan kepentingan antara pusat dengan daerah atau antar daerah. Kerjasama, koordinasi dan sinergi diperlukan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja pengelolaan sumberdaya perikanan. Penegakan hukum diperlukan untuk dapat menjamin kepastian hukum. Peraturan dibuat untuk dapat mengatur pengelolaan sumberdaya, agar dapat berjalan baik dan dipatuhi pengguna sumberdaya, hendaknya pembuatan peraturan haruslah menyerap aspirasi masyarakat.

5.3.1 Kebijakan Perikanan

Keterpaduan sistem perundang-undangan untuk pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia perlu dibangun untuk dapat menjamin terlaksananya 148 pengelolaan sumberdaya secara optimal, efisien dan efektif. Keterpaduan sistem perundangan-undangan mencakup materi hukum, agar tidak terjadi tumpang tindih atau ketidaksesuaian antara satu perundang-undangan dengan perundang- undangan lainnya. Keterpaduan antara peraturan perundang-undangan yang ada di tingkat nasional dengan di daerah dan juga dengan di tingkat internasional. Peraturan atau kebijakan mencakup juga peraturan atau kebijakan tidak tertulis yang sudah mengakar di masyarakat. Peraturan atau kebijakan tersebut merupakan kearifan lokal yang perlu dihargai dan dipertahankan. 1 Kebijakan pemerintah pusat Berbagai peraturan perundang-undangan berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah Indonesia, sudah dibuat dan sudah diberlakukan. Sebagai salah satu acuan dalam pembuatan peraturan perundang- undangan tentang perikanan adalah Konvensi PBB tentang hukum laut yaitu United Nation Convention on the Law of the Sea, dimana Indonesia telah turut merativikasi dan mensahkannya dalam UU 171985. Ketentuan batas Wilayah Perairan Indonesia, telah diatur diantaranya melalui 1 UU 11973 tentang Landas Kontinen, 2 UU 51983 tentang ZEE Indonesia, 3 UU 61996 tentang Perairan Indonesia, dan 4 PP 382002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. Peraturan berkaitan dengan pengelolaan perikanan, diantaranya adalah PP 151984 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Undang-Undang tentang Perikanan yaitu UU 91985 yang diperbaharui dengan UU 312004. Selanjutnya berbagai peraturan kebijakan diturunkan dari UU tersebut diantaranya yaitu: 1 PP 151990 tentang Usaha Perikanan. 2 PP 461993 tentang Perubahan Atas PP 151990 tentang Usaha Perikanan. 3 Kepmen Pertanian 815KptsIK.120111990 tentang Perizinan Usaha Perikanan. 4 Kepmen Pertanian 805KptsIK.120121995 tentang Ketentuan Penggunaan Kapal Pengangkut Ikan. 149 5 Keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Perhubungan Nomor 492KPTSIK.120796 dan SK.1AL.003PHB-96 tentang Penyederhanaan Perijinan Kapal Perikanan. 6 Keputusan bersama Menteri Pertanian dan Menteri Perhubungan Nomor 493KPTSIK.410796, No. SK.2AL.106PHB-96 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan sebagai Prasarana Perikanan. 7 Kepmen Pertanian 508KPTSPL.810796, tentang Pengadaan Kapal Perikanan dan Penghapusan Sistem Sewa Charter Kapal Perikanan Berbendera Asing. 8 Kepmen Pertanian 646KPTSKP.150796, tentang Pembentukan Tim Pengendali Pengadaan Kapal Perikanan. 9 Keputusan bersama Direktur Jenderal Perikanan dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut IK.120DJ.717296 dan PY.68112-96 tentang Pemberian Surat Izin Berlayar Kapal Perikanan dan Kapal Pengangkut Ikan. 10 Kepmen Pertanian 428KptsIK.12041999 tentang Perubahan Surat Kepmen Pertanian 815KptsIK.1201190 tentang Perizinan Usaha Perikanan. 11 Kepmen Kelautan dan Perikanan 60MEN2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal Perikanan di ZEE Indonesia. 12 Kepmen Eksplorasi Laut dan Perikanan 452000 tentang Perizinan Usaha Perikanan. 13 PP 1412000 tentang Perubahan Kedua Atas PP 151990 tentang Usaha Perikanan. 14 Kepmen Kelautan dan Perikanan 46MEN2001 tentang Pendaftaran Ulang Perizinan Usaha Penangkapan Ikan. 15 Kepmen Kelautan dan Perikanan 47MEN2001 tentang Format Perizinan Usaha Penangkapan Ikan. Peraturan mengenai pembagian wewenang pengelolaan perikanan antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan kabupatenkota tercantum dalam UU 221999 yang diperbaharui dengan UU 322004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang ini diperjelas pelaksanaannya melalui PP 252000 yang diperbaharui dengan PP 382007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota. 150 Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan terkait juga dengan permasalahan pembiayaan dan nilai manfaat yang akan diperoleh. Untuk itu perlu ada aturan yang jelas, mengenai pembagian urusan keuangan antara pusat dan daerah. UU 342004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, telah mendeskripsikan dengan jelas hal-hal berkaitan dengan pembagian urusan tersebut. Berbagai peraturan berkaitan dengan permasalahan keuangan atau pungutan perikanan juga telah dibuat, diantaranya yaitu: 1 UU 202007 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. 2 PP 1422000 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan. 3 Kepmen Kelautan dan Perikanan 232001 tentang Produktivitas Kapal Penangkap Ikan. 4 Kepmen Keuangan 316KMK.062001 tentang Tatacara Penggunaan dan Pengenaan Pungutan Perikanan. 5 Kepmen Perindustrian dan Perdagangan 213MPPKEP72001 tentang Penetapan Harga Patokan Ikan untuk Perhitungan Pungutan Hasil Perikanan. 6 Kepmen Kelautan dan Perikanan 45MEN2001 tentang Tatacara Pemungutan Perikanan yang Terutang. 7 Kepmen Keuangan 654KMK.062001 tentang Perubahan atas Kepmen 316KMK.062001 tentang Tatacara Pengenaan dan Penyetoran Pungutan Perikanan. 8 PP 622002 Pengganti PP 1422000, tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku di Departemen Kelautan dan Perikanan. 1 Undang-Undang 312004 tentang Perikanan Undang-Undang 312004 tentang Perikanan telah mengatur secara lengkap hal-hal yang berkaitan dengan perikanan, tercakup dalam 17 bab. dan dijabarkan dalam 111 pasal. Cakupan materi perundangan, mulai dari ketentuan umum pada Bab I; ruang lingkup; wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan pada Bab IV dengan 19 pasal; Bab V usaha perikanan dengan 21 pasal; sistem informasi dan data statistik; pungutan perikanan; penelitian dan pengembangan perikanan; pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perikanan; pemberdayaan 151 nelayan dan pembudidaya ikan kecil; penyerahan urusan dan tugas pembantuan; pengawasan perikanan; pengadilan perikanan; penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan perikanan; ketentuan pidana pada Bab XV dengan 22 pasal; ketentuan peralihan dan ketentuan penutup pada Bab XVII. Pada Bab IV mengenai pengelolaan perikanan, dijabarkan secara lengkap hal-hal terkait dengan pengelolaan perikanan. Pasal 7 menyatakan bahwa, untuk mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan, menteri menetapkan rencana pengelolaan, potensi dan alokasi sumberdaya ikan, jumlah tangkapan yang diperbolehkan, jenis, jumlah dan ukuran alat penangkapan ikan, jenis, jumlah dan penempatan alat bantu penangkapan, daerah, jalur dan ukuran alat tangkap, persyaratan dan standar prosedur operasi penangkapan ikan, sistem pemantauan, pencegahan pencemaran, rehabilitasi dan pengaturan sumberdaya, ukuran dan berat minimum ikan yang boleh ditangkap, suaka perikanan, jenis ikan yang dilarang diperdagangkan dan jenis ikan yang dilindungi. Pada Bab V dijabarkan hal-hal yang berkaitan dengan usaha perikanan, diantaranya meliputi perizinan usaha perikanan, kelaiklautan kapal perikanan, dan peran pelabuhan perikanan. 2 Undang-Undang 322004 tentang Pemerintahan Daerah Pada Bab III mengenai pembagian urusan pemerintahan, menyatakan bahwa pemerintah pusat memberikan otonomi seluas-luasnya kepada pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Selanjutnya sistem pembagian wewenang diatur dalam pasal demi pasal. Pasal 12 Ayat 1 menyatakan urusan pemeritah yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana serta kepegawaian dengan urusan yag didesentralisasikan, Pasal 12 Ayat 2 menyatakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan. Menurut Pasal 13 Ayat 1, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: a perencanaan dan pengendalian pembangunan; b perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 152 c penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d penyediaan sarana dan prasarana umum; e penanganan bidang kesehatan; f penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; g penanggulangan masalah sosial lintas kabupatenkota; h pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota; i fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupatenkota; j pengendalian lingkungan hidup; k pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupatenkota; l pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m pelayanan administrasi pemerintahan; n pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupatenkota; o penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupatenkota; dan p urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Pasal 13 Ayat 2 menyatakan, urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Sedangkan pada Pasal 14 Ayat 1 dinyatakan, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupatenkota merupakan urusan yang berskala kabupatenkota. 3 Peraturan Pemerintah 382007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota. PP 382007 pada Pasal 9 menyatakan, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, menterilembaga pemerintah non departemen menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan. Pada Pasal 20, dinyatakan bahwa semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembagian urusan pemerintahan, wajib mendasarkan dan menyesuaikan dengan PP ini. Pada saat PP ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari PP 25 tahun 153 200 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Lembaran Negara RI tahun 2000 Nomor 54, Tambahan lembaran Negara RI Nomor 3952 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan PP ini. Pada PP 252000 dijabarkan pembagian tugas dan wewenang antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah Provinsi dan KabupatenKota dalam bidang perikanan. Tugas dan kewenangan dibedakan kedalam 6 subbidang yaitu kelautan, umum, perikanan tangkap, pengawasan dan pengendalian, pengolahan dan pemasaran, serta penyuluhan dan pendidikan. Tugas dan kewenangan pemerintah adalah pada penetapan kebijakan norma, standar, prosedur dan kriteria pelaksanaan tugas dan wewenang, sementara tugas dan kewenangan pemerintah provinsi dan kabupatenkota lebih pada pelaksanaan kebijakan. Urusan pemerintah dalam subbidang kelautan diantaranya adalah penetapan kebijakan norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah nasional, ZEEI dan landas kontinen serta sumberdaya alam yang ada dibawahnya meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan; penataan ruang laut, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; pengawasan dan penegakan hukum; pengelolaan terpadu sumberdaya laut antar daerah; perizinan terpadu; pemberdayaan masyarakat pesisir; penyerasian riset kelautan; pengelolaan dan konservasi, peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM; batas-batas maritim wilayah antar negara; pengesahan pemberlakuan perjanjian internasional; pemetaan potensi; pengharmonisan peraturan; pengelolaan wilayah laut di luar 12 mil; pencegahan pencemaran dan kerusakan SDI dan lingkungan; rehabilitasi SDI dan lingkungan; jenis ikan yang dilarang diperdagangkan; serta jenis ikan yang dilindungi. Urusan dalam subbidang perikanan tangkap diantaranya meliputi estimasi stok dan JTB; pemberian izin kapal di atas 30 GT atau di bawah 30 GT yang menggunakan ABK asing; pelaksanaan pungutan perikanan; usaha perikanan; pemberdayaan nelayan kecil; peningkatan kelembagaan dan ketenagakerjaan; sistem permodalan; promosi dan investasi; penetapan lokasi pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan; operasional dan penempatan syahbandar; pendaftaran kapal di atas 30 GT; pembangunan kapal perikanan; pembuatan alat 154 penangkapan ikan; pembangunan dan pemasukan kapal impor; produktivitas kapal; pemeriksaan fisik kapal di atas 30 GT; kelaikan kapal dan penggunaan alat tangkap; penempatan rumpon serta rekayasa dan teknologi penangkapan ikan. Urusan pemerintahan provinsi dan kabupatenkota pada subbidang kelautan diantaranya meliputi pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah provinsi atau kabupatenkota; penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut di wilayah laut kewenangan provinsi atau kabupatenkota; penegakan hukum dan pemberian informasi apabila terjadi pelanggaran diluar batas wilayah laut kewenangan provinsi atau kabupatenkota; pengelolaan terpadu pemanfaatan sumberdaya laut antar kabupatenkota dalam wilayah kewenangan provinsi sementara urusan kabupatenkota adalah koordinasi pengelolaan terpadu dan pemanfaatan sumberdaya laut di wilayah kewenangan kabupatenkota; perizinan terpadu pengelolaan dan pemanfaatan wilayah laut kewenangan provinsi urusan kabupatenkota adalah pelaksanaan dan koordinasi perizinan; pemberdayaan masyarakat pesisir antar kabupatenkota; koordinasi penyerasian riset kelautan kelautan; penetapan kebijakan dan pengaturan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, pengelolaan kekayaan laut; peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM; reklamasi pantai dan mitigasi bencana; pelaksanaan koordinasi batas-batas wilayah maritim yang berbatasan dengan wilayah antar negara di perairan laut dalam kewenangan provinsi urusan kabupatenkota adalah pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan daerah lain terutama dengan wilayah yang berbatasan dalam rangka pengelolaan laut terpadu; pemetaan potensi sumberdaya kelautan; pelaksanaan penyerasian dan pengharmonisan pengelolaan wilayah dan sumberdaya laut; pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan wilayah laut; pencegahan pencemaran; pelaksanaan kebijakan rehabilitasi dan peningkatan sumberdaya ikan serta lingkungannya urusan kabupatenkota adalah pelaksanaan koordinasi; pelaksanaan dan koordinasi penetapan jenis ikan yang dilarang diperdagangkan, dimasukkan dan dikeluarkan ke dan dari wilayah RI urusan kabupatenkota adalah dalam pelaksanaan; jenis ikan yang dilindungi; mitigasi kerusakan lingkungan pesisir dan laut; pengelolaan jasa kelautan dan kemaritiman; pengelolaan dan konservasi plasma nutfah spesifik lokasi; penyusunan zonasi dan tata ruang perairan; pengelolaan kawasan 155 konservasi dan rehabilitasi perairan; perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian tata ruang laut; pengelolaan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya; rehabilitasi sumberdaya pesisir; pulau-pulau kecil dan laut. Urusan provinsi dan kabupatenkota pada subbidang perikanan tangkap meliputi pengelolaan dan pemanfaatan perikanan; koordinasi dan pelaksanaan estimai stok ikan; fasilitasi kerjasama pengelolaan dan pemanfaatan perikanan antar kabupatenkota; perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan plasma nutfah sumberdaya ikan, pembuatan dan penyebarluasan peta pola migrasi dan penyebaran ikan; pemberian izin penangkapan danatau pengangkutan ikan yang menggunakan kapal perikanan di atas 10 sampai dengan 30 GT serta tidak menggunakan tenaga kerja asing untuk kabupatenkota sampai dengan 10 GT; pemberian persetujuan pengadaan, pembangunan dan pemasukan kapal dari luar negeri impor; penetapan kebijakan dan pelaksanaan pungutan perikanan; pelaksanaan kebijakan usaha perikanan tangkap; pemberdayaan nelayan kecil; peningkatan kelembagaan dan ketenagakerjaan perikanan; sistem permodalan, promosi dan investasi; pelaksanaan dan koordinasi penetapan lokasi pembangunan serta pengelolaan pelabuhan perikanan urusan kabupatenkota ditambah dengan pengelolaan dan penyelenggaraan pelelangan di TPI; dukungan pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan; pelaksanaan kebijakan pembangunan kapal perikanan; pendaftaran kapal perikanan di atas 10 GT sampai dengan 30 GT kabupatenkota sampai dengan 10 GT; pembuatan alat penangkap ikan; dukungan dalam penetapan kebijakan produktivitas kapal penangkap ikan; penggunaan peralatan bantu dan penginderaan jauh untuk penangkapan ikan; pemeriksaan fisik kapal 10 sampai dengan 30 GT untuk kabupatenkota sampai dengan 10 GT; standarisasi kelaikan kapal dan penggunaan alat tangkap; pelaksanaan dan koordinasi kebijakan pemanfaatan dan penempatan rumpon; dukungan rekayasa dan pelaksanaan teknologi penangkapan. Berdasarkan PP 252000 dijabarkan dengan jelas pembagian wewenang pemerintah dan pemerintah provinsi serta kabupatenkota, seperti tersebut di atas. Pada subbidang kelautan ada 30 butir kewenangan. Kewenangan pemerintah pusat secara umum dalam hal penetapan kebijakan norma, standar, prosedur dan kriteria. Kewenangan provinsi dan kabupatenkota lebih ditekankan pada 156 pelaksanaan kebijakan serta pelaksanaan dan koordinasi. Kewenangan penuh, diantaranya dalam hal pengawasan pelaksanaan penegakan hukum; penetapan kebijakan reklamasi dan mitigasi bencana; pelaksanaan penyerasian dan pengharmonisan pengelolaan wilayah dan sumberdaya laut; perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian tata ruang laut; serta rehabilitasi sumberdaya pesisir, pulau-pulau kecil dan laut. Pada subbidang perikanan tangkap ada 24 butir kewenangan. Beberapa hal dilaksanakan oleh pemerintah pusat yaitu pengelolaan dan pemanfaatan perikanan di wilayah laut di luar 12 mil; estimasi stok ikan nasional dan jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkanJTB; fasilitasi kerjasama pengelolaan dan pemanfaatan perikanan antar provinsi; pembuatan dan penyebaraluasan pola mitigasi bencana; pemberian izin penangkapan di atas 30 GT; pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan pada wilayah perbatasan dengan negara lain; pelaksanaan pendaftaran kapal perikanan di atas 30 GT; pemberian persetujuan pengadaan, pembangunan dan pemasukan kapal dari luar negeri impor; serta rekayasa dan teknologi penangkapan ikan. Pemerintah provinsi dan kabupatenkota diberi kewenangan, diantaranya dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan perikanan di wilayah yang menjadi kewenangannya; fasilitasi kerjasama pengelolaan dan pemanfaatan perikanan antar kabupatenkota; pemberian izin penangkapan, penetapan kebijakan pungutan perikanan; dukungan pembangunan pelabuhan perikanan; produktivitas kapal penangkap ikan; serta dukungan rekayasa dan pelaksanaan teknologi penangkapan ikan. 2 Kebijakan pemerintah provinsi dan kabupatenkota Secara umum pemerintah provinsi dan kabupatenkota berwenang untuk membuat kebijakan, yang tertuang dalam bentuk Rentra Pembangunan Daerah, Rentra Pembangunan Perikanan, Rencana Aksi Action Plan, Arah Kebijaksanaan Umum AKU, Nota Kesepakatan Anggaran, dan Rencana Pembangunan Perikanan dan Kelautan. Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten di bidang perikanan dan kelautan, berwenang menyusun kebijakan perikanan di tingkat provinsi dan kabupatenkota sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangan yang diembannya. Arah 157 kebijakan pembangunan perikanan dari masing-masing provinsi dan kabupaten daerah penelitian seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8 Arah kebijakan pembangunan perikanan dan kelautan provinsi dan kabupaten di Selatan Jawa No. Provinsi Kabupaten Kebijakan Pembangunan Perikanan 1 Jawa Barat Akselerasi pembangunan perikanan tangkap di Pantai Selatan Jawa Barat. 2 Sukabumi 3 Garut Penerapan teknologi tepat guna dalam penangkapan ikan, pemberian modal usaha perikanan dan pemberian bantuan alat tangkap. 4 Jawa Tengah 5 Cilacap Peningkatan kemampuan manajemen, peningkatan usaha perikanan, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan produksi, inventarisasi sumberdaya, pengendalian pemanfaatan sumberdaya, dan pengembangan Segara Anakan dan Nusakambanagn 6 Kebumen Meningkatkan kuantitas dan kualitas pembinaan dan pelatihan bagi bakul ikan dan nelayan dengan metode partisipatif, meningkatkan sosialisasi arti penting sumberdaya hayati perikanan dan kelautan, memfasilitasi kemudahan usaha perikanan melalui koperasi, meningkatkan intensifikasi keberadaan kelembagaan kelompok, serta meningkatkanpenyempurnaan sarana prasarana. 7 DI Yogyakarta Pembangunan sistem bisnis perikanan yang dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup serta tersedianya prasarana fisik perikanan untuk mendukung kegiatan usaha perikanan 8 Gunung Kidul Peningkatan produksi perikanan laut dan pengembangan usaha. 9 Jawa Timur Pemantapan dan pengembangan kelembagaan perikanan, pegelolaan dan pengendalian sumberdaya ikan berkelanjutan, peningkatan pelayanan dalam rangka pemberdayaan komunitas perikanan dan kelautan, pengembangan IPTEK dan pengembangan jaringan informasi, pemasaran dan prasarana. 10 Pacitan Pemberdayaan masyarakat pesisir, penyediaan sarana dan prasarana perikanan, pembangunan dan pengembangan kawasan pesisir, pengembangan usaha, pemetaan potensi dan peningkatan produksi 11 Trenggalek Peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor kelautan dan perikanan sesuai kemampuan lestari sumberdaya ikan dan daya dukung lingkungan, peningkatan kesejahteraan nelayan, pengelolaan lingkungan dan peningkatan peran laut sebagai pemersatu bangsa 12 Malang Mengembangkan pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dan kelautan, utamanya penangkapan ikan dari jalur satu ke jalur dua keatas secara bertahap dan berkelanjutan khususnya untuk jenis ikan ekonomis penting penunjang ekspor dengan diikuti pengembangan pusat pendaratan ikan yang strategis Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan provinsikabupaten 158 Sesuai dengan wewenang yang telah didesentralisasikan pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi dan kabupatenkota pada PP 252000, terdapat 30 butir wewenang pada subbidang kelautan dan 24 butir pada subbidang perikanan tangkap. Butir-butir kewenangan tersebut sebagian besar belum diakomodasikan dalam peraturan-peraturan pelaksanaan di tingkat provinsi dan kabupatenkota. Beberapa peraturan daerah yang sudah dibuat, diantaranya yaitu : 1 SK Direksi PERUM Prasarana Perikanan Samudera 005PPPSKPTSDIR.AIII2001 tentang Ketentuan Tarip Penggunaan Fasilitas, Barang dan Jasa yang Dikelola PERUM Prasarana Perikanan Samudera. 2 SK Gubernur Jawa Timur 18814SK0142000 tentang Pembentukan Tim Pembina Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di Jawa Timur. 3 Peraturan Pemerintah Kabupaten Trenggalek 112004 tentang Retribusi Izin Usaha Perikanan di Kabupaten Trenggalek. 4 Perda Kabupaten Trenggalek 162004 tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Trenggalek. 5 SK Bupati Trenggalek 612003 tentang Penyelenggaraan Pelelangan Ikan di Kabupaten Trenggalek. 6 SK Bupati Kebumen 524.2402KEP2003 tentang Penetapan Biaya Pelaksanaan Pelelangan Ikan di TPI Kabupaten Kebumen. 7 SK Bupati Cilacap 442004 tentang Perizinan Usaha Perikanan di Wilayah Kabupaten Cilacap. 8 Perda Kabupaten Gunung Kidul 32001 tentang Retribusi TPI.

5.3.2 Kelembagaan Perikanan