8
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk: 1 Menentukan implikasi dari karakteristik aspek-aspek geo-topografi, biologi,
teknologi, sosial, ekonomi dan politik terhadap kinerja perikanan dari daerah lokasi penelitian.
2 Membangun model pengembangan perikanan sesuai karakteristik potensi masing-masing daerah.
3 Merumuskan kebijakan strategis untuk pengembangan perikanan berbasis kewilayahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah berupa konsep pengembangan perikanan berbasis kewilayahan,
yang dapat diimplementasikan dalam upaya pengelolaan dan pengembangan sumberdaya perikanan yang mereka miliki. Hasil penelitian akan memberikan
pedoman langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat mendayagunakan sumberdaya perikanan yang dimilikinya, agar dapat
memberikan kontribusi bagi daerah dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan nelayan khususnya dan masyarakat secara umum,
peningkatan pendapatan daerah, serta pengembangan perekonomian dan pembangunan daerah. Melalui penelitian ini diharapkan sektor perikanan akan
dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan daerah.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Naskah pembukaan hukum laut internasional United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS 1982 telah mengisyaratkan, perlu adanya suatu
konvensi tentang hukum laut yang baru dan yang dapat diterima secara umum. Dalam naskah tersebut dinyatakan, permasalahan ruang samudera merupakan
permasalahan yang berkaitan erat satu sama lain dan perlu dianggap sebagai suatu kebulatan. Melalui suatu konvensi, suatu tertib hukum diberlakukan untuk
dapat memudahkan komunikasi internasional dan memajukan penggunaan laut dan samudera secara damai, pendayagunaan sumberdaya alam secara adil dan
efisien, melakukan konservasi sumberdaya alam hayati dan pengkajian, serta perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. Indonesia telah turut meratifikasi
UNCLOS 1982 melalui UU 171985. Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF, telah mengamanatkan
kepada negara-negara di dunia untuk melakukan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara bertanggungjawab. Prinsip-prinsip dalam pengelolaan meliputi:
1 Pelaksanaan hak menangkap ikan disertai upaya konservasi; 2 Pengelolaan berasaskan pada mempertahankan kualitas sumberdaya, keanekaragaman hayati
dan keberlanjutan; 3 Pengembangan armada sesuai kemampuan reproduksi sumberdaya; 4 Perumusan kebijakan perikanan berdasarkan bukti ilmiah; 5
Pengelolaan berdasarkan pada prinsip kehati-hatian precautionary approach; 6 Pengembangan alat penangkapan yang selektif dan aman terhadap sumberdaya; 7
Mempertahankan nilai kandungan nutrisi ikan pada keseluruhan proses produksi; 8 Perlindungan dan rehabilitasi terhadap habitat sumber-sumber perikanan kritis;
9 Pengintegrasian pengelolaan sumber-sumber perikanan kedalam kebijakan pengelolaan wilayah pesisir; serta 10 Penegakan hukum melalui penerapan
monitoring, controlling and surveillance MCS Manggabarani 2006. Undang-Undang 312004 pada Bab I Pasal 1 menyatakan, pengelolaan
perikanan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan,
alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari
10
perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas
sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pada Pasal 2 disebutkan, pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan,
kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi dan kelestarian yang berkelanjutan. Tujuan pengelolaan perikanan tercantum pada Pasal 3, yaitu: 1
meningkatkan taraf hidup nelayanpembudidaya skala kecil, 2 meningkatkan penerimaan dan devisa negara, 3 mendorong perluasan dan kesempatan kerja, 4
meningkatkan ketersediaan dan konsumsi protein ikan, 5 mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya, 6 meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan
daya saing, 7 meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan, 8 mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan
lingkungan sumberdaya ikan secara optimal, serta 9 menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang.
Menurut Nikijuluw 2002, sumberdaya perikanan harus dikelola dengan baik, karena sumberdaya perikanan sangat sensitif terhadap tindakan manusia.
Pendekatan apapun yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya, jika pemanfaatan dilakukan secara berlebihan, pada akhirnya sumberdaya akan
mengalami tekanan secara ekologi dan akan menurun kualitasnya. Pengelolaan sumberdaya perikanan patut dilakukan supaya pembangunan perikanan dapat
dilaksanakan dengan baik dan tujuan pembangunan dapat tercapai. Sumberdaya perikanan terdiri atas sumberdaya ikan, sumberdaya lingkungan, serta segala
sumberdaya buatan manusia yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya. Oleh karena itu pengelolaan sumberdaya perikanan mencakup penataan
pemanfaatan sumberdaya ikan, pengelolaan lingkungannya, serta pengelolaan kegiatan manusia. Secara lebih ekstrim dapat dikatakan, manajemen sumberdaya
perikanan adalah manajemen kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumberdaya. Diberlakukannya UU 322004 membawa konsekuensi berupa perubahan
dalam tata pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. Berdasarkan UU tersebut, Pemda memiliki landasan yang kuat untuk
mengimplementasikan pembangunan kelautan secara terpadu, mulai dari aspek perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya dalam
11
upaya menerapkan pembangunan kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun rencana strategis
RENSTRA pengelolaan sumberdaya secara terpadu dari setiap provinsi dan kabupatenkota. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyusun zonasi kawasan
perairan untuk memfokuskan sektor-sektor tertentu dalam suatu zona, menyusun rencana pengelolaan management plan untuk suatu kawasan tertentu atau suatu
sumberdaya tertentu. Selanjutnya membuat rencana aksi action plan yang memuat rencana investasi pada berbagai sektor, baik untuk kepentingan
pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat. Perencanaan hendaknya dilakukan secara partisipatif, artinya segenap komponen daerah terlibat dalam
proses dan tahapan perencanaan pengelolaan tersebut Dahuri 2003.
2.2 Beberapa Contoh Bentuk Pengelolaan Sumberdaya Perikanan