Keadaan Umum Daerah Kabupaten Malang 1 Kondisi geografi dan topografi Kegiatan Perikanan Kabupaten Malang

101 Nilai produksi selama periode 1994-2003 terus meningkat, dengan peningkatan tajam terjadi pada tahun 2002 Lampiran 16e. Tahun 1994 sebesar Rp 1.716.083.000,00, terus meningkat mencapai Rp 121.198.950.000,00 pada tahun 2006. Peningkatan nilai produksi cukup tajam terjadi pada tahun 2002 yaitu menjadi Rp 120.692.250.000,00 atau meningkat 270 dari nilai produksi tahun 2001. Peningkatan nilai produksi yang sangat besar tersebut, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan harga ikan yang sangat tinggi di tahun tersebut. Nilai produksi ikan di Trenggalek sebagian besar adalah dari PPN Prigi. Nilai produksi dari PPN Prigi selama periode tahun 1999-2006 cenderung meningkat, peningkatan tajam terjadi tahun 2002 Lampiran 17e. Tahun 1999 berjumlah Rp 26.094.479.200,00, menurun menjadi Rp 14.353.566,00 pada tahun 2000. Nilai produksi meningkat tajam tahun 2002 menjadi Rp 53.836.786.000,00, atau meningkat 122 dari tahun sebelumnya. Tahun 2004 meningkat menjadi Rp 58.309.700.000,00, terus meningkat menjadi Rp 83.485.900.000,00 tahun 2006.

4.12 Kabupaten Malang

4.12.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Malang 1 Kondisi geografi dan topografi

Kabupaten Malang secara geografis terletak pada 112 °17’10,90”- 122 °57’00” BT dan 7°44’55,11”- 8°26’35,54” LS. Batas administratif sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo, utara Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Jombang, serta sebelah barat dengan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Luas wilayah 4.576 km 2 , sebagian besar wilayah berupa pegunungan. Kondisi topografis bagian selatan berupa pegunungan kapur dengan ketinggian 0- 500 m dpl, meliputi Ampelgading, Tirtoyudo, Sumbermanjing Wetan, Pagak, Gedangan, Bantur, Donomulyo dan Kalipare. Dataran tinggi berupa pegunungan berada di Malang Selatan, Malang Timur yaitu Pegunungan Tengger dan Semeru, barat Pegunungan Arjuno, Anjasmoro, Kelud dan Panderman. Daerah dataran tinggi pada ketinggian antara 500–3600 m dpl, terdapat di Malang Selatan, lereng Tengger dan Semeru, serta disekitar Gunung Kawi dan Gunung Arjuno. 102 2 Kondisi sosial dan ekonomi Secara administratif Kabupaten Malang meliputi 33 kecamatan, 377 desa dan 12 kelurahan. Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas di Jawa Timur sesudah Banyuwangi. Perkembangan perekonomian relatif lebih cepat dibandingkan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Perekonomian ditopang oleh sektor pertanian, khususnya subsektor tanaman sayur dan buah-buahan. Sektor berikutnya adalah perdagangan, pariwisata dan jasa. Perikanan merupakan mata pencaharian pokok penduduk di pesisir selatan, khususnya di PPI Sendangbiru, PPI Licin dan PPI Sipelot. Jumlah penduduk pada tahun 2002 sebanyak 2.245.870 jiwa, terdiri atas 1.110.302 laki-laki, 1.135.568 perempuan. Kepadatan penduduk mencapai 97,78 jiwa per km 2 . Jumlah penduduk di Kecamatan Sumbermanjing wetan 90.038 jiwa, terdiri atas 44.607 laki-laki dan 45.433 perempuan www malang. go.id.

4.12.2 Kegiatan Perikanan Kabupaten Malang

1 Unit penangkapan ikan Kapalperahu di Kabupaten Malang dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu kapal motor, perahu motor tempel, perahu tanpa motor. Jumlah armada periode 1994-2006 didominasi oleh jenis perahu tanpa motor Lampiran 18a. Jumlah kapalperahu meningkat, yaitu pada tahun 1994 berjumlah 332 unit menjadi 937 unit pada tahun 2006. Jumlah perahu motor tempel terus meningkat, dari 57 unit tahun 1994 menjadi 223 unit tahun 2006. Kapal motor mulai meningkat tahun 2000, pada tahun 2006 berjumlah 344 unit. Peningkatan jumlah kapal motor, terutama adalah perkembangan kapal tonda di PPP Pondokdadap, seiring dengan upaya pemerintah Kabupaten Malang untuk mengembangkan sektor perikanan. Alat tangkap meliputi pancing, jaring, gillnet, payang, tonda, rawai dan purse seine. Jumlah alat tangkap periode tahun 1994-2006 meningkat Lampiran 18b. Peningkatan jumlah alat tangkap cukup signifikan yaitu pada tahun 2003 yang berjumlah 2.369 unit dari jumlah 979 unit pada tahun 2002 atau meningkat 142. Jumlah alat tangkap menurun menjadi 1.892 unit pada tahun 2006. Jenis alat tangkap dominan adalah pancing, jaring, gillnet, payang, jaring dan alat lainnya. Pancing tonda mulai dioperasikan di Malang pada tahun 2004, terus 103 meningkat menjadi 1.570 unit pada tahun 2006. Saat ini pancing tonda merupakan alat tangkap yang paling produktif terutama untuk penangkapan tuna dan cakalang dengan rumpon laut dalam di PPP Pondokdadap. Jumlah nelayan pada periode 1996-2006 berfluktuasi, cenderung meningkat Lampiran 18c. Nelayan tahun 1994 berjumlah 1.583 orang, berfluktuasi naik turun sekitar 10-20. Periode 2001-2005 jumlah nelayan meningkat, menjadi 2.009 orang pada tahun 2005 dan menurun menjadi 1.597 pada tahun 2006. 2 Produksi dan nilai produksi Produksi ikan di Kabupaten Malang terutama dari jenis ikan pelagis dan demersal. Produksi utama dari kelompok ikan pelagis diantaranya yaitu ikan tuna Thunnnus spp., cakalang Katsuwonus pelamis, tongkol Euthynnus sp. dan Auxis sp., layang Decapterus sp., selar Caranx sp., teri Stolephorus sp. dan tigawaja Otolithus sp.. Kelompok ikan demersal seperti cucut Charcharinus sp., ikan merah Lutjanus sp., bawal putih Pampus argentus, bawal hitam Formio niger, layur Trichiurus spp., dan ikan pari Dasyatis sp.. Produksi ikan selama periode 1994-2006 berfluktuasi Lampiran 18d. Produksi tahun 1995 menurun 64 dari tahun 1994 yang berjumlah 2.999 ton. Produksi tahun 1996 naik 184, menjadi 3.052 ton. Tahun 1997-2000 produksi cenderung menurun, dengan penurunan tertinggi terjadi pada tahun tahun 1999 sebesar 50 dari tahun sebelumnya. Produksi tahun 2001 meningkat tajam yaitu sekitar 294 dari tahun sebelumnya, menjadi 3.261 ton. Produksi tahun 2002- 2003 terus meningkat. Produksi meningkat cukup tajam tahun 2003 sekitar 100 dari produksi tahun sebelumnya. Produksi pada tahun 2006 berjumlah 7.879 ton. Searah dengan produksi, nilai produksi berfluktuasi, dengan fluktuasi yang rendah pada periode 1994-2000 dan meningkat tajam tahun 2001-2006 Lampiran 18e. Nilai produksi berjumlah Rp 2.079.932.000,00 pada tahun 1994, menurun menjadi Rp 1.859.490.000,00 tahun 1995 atau turun sekitar 11. Nilai produksi naik kembali pada tahun 1996 sebesar 70 menjadi Rp 3.172.180.000,00. Tahun 2001-2006 nilai produksi cenderung meningkat, hingga pada tahun 2006 menjadi Rp 59.848.800.000,00. Peningkatan nilai produksi cukup tinggi terjadi pada tahun 2002 dan 2003 yaitu sekitar 74 per tahun. 5 KONDISI SISTEM PERIKANAN TANGKAP

5.1 Subsistem Usaha Perikanan Tangkap