Subsistem Kegiatan Usaha Perikanan

15 praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu bisnis perikanan. Dalam hal ini perikanan didefinisikan meliputi kegiatan bisnis dan pengelolaan. Pengertian pengelolaan perikanan telah didefinisikan pada bagian terdahulu. Berdasarkan definisi sistem menurut Charles 2001 dan menurut UU 312004, serta berdasarkan pada analisis kebutuhan dan permasalahan sistem lebih lanjut lihat Bab 3.2, maka kajian Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah dirancang dalam suatu konsep sistem yang terdiri atas tiga subsistem. Ketiga subsistem tersebut yaitu 1 subsistem kegiatan usaha perikanan, 2 subsistem pelabuhan perikanan: fungsionalitas dan aksesibilitas, serta 3 subsistem kebijakan dan kelembagaan perikanan.

2.3.1 Subsistem Kegiatan Usaha Perikanan

Seperti telah disebutkan dalam UU 312004, bahwa perikanan adalah suatu kegiatan bisnis atau usaha, dengan cakupan mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Berdasarkan cara produksinya perikanan dikelompokkan menjadi dua, yaitu penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, danatau mengawetkannya. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha perikanan merupakan proses untuk menghasilkan produksi ikan yang dilakukan nelayan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya ikan yang ada, selanjutnya dilakukan proses penanganan, pendistribusian dan pemasaran, dengan tujuan akhir adalah memperoleh nilai manfaat atau keuntungan. Untuk dapat terselenggaranya kegiatan menghasilkan produksi ikan, digunakan berbagai sarana seperti kapal, alat tangkap dan perlengkapan lainnya. Dalam keseluruhan kegiatan usaha perikanan terkait antara sumberdaya ikan, manusia, teknologi, modal dan sumberdaya informasi, yang masing-masing komponennya perlu dikelola dengan baik agar tujuan untuk mencapai keuntungan usaha dapat tercapai. 16 Menurut Dahuri 2003, kebijakan dan program yang bertalian dengan upaya optimalisasi antara ketersediaan sumberdaya stok ikan dengan tingkat penangkapan pada setiap wilayah penangkapan ikan sangat penting, untuk dapat menjamin sistem usaha perikanan yang efisien atau menguntungkan profitable secara berkelanjutan. Apabila tingkat penangkapan ikan di suatu wilayah melebihi potensi lestarinya maximum sustainable yield, MSY, maka akan terjadi fenomena tangkap lebih overfishing yang berakibat pada penurunan hasil tangkapan per satuan upaya catch per unit effort, pada gilirannya mengakibatkan penurunan pendapatan nelayan. Sebaliknya, jika tingkat penangkapan di bawah potensi lestari MSY atau MEY maximum economic yield, maka terjadi kondisi yang kurang optimal underutilization. Kondisi ini tidak baik, karena ikan di laut kalau tidak ditangkap akan mati secara alamiah natural mortality. Perikanan masa depan Indonesia yang harus diwujudkan adalah sebuah sistem bisnis perikanan tangguh, yang dapat menghasilkan keuntungan berkelanjutan, sehingga dapat mensejahterakan para pelakunya, berkontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi, dan mampu menjaga kelestarian sumberdaya ikan serta lingkungannya. Berkembangnya kegiatan usaha perikanan, akan membentuk pusat kegiatan perikanan sentra industri. Menurut Kuncoro 2002 diacu dalam Sahubawa 2006, sentra industri pada dasarnya merupakan kelompok produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan biasanya terspesialisasi pada satu atau dua industri utama saja. Menurut Porter 1998, 2000 diacu dalam Sahubawa 2006 sentra merupakan konsentrasi geografis dari berbagai perusahaan dan industri yang saling terkait dalam satu wilayah tertentu. Markusen 1996 dan Scorsone 2002 diacu dalam Sahubawa 2006 mengajukan tiga pola sentra industri yaitu sentra Marshalian, Hub and Spoke, dan Satellite Flat Form. Pola sentra Mashalian dicirikan oleh skala ekonomi rendah, kerjasama horizontal yang tinggi, serta kerjasama vertikal dan hubungan eksternal yang sangat rendah. Pola sentra Hub and Spoke mempunyai ciri-ciri diantaranya dominasi satu atau beberapa perusahaan besar yang terintegrasi secara vertikal dan dikelilingi oleh sejumlah pemasok, kerja sama yang rendah antar sesama kompetitor perusahaan besar, dan skala ekonomi yang cukup tinggi. Pola Satellite Flat Form, mempunyai ciri-ciri dominansi perusahaan besar yang dimiliki oleh pemilik eksternal, aktivitas dagang 17 yang minimal antar pembeli dan pemasok di dalam sentra, pengambilan keputusan investasi dilakukan secara eksternal, serta derajat kerjasama dan keterkaitan yang tinggi dengan perusahaan-perusahaan diluar sentra terutama perusahaan induk.

2.3.2 Subsistem Pelabuhan Perikanan: Fungsionalitas dan Aksesibilitas