3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pendekatan Masalah
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data melalui survei lapangan untuk mengetahui kondisi umum dan kondisi perikanan wilayah studi. Berdasarkan
kondisi tersebut, model pengembangan perikanan dibangun dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam penelitian ini, sistem perikanan tangkap didefinisikan
terdiri atas subsistem usaha penangkapan ikan, subsistem pelabuhan perikanan, dan subsistem kebijakan dan kelembagaan perikanan lihat Bab 2.3 dan Bab 3.2.
Model pengembangan tersebut selanjutnya dijelaskan dengan menggunakan hasil analisis SWOT strength, weakness, opportunities, and threats, balanced
scorecard dan interpretative structural modelling ISM. Analisis SWOT menghasilkan rumusan strategi model pengembangan, sedangkan balanced
scorecard menghasilkan tolok ukur operasional jangka pendek untuk mengukur keberhasilan strategi jangka panjang. Teknik ISM menghasilkan strategi
implementasi model yang dibangun. Penjelasan dari setiap metodologi diberikan dalam sub-bab berikut.
3.2 Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem digunakan untuk keperluan pembangunan model pengembangan perikanan tujuan penelitian ke 2. Pendekatan sistem merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang komplek, bersifat dinamis dan penuh ketidakpastian. Pengkajian dengan
menggunakan metode pendekatan sistem mencakup empat tahap yaitu: 1 analisis sistem, 2 permodelan sistem, 3 implementasi sistem dan 4 operasi sistem
Wilson 1990; Eriyatno 2003; Jogiyanto 1989; Simatupang 1995. Pada
penelitian ini, dilakukan tahap analisis sistem dan permodelan sistem.
3.2.1 Analisis sistem
Analisis sistem digunakan untuk memahami perilaku sistem, mengidentifikasi faktor-faktor penting yang terkait dengan keberhasilan sistem,
35
permasalahan yang dihadapi dan alternatif solusi yang dapat diajukan untuk mengatasi permasalahan. Tahap-tahap yang perlu dilakukan yaitu:
1 Analisis kebutuhan, merupakan permulaan pengkajian sistem. Analisis
kebutuhan ditentukan berdasarkan kebutuhan pelaku sistem stakeholder. Untuk keperluan analisis, terlebih dahulu dilakukan identifikasi pelaku secara
selektif melalui pengamatan lapangan secara langsung, selanjutnya dilakukan identifikasi kebutuhan pelaku melalui wawancara semi terstruktur.
2 Formulasi masalah, merupakan permasalahan-permasalahan spesifik yang
dihadapi sistem yang menyebabkan sistem tidak dapat bekerja secara optimal. Formulasi masalah dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara semi terstruktur terhadap pelaku sistem. 3
Identifikasi sistem, merupakan gambaran sistem yang memperlihatkan rantai hubungan antara kebutuhan-kebutuhan dan permasalahan-permasalahan yang
dihadapi. Identifikasi sistem digambarkan dalam bentuk diagram struktur sistem, diagram sebab-akibat causal loop, dan diagram input-output.
Berdasarkan pengamatan dan pendalaman awal terhadap perilaku Sistem Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah
diperoleh analisis kebutuhan dari pelaku sistem, formulasi permasalahan yang dihadapi sistem dan identifikasi sistem, serta alternatif permodelan sistem.
Deskripsi awal sistem seperti dijelaskan pada bagian berikut.
1 Analisis kebutuhan pelaku sistem
Komponen pelaku yang terlibat dalam Sistem Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Potensi Daerah, diidentifikasi melalui pemahaman dan
pendalaman terhadap kondisi di lapangan, yaitu di Wilayah Selatan Jawa. Pelaku dan kebutuhan masing-masing pelaku sistem, seperti terlihat pada Tabel 2.
2 Formulasi permasalahan yang ada dalam Sistem Pengembangan
Perikanan Berbasis Karakteristik Potensi Daerah
Permasalahan dalam pengembangan perikanan adalah, adanya konflik kepentingan diantara para pelaku untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sistem
dirancang untuk dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan para pelaku, baik yang bersifat memberikan sinergi positif maupun yang merugikan kepentingan
36
pelaku lain. Keberhasilan sistem sangat dipengaruhi oleh kemampuan para pelaku untuk mengeliminir kepentingan yang dapat merugikan kepentingan pelaku lain,
dan bersinergi untuk mencapai tujuan pengembangan perikanan secara optimal. Tabel 2 Pelaku dan kebutuhan dari pelaku Sistem Pengembangan Perikanan
Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah
No. Pelaku Kebutuhan
No. Pelaku Kebutuhan
1 Nelayan Kelompok
nelayan - Peningkatan produksi
- Keberlanjutan kerja - Peningkatan
pendapatan - Peningkatan
kesejahteraan 7 PEMDA
BAPPEDA Dinas
Perikanan - Pengelolaan
perikanan secara berkelanjutan
- Peningkatan aktivitas perikanan
- Peningkatan lapangan kerja
- Peningkatan pendapatan daerah
PAD - Peningkatan
perekonomian daerah
2 Pemilik kapal
pengusaha perikanan
- Keberlanjutan usaha - Kemudahan
memperoleh input produksi
- Peningkatan produksi - Peningkatan
keuntungan 8 Departemen
Kelautan dan
Perikanan - Pemberdayaan
nelayan - Pemberian izin usaha
- Perlindungan sumberdaya ikan
- Penegakan hukum - Peningkatan
konsumsi ikan - Peningkatan devisa
3 Bakul pedagang
eksportir - Keberlanjutan usaha
- Ketersediaan ikan dengan kualitas yang baik
- Kemudahan aksesibilitas pasar
- Peningkatan keuntungan 9 Pemberi
modal - Kelayakan usaha
untuk pemberian modal
- Keterjaminan pengembalian modal
4 Pengolah perusahaan
pengolah ikan
- Keberlanjutan usaha - Ketersediaan bahan
baku - Kemudahan memperoleh
input pengolahan - Kemudahan pasar
- Peningkatan keuntungan 10 Organisasi
Pemerintah Non
Pemerintah - Pemberdayaan
nelayan -
Peningkatan aktivitas perikanan
- Perlindungan sumberdaya ikan
- Penegakan hukum 5 Pengelola
TPI - Terlaksananya
pelelangan ikan - Terpenuhi target
kontribusi lelang 11 Buruh
Pelabuhan - Aktivitas pelabuhan
perikanan tinggi - Pendapatan
meningkat 6 Pengelola
PPPPI - Fasilitas PPPPI yang
terus meningkat - Pemberian pelayanan
dengan baik - Aktifitas pendaratan ikan
terus meningkat 12 Masyarakat
sekitar pelabuhan
- Terbuka lapangan
kerja - Ekonomi masyarakat
meningkat
Sumber: Hasil pendalaman terhadap sistem dan wawancara dengan responden 2005-2006
37
Pengembangan perikanan pada intinya adalah mengembangkan kegiatan usaha atau bisnis perikanan. Kelangsungan kegiatan usaha perikanan akan sangat
dipengaruhi oleh keberadaan sumberdaya ikan. Ciri utama dari keberadaan sumberdaya ikan adalah keberadaannya tidak menetap disuatu kolom perairan,
melainkan selalu bergerak bebas secara vertikal maupun horizontal. Oleh karena itu, produksi tidak dapat diprediksikan dengan pasti, produksi akan sangat
dipengaruhi oleh kondisi biologi sumberdaya ikan dan lingkungan perairan. Pemanfaatan sumberdaya ikan memerlukan teknologi yang tepat sesuai jenis
sumberdaya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Jenis sumberdaya ikan yang berbeda, memerlukan teknologi penangkapan ikan berbeda. Penggunaan teknologi
penangkapan ikan memerlukan SDM dengan skill dan pengetahuan yang berbeda, serta penggunaan modal berbeda sesuai dengan tingkat teknologi yang digunakan.
Produksi dari kegiatan perikanan, baru akan dapat memberikan manfaat bagi para pelaku usaha setelah produksi sampai ke tangan konsumen. Distribusi dan
pemasaran menjadi faktor penting, untuk dapat memberikan nilai tambah pada produksi. Sifat produksi ikan yang sangat mudah busuk highly perisable,
memerlukan penanganan produksi yang tepat untuk dapat mengendalikan mutu produk. Pengendalian mutu produk menjadi sesuatu yang sangat penting, agar
produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan mutu yang baik. Memahami kondisi seperti tersebut di atas, maka kebutuhan para pelaku
sistem dapat tidak terpenuhi, karena berbagai permasalahan yang melingkupi sistem. Permasalahan-permasalahan tersebut akan dicarikan solusi pemecahannya
melalui perancangan sistem. Secara spesifik, permasalahan yang dihadapi sistem dapat diformulasikan sebagai berikut:
1 Keberadaan stok sumberdaya ikan tidak dapat diprediksikan dengan tepat.
Prediksi jumlah stok ikan sangat penting untuk dapat menentukan jumlah ikan yang dapat ditangkap dengan tetap memperhatikan kelangsungan
sumberdaya. Prediksi jumlah stok dilakukan dengan suatu pendekatan analisis, prediksi diperlukan sebagai basis pemanfaatan sumberdaya ikan.
2 Pemerintahan provinsi dan kabupaten berlomba-lomba membangun
prasarana dan sarana untuk pengembangan kegiatan perikanan, tanpa
38
mempertimbangkan nilai manfaat yang akan diperoleh dibandingkan besarnya investasi yang ditanamkan.
3 Penguasaan teknologi oleh nelayan masih terbatas. Sebagian besar nelayan
bermata pencaharian sebagai nelayan secara turun temurun. Pengetahuan penggunaan teknologi didasarkan pada pengalaman langsung dalam
pekerjaan, tanpa dilandasi pengetahuan secara ilmiah. Kemampuan permodalan yang lemah, juga menyebabkan teknologi yang digunakan
adalah teknologi yang sudah diwariskan secara turun temurun. 4
Mutu produk sangat rendah. Ikan memiliki karakteristik cepat mudah busuk highly perisable. Pengendalian mutu ikan harus dilakukan sejak mulai
ikan ditangkap, saat ikan didaratkan di pelabuhan dan selanjutnya pada saat pendistribusian serta pemasaran sampai ke tangan konsumen. Kesadaran
pengendalian mutu ikan, utamanya di tingkat nelayan masih sangat rendah. 5
Aksesibilitas pemasaran terbatas. Aksesibilitas pemasaran terkait dengan jarak jangkau dan kemudahan mencapai daerah tujuan pemasaran, serta
akses informasi pasar. 6
Iklim usaha di bidang perikanan belum tercipta dengan baik. Berbagai kebijakan pemerintah menimbulkan dampak yang kontra produktif bagi
usaha perikanan, misalnya kenaikan BBM. 7
Prasarana dan sarana terbatas. Prasarana dan sarana untuk pengembangan kegiatan perikanan belum terdistribusikan secara merata.
8 Kebijakan pemerintah yang tidak mendukung. Pengembangan perikanan di
suatu wilayah, sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang ada. 9
Kelembagaan perikanan. Peran dan fungsi dari kelembagaan perikanan yang ada masih belum memberikan dukungan yang nyata bagi pengembangan
perikanan di suatu wilayah. Permasalahan-permasalahan yang ada seperti tersebut di atas, akan dicari
solusi pemecahan permasalahannya dengan perancangan suatu permodelan Sistem Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah.
Model bertujuan untuk dapat mengembangkan perikanan di suatu wilayah, berdasarkan pada karakteristik spesifik potensi yang dimiliki daerah.
Karakteristik spesifik potensi perikanan, tidak saja mencakup karakteristik
39
sumberdaya ikan, melainkan juga mencakup potensi sumberdaya manusia, penggunaan teknologi, penyediaan prasarana dan sarana kegiatan perikanan,
aksesibilitas pasar, kemampuan permodalan, kebijakan serta kelembagaan. Model dirancang untuk dapat meminimalisasi konflik kepentingan diantara para pelaku,
sehingga tercipta sinergi serta dapat memanfaatkan potensi-potensi keunggulan yang dimiliki daerah. Harapannya adalah pengembangan perikanan akan dapat
memberikan manfaat yang besar bagi para pelaku yang terlibat, tanpa harus menanamkan investasi besar yang tidak berguna.
3 Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan rantai hubungan antara pernyataan-penyataan kebutuhan pelaku sistem dengan permasalahan yang telah diformulasikan dalam
sistem. Identifikasi sistem digambarkan dalam diagram sebab-akibat causal loop dan diagram input output. Diagram lingkar sebab akibat menggambarkan
keterkaitan antar komponen di dalam sistem, sehingga dapat terlihat mekanisme kinerja sistem dalam memenuhi kebutuhan para pelaku sistem Gambar 3.
Gambar 3 Diagram sebab akibat causal loop Sistem Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah.
40
Pada diagram
causal loop terlihat keterkaitan di dalam sistem, yaitu usaha perikanan memiliki unit teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan.
Interaksi antara unit penangkapan dengan sumberdaya ikan diperoleh hasil tangkapan. Hasil tangkapan akan dijual ke daerah tujuan pasar dengan dukungan
aksesibilitas dari lokasi PPPPI yang tinggi. Unit penangkapan akan dapat beroperasi dengan baik, jika mendapatkan layanan input produksi dari PPPPI.
Pasar akan memberikan imbalan berupa pendapatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Kesejahteraan yang meningkat, akan dapat menarik tenaga
kerja untuk berusaha di bidang perikanan. Pasar memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah PAD. Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator
berperan menyediakan prasarana dan sarana, membuat peraturan dan kebijakan untuk dapat mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya. Pemerintah
diharapkan mampu menciptakan suasana yang kondusif dan iklim usaha yang menguntungkan, yang bermanfaat bagi pengembangan perikanan di Indonesia
Diagram lingkar
causal loop selanjutnya direpresentasikan dalam diagram input output, yang menggambarkan output yang harus dikeluarkan oleh sistem
sesuai dengan tujuan sistem yang sudah dirancangkan Gambar 4. Output sistem dapat dipenuhi dengan merekayasa input-input yang masuk ke dalam sistem. Input
yang masuk ke dalam sistem berupa input terkendali dan input tak terkendali.
Gambar 4 Diagram input-output Sistem
Pengembangan Perikanan
Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah.
41
Sistem mendapat pengaruh dari lingkungan. Adanya input tak terkendali dan pengaruh faktor lingkungan, dapat menyebabkan sistem menghasilkan output
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keberhasilan sistem memerlukan suatu mekanisme pengendalian, agar kinerja sistem sesuai dengan yang direncanakan.
Mekanisme pengendalian mendapatkan input balik feed back dari output yang tidak dikehendaki yang dikembalikan ke dalam sistem.
Berdasarkan hasil identifikasi sistem, konsep sistem yang diajukan dalam kajian ini mencakup tiga subsistem yaitu: 1 subsistem usaha perikanan 2
pelabuhan perikanan: fungsionalitas dan aksesibilitas pasar, serta 3 subsistem
kebijakan dan kelembagaan perikanan. Keberhasilan pengembangan perikanan akan sangat tergantung pada berfungsinya ketiga subsistem tersebut Gambar 5.
Gambar 5 Struktur Sistem Pengembangan Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah.
3.2.2 Permodelan Sistem
Permodelan sistem dimulai dengan melakukan analisis terhadap kinerja sistem saat ini, dan mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab kenapa
42
permasalahan sistem timbul. Hasil analisis dijadikan sebagai landasan untuk mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah. Secara umum kerangka
pemikiran penelitian seperti terlihat pada Gambar 6. Teknik analisis, kebutuhan data, dan hasil yang diharapkan dari penelitian seperti tercantum pada Tabel 3.
Gambar 6
Diagram alir deskriptif kerangka analisis, permodelan sistem, perumusan kebijakan dan implementasi model Pengembangan
Perikanan Berbasis Karakteristik Spesifik Potensi Daerah.
Tabel 3 Teknik analisis, kebutuhan data dan hasil yang diharapkan untuk memenuhi tujuan penelitian.
No. Tujuan Penelitian
Teknik analisis Kebutuhan data
Hasil yang diharapkan
1 Menentukan implikasi
karakteristik aspek-aspek geo- topografi, biologi, teknologi,
sosial, ekonomi dan politik terhadap perkembangan
perikanan dari daerah penelitian
Deskriptif grafik dan tabel - Kondisi umum wilayah
- Kondisi umum perikanan - Kondisi sistem perikanan
- Pustaka pendukung Implikasi karakteristik
geo-topografi, biologi, teknologi, sosial,
ekonomi dan politik terhadap perkembangan
perikanan dari daerah penelitian
2 Membangun model
pengembangan perikanan berbasis karakteristik wilayah
1 Analisis sumberdaya ikan unggulan 2 Pendekatan sistem:
1 Analisis sistem - Usaha perikanan analisis teknis dan
finansial - Pelabuhan perikanan analisis
keterkaitan dengan fishing ground, teknis pelabuhan, dan aksesibilitas
pasar - Kebijakan dan kelembagaan analisis
pendekatan kerangka hukum dan analisis pendekatan kerangka
kelembagaan 2 Permodelan sistem
- Submodel USAHA - Submodel PELABUHAN
- Submodel LEMBAGA - Data time series jenis ikan per
kabupaten dan provinsi - Data dan informasi terkait dengan
kondisi subsistem usaha perikanan - Data dan infotmasi terkait dengan
kondisi subsistem pelabuhan perikanan, fungsionalitas
dan aksesibilitas - Data dan informasi terkait dengan
kondisi subsistem kebijakan dan kelembagaan perikanan
- Pustaka pendukung Jenis ikan unggulan
sebagai basis penyusunan model
Model pengembangan berbasis pada
karakteristik spesifik potensi daerah
3 Merumuskan kebijakan strategis
untuk pengembangan perikanan berbasis kewilayahan
1 Perumusan kebijakan strategis:
- Analisis SWOT
- Balanced scorecard
2 Implementasi model pengembangan
- Interpretative structural modelling ISM - Hasil analisis dan permodelan sistem
- Permodelan normatif - Pendapat pakar
- Pendapat pengkaji sistem - Pustaka pendukung
Kebijakan strategis pengembangan perikanan
berbasis kewilayahan
43
44
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan teknik survei, dengan aspek yang dikaji meliputi 1 kegiatan usaha perikanan, 2 pelabuhan perikanan: fungsionalitas dan
aksesibilitas, serta 3 kebijakan dan kelembagaan. Metode pengumpulan data meliputi tiga kegiatan, yaitu 1 menggali sumber-sumber sekunder, 2 pengamatan
atau observasi langsung di lapangan, dan 3 wawancara semi terstruktur.
1 Menggali Sumber-Sumber Sekunder
Sumber-sumber sekunder dikumpulkan dari instansi atau lembaga-lembaga pemerintah, non pemerintah maupun swasta yang ada di daerah maupun di pusat.
Sumber sekunder meliputi juga buku pustaka dan sumber informasi lainnya. Berdasarkan sumber-sumber sekunder ini, dapat diperoleh data dan informasi
yang relevan untuk dapat mengetahui kondisi saat ini existing system dari kegiatan perikanan di masing-masing lokasi penelitian.
Sumber-sumber sekunder yang dikumpulkan meliputi: 1 Data statistik perikanan selama 5-15 tahun terakhir;
2 Laporan tahunan 5-15 tahun perikanan kabupatenkota atau provinsi;
3 Peta lokasi penelitian dan tata ruang wilayah;
4 Studi kelayakan pembangunan PPPPI dan rencana pengembangan PPPPI ke
depan; 5
Rencana strategis pembangunan daerah jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang;
6 Rencana strategis pembangunan perikanan jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang; 7
Kebijakan perikanan, hukumperaturan perikanan yang ada dan program- program pembangunan perikanan yang sedang berjalan;
8 Rencana kebijakan dan program-program pembangunan perikanan ke depan;
9 Keberadaan lembaga-lembaga perikanan beserta fungsi dan perannya bagi
pembangunan perikanan di masing-masing lokasi penelitian; 10
Sumber sekunder lainnya yang terkait dengan materi penelitian.
45
2 Pengamatan atau Observasi Langsung
Pengamatan langsung dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami secara langsung kegiatan perikanan di masing-masing lokasi penelitian.
Pengamatan langsung yang dilakukan meliputi: 1 Pengamatan langsung terhadap kondisi fisik lokasi penelitian
- Pengamatan terhadap bangunan fisik PPPPI, mencakup fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
- Pengamatan terhadap kemudahan aksesibilitas menuju lokasi PPPPI, dilihat dari fasilitas infrastruktur berupa jalan dan sarana transportasi.
- Pengamatan terhadap prasarana penunjang, berupa jaringan telekomunikasi, sumber air bersih dan listrik.
2 Pengamatan terhadap aktivitas kegiatan perikanan - Pengamatan kegiatan bongkar ikan dan penanganan hasil tangkapan.
- Pengamatan proses pelelangan, distribusi dan pemasaran ikan. - Pengamatan muat bahan bakar, air tawar dan perbekalan lainnya.
- Pengamatan kegiatan kapal dan nelayan selama istirahat di PPPPI. 3 Pengamatan terhadap keberadaan dan aktivitas kelembagaan perikanan
- Pengamatan terhadap keberadaan dan peran lembaga-lembaga perikanan yang ada, baik kelembagaan pemerintah, non pemerintah maupun swasta.
- Pengamatan terhadap pelaksanaan kebijakan dan penegakan hukumnya.
4 Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur dilakukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan dan topik yang sudah ditentukan sebelumnya. Pertanyaan lebih detail
berkembang dan diajukan pada saat wawancara berlangsung. Pertanyaan diajukan sesuai daftar kuesioner yang fleksibel, sebagai pedoman dan bukan merupakan
angket formal. Wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu 1 wawancara dengan responden kunci, dan 2 wawancara kelompok terfokus.
1 Wawancara dengan responden kunci Wawancara dengan responden kunci atau pihak-pihak yang terlibat
stakeholder kegiatan perikanan, bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan khusus, yaitu pengetahuan terkait dengan berbagai aktivitas kegiatan perikanan.
46
Responden kunci meliputi nelayan, bakulpedagangeksportir, konsumen, Pengelola PPPPI, pemilik kapal atau pengusaha penangkapan ikan, pengusaha
industri pengolahanpengolah ikan, Dinas Perikanan, BAPPEDA, PEMDA, Pengelola KUD, tokoh masyarakat formalinformal, LSM dan pihak lainnya.
Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kondisi saat ini kegiatan perikanan, harapan, hambatan-hambatan atau permasalahan-permasalahan yang
dihadapi, serta usulan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan. 2 Wawancara kelompok terfokus
Wawancara kelompok terfokus dimaksudkan untuk dapat menghasilkan rumusan kebijakan pengembangan berbasis kewilayahan yang tepat untuk
direkomendasikan. Wawancara kelompok terfokus dilakukan terhadap pakar di bidang perikanan yang diperkirakan memiliki pengetahuan yang dalam untuk
merumuskan kebijakan pengembangan perikanan ke depan.
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian