253
7.5 Validasi Model
Model pengembangan perikanan lepas pantai dan pengembangan perikanan pantai cukup valid untuk diterapkan di Wilayah Selatan Jawa. Semua kabupaten
yang ada di Selatan Jawa dapat menerapkan pengembangan perikanan pantai, sementara itu untuk pengembangan perikanan lepas pantai, pelabuhan perikanan
yang direkomendasikan hanya PPS Cilacap dan PPN Palabuhanratu Gambar 23. Kabupaten Cilacap dan Sukabumi dapat mengembangkan kedua model, namun
dengan lokasi pelabuhan perikanan yang terpisah. Validasi model dilakukan dengan mengamati perilaku unjuk kerja sistem.
Pengamatan perilaku penting supaya model yang dibuat dapat diterima sebagai suatu penggambaran keadaaan yang sebenarnya. Suatu perilaku dapat dikatakan
mempunyai tingkat validitas tinggi, bila mempunyai ketepatan yang tinggi untuk menirukan dan menjelaskan sistem yang sebenarnya. Berkaitan dengan ini, maka
validasi merupakan tahap kritis pengembangan model atau unjuk kerja sistem. Menurut Eriyatno 2003, umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana
seperti pengamatan terhadap: 1
Tanda aljabar sign; 2
Tingkat kepangkatan dari besaran order of magnitude; 3
Format respons linier, eksponensial, logaritmik dan sebagainya; 4
Arah perubahan peubah apabila input atau parameter diganti-ganti; 5
Nilai batas peubah sesuai batas parameter sistem. Selanjutnya dikatakan bahwa, setelah uji-uji tersebut, dilakukan pengamatan
lanjutan sesuai dengan jenis model. Jika model mempernyatakan sistem yang sedang berjalan existing system, maka dipakai uji statistik untuk mengetahui
kemampuan model didalam mereproduksi perilaku sistem terdahulu. Pada permasalahan yang kompleks dan mendesak, disarankan proses validasi parsial,
yaitu tidak dilakukan pengujian keseluruhan model. Hal ini mengakibatkan rekomendasi pemakaian model bersifat terbatas limited application, dan bila
perlu menyarankan penyempurnaan model pada pengkajian selanjutnya. Pada kajian ini, digunakan validasi secara parsial terhadap setiap submodel
yang digunakan, untuk itu penyempurnaan terhadap model yang dibuat masih diperlukan. Model yang dikembangkan sudah diverifikasi berdasarkan data dan
254
informasi kondisi sistem perikanan dari lokasi penelitian. Beberapa model yang digunakan yaitu:
1 Perhitungan kelayakan usaha dengan kriteria yaitu keuntungan usaha, NVP,
net BC dan IRR. Perhitungan didasarkan pada sampel dari unit usaha perikanan yang ada di lokasi penelitian. Asumsi yang digunakan adalah: 1
penggunaan nilai variabel bersifat tetap, 2 harga ikan berdasarkan tahun penelitian, 3 discount rate atau tingkat suku bunga yang digunakan adalah
suku bunga kredit yang secara umum berlaku, yaitu 15. 2
Model sistem dinamis untuk memproyeksikan jumlah unit usaha yang dizinkan beroperasi, didasarkan pada target pengembangan produksi. Validasi
telah dilakukan berdasarkan pada kinerja model, yaitu dengan melihat pola simulasi dibandingkan terhadap kondisi aktual. Input produksi dan penentuan
target produksi telah sesuai kondisi saat ini lihat Bab 7.3.1 dan Bab 7.4.2. Data untuk validasi kebutuhan solar, es, air tawar dan umpan digunakan data
dari PPS Cilacap dan PPN Palabuhanratu lihat Lampiran 47. 3
Submodel PELABUHAN, meliputi 1 keterkaitan dengan fishing ground, 2 aspek teknis pelabuhan, 3 keterkaitan dengan pasar. Model telah diverifikasi
berdasarkan pada data dan informasi dari Pelabuhan Perikanan maupun Pangkalan Pendaratan Ikan yang menjadi lokasi penelitian.
4 Submodel LEMBAGA, meliputi 1 kebijakan perikanan dan 2 kelembagaan
perikanan. Model telah diverifikasi berdasarkan pada peraturan perundang- undangan dan kebijakan serta kelembagaan yang telah ada di bidang
perikanan, baik di tingkat internasional, nasional, maupun daerah.
8 KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN PERIKANAN
8.1 Perumusan Kebijakan Strategis Pengembangan Perikanan