80 81
seperti yang dikerjakan responden. Di Kabupaten Karangasem pekerjaan suami sama sekali tidak berkaitan dengan pekerjaan responden.
Besarnya keluarga responden di keempat lokasi penelitian tidak begitu besar seperti umumnya keluarga di Bali yaitu rata-rata berkisar antara 4,2 – 4,8 orang. Ini membuktikan
bahwa program keluarga berencana sedemikian berhasil di Bali dimana konsep keluarga kecil telah memasyarakat, walaupun kegiatan program KB yang dipromosikan pemerintah pada
beberapa tahun terakhir tidak seintensif seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Tabel 5 Pendidikan dan Pekerjaan Responden
No. Karakteristik
Satuan Bangli
Karangasem Buleleng
1 Pendidikan
100 100
100 a. SD
60 20
b. SMP 20
40 20
c. SMA 20
40 80
d. AkademiPT
2 Pekerjaan Utama
100 100
100 a. Menganyam
100 b. Pengrajin banten
c. Penjahit d. Dagang
20 100
e. Usaha pembibitan 80
3 Pekerjaan Suami
100 80
80 a. Buruh
80 b. Kerajinan menganyam
20 c. PNSpensiun
20 d. Buruh
20 e. Sopir
f. Tukang g. Petani
60 h. Dagang
40 i. Karyawan Swasta
20
3.2. Dampak Fisik Program Pengembangan Kecamatan di Provinsi Bali
Mengukur dampak
impact dapat dilakukan secara kuantitatif inferensia seperti halnya mengukur dampak pada model input-output Leontief atau ekonometrika, tetapi juga dapat
dilakukan secara kuantitatif deskriptif, yaitu mengukur pertambahan kuantitas dari sebelum dan sesudah before and after adanya program atau dengan dan tanpa with and without
adanya suatu program. Namun dalam penelitian digunakan metode kuantitatif deskriptif yaitu mengukur pertambahan dari sebelum dan sesudah adanya program PPK setiap tahun,
baik berwujud pertambahan kuantitas sarana dan prasarana, maupun berwujud pertambahan
aktivitas ekonomi. Pengukuran dampak isik dilakukan dengan melihat kontribusi kegiatan pengembangan prasarana penunjang perekonomian, pendidikan, dan kesehatan selama tahun
2003-2008. Kontribusi kegiatan pengembangan yang dimaksud adalah perbandingan unit isik yang telah dikerjakan baik pembangunan maupun rehabilitasi dengan keseluruhan unit yang
tersedia pada tahun 2008.
Dampak Fisik Bidang Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dikembangkan melalui Program Pengembangan Kecamatan PPK tidak hanya untuk menunjang kegiatan perekonomian tetapi juga untuk menyediakan
kebutuhan dasar masyarakat. Sejak tahun 2003 sampai tahun 2008 sarana dan prasarana yang dikembangkan adalah: jalan, jembatan, pasar, air bersih, saluran irigasidrainase, MCK , dan
talud. Dampak isik yang diukur pada pengembangan sarana dan prasarana penunjang
perekonomian masyarakat adalah pengerasan jalan baik dengan cara perabatanpembetonan maupun pengaspalan dan pengembangan pasar. Kontribusi pengembangan jalan melalui PPK
tampak paling besar di kabupaten Buleleng yang mencapai 38,93 dari seluruh panjang jalan yang ada. Selanjutnya, disusul berturut-turut di Kabupaten Karangasem sebesar 14,66,
dan Kabupaten Bangli sebesar 8,64. Tabel 6. Rata-rata kontribusi kegiatan PPK di tiga kabupaten untuk pengembangan jalan adalah sebesar 20.74.
Tabel 6 Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Jalan Selama 2003-2008
No Kabupaten
Status dan panjang Jalan
a
T o t a l km
Pengem- bangan
km Kontribusi
Jalan Negara
km Jalan Prov
km Jalan
Kabupaten km
1 Buleleng
155.56 105.90
878.19 1139.65
443.68 38.93
2 Bangli
- 149.84
478.56 628.40
54.30 8.64
3 Karangasem
76.24 170.22
654.47 900.93
132.12 14.66
Rata-rata 20.74
Sumber: a Bali dalam Angka 2009 Pengembangan pasar sebagai salah satu kegiatan yang dipilih pada PPK sangat tepat.
Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, pasar berfungsi memfasilitasi terjadinya transaksi barang yang pada gilirannya sangat membantu menggerakkan aktivitas perekonomian
82 83
masyarakat. Kegiatan pengembangan pasar melalui PPK dilakukan dengan membangun dan merahabilitasi bangunan pasar. Selama tahun 2003-2008 telah dilakukan pengembangan pasar
sebanyak 12 unit di kabupaten Bulelng, 13 unit di Kabupaten Bangli, 6 unit di Kabupaten Karangasem. Dilihat dari kontribusi pengembangan pasar melalui PPK terhadap jumlah pasar
yang ada pada tahun 2008 tampak bahwa kontribusi terbesar adalah di Kabupaten Bangli yang
mencapai 39,39. Selanjutnya disusul secara berurutan di kabupaten karangasem sebesar 33,33, dan Kabupaten Buleleng sebesar 14,63 Tabel 7. Rata-rata kontribusi kegiatan PPK
di empat kabupaten untuk pengembangan pasar adalah mencapai 29.12
Tabel 7 Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Pasar, 2003-2008
No. Kabupaten
Jumlah Pasar Umum
Pengembangan Kontribusi
Bangunan Rehab
Jumlah 1
Buleleng 82
10 2
12 14.63
2 Bangli
33 11
2 13
39.39 3
Karangasem 57
4 15
19 33.33
Rata-rata 29.12
Dampak Fisik Bidang Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan yang dikembangkan pada PPK meliputi pembangunan gedung sekolah, rehabilitasi gedung sekolah, bantuan beasiswa, pengadaan alat-alat pendidikan,
paket pendidikan, pelatihan keterampilan, dan bantuan honor tak tetap. Sepanjang 2003-2008 telah dikerjakan kegiatan membangun dan merehabilitasi gedung sekolah sebanyak 146 di
Kabupaten Buleleng, 14 di Kabupaten Bangli, 8 di Kabupaten Klungkung, dan 4 di Kabbupaten
Karangasem. Dampak isik kegiatan pengembangan prasarana dan sarana pendidikan yang diukur dari kontribuasinya terhadap jumlah gedung sekolah yang ada pada tahun 2008 paling
besar di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 20,33. Selanjutnya disusul secara berurutan di Kabupaten Bangli sebesar 10,18, dan Kabupaten Karangasem sebesar 1,47 Tabel 8. Rata-
rata kontribusi kegiatan PPK di empat kabupaten untuk pengembangan penunjang pendidikan adalah sebesar 10.66.
Tabel 8 Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Sekolah, 2003-2008
No. Kabupaten
Jenis Sekolah Jum-
lah Memba-ngunan Mere-hab Jum-lah
Kontribusi TK
SD SMP
SMA 1
Buleleng 76
529 69
44 718
10 136
146 20.33
2 Bangli
63 163
34 15
275 14
14 28
10.18 3
Karangasem 57
365 34
21 477
3 4
7 1.47
Rata-rata 10.66
Dampak Fisik Bidang Kesehatan
Kegiatan pengembangan prasarana dan sarana penunjang kesehatan yang dikerjakan melalui PPK dianataranya adalah membangun dan merehabiltasi gedung kesehatan, pelayan
kesehatan posyandu, dan kegaiatn dalam bidang kesehatan lainnya. Selama tahun 2003-2008 telah dilakukan kegiatan membangun dan merehabilitasi gedung kesehatan sebanyak 4 buah di
Kabupaten Buleleng, 2 buah di Kabupaten Bangli, dan 4 buah di kabupaten Karangasem.
Dampak isik kegiatan pengembangan pada PPK pada penyediaan sarana dan prasarana kesehatan selama tahun 2003-2008 yang diukur dari kontribusi kegiatan membangun dan
merehabilitasi gedung kesehatan terhadap jmlah Puskesmas yang ada pada tahun 2008 terbesar di Kabupaten Karangasem yaitu sebesar 33,33. Selanjutnya disusul berturut-turut
di Kabupaten Buleleng sebesar 22,22 dan di Kabupaten Bangli 18,18. Rata-rata kontribusi kegiatan PPK di empat kabupaten untuk pengembangan penunjang kesehatan adalah sebesar
18,43 Tabel 9. Tabel 9.
Dampak Fisik PPK Terhadap Pengembangan Puskesmas, 2003-2008 No.
Kabupaten Jumlah
Puskesmas Membangun dan Merehab
Gedung Kontribusi
1 Buleleng
18 4
22.22 2
Bangli 11
2 18.18
3 Karangasem
12 4
33.33 Rata-rata
18,43
3.3. Dampak Ekonomi Program Pengembangan Kecamatan di Provinsi Bali