Pendahuluan Hama dan Penyakit di Lapang

124 125 Serangan hama dan penyakit terjadi akibat penanaman pada rumah plastik yang tidak sepenuhnya tertutup, sehingga serangga masih dapat masuk ke areal pertanaman dan menjadi vektor pembawa hama dan penyakit. Produksi kentang bibit G1 akan lebih baik jika dilakukan pada rumah plastik tertutup untuk memastikan tidak ada serangga yang menginfeksi [7]. Faktor musim mempengaruhi tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman di lapang, dimana pada musim kemarau serangan hama meningkat terutama serangan thrips yang dapat menyebabkan pelukaan pada bagian pucuk tanaman. Thrips dapat menjadi vektor bagi serangan virus. Pada musim kemarau, serangan penyakit meningkat, terutama penyakit layu yang disebabkan oleh Fusarium dan Phytophtora infestans. Aliran air hujan di areal pertanaman menyebabkan media penyebaran penyakit layu tersebut. Tanaman sakit yang batangnya berair dan membusuk akan menyebarkan sumber penyakit ke tanaman sehat disekitarnya. Oleh karena itu, areal pertanaman sebaiknya memiliki aliran air yang lancar dan bebas dari gulma atau tanaman penganggu lain yang dapat menjadi inang bagi hama tanaman. Penggunaan bibit umbi bebas hama dan penyakit dapat meningkatkan produksi kentang di daerah tropis [7].

4. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kentang bibit G0 minituber bebas virus hasil kultur jaringan berproduksi baik di Bedugul, dengan produktivitas setara 8.2 tonha. Tiap umbi G0 menghasilkan 5 umbi G1. Serangan hama dan penyakit masih ditemukan di lapang. Disarankan untuk menggunakan rumah plastik yang tertutup seluruhnya untuk mencegah serangan hama dan penyakit dan mendapatkan hasil panen G1 yang lebih baik dan berkualitas tinggi.

5. Ucapan terimakasih

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Made Supartha Utama dan Prof. Budi Susrusa yang menyediakan dana untuk penelitian ini melalui program Hi-Link UNUD. Terimakasih kepada Pak Widia UD Sila Artha yang telah menyediakan lahan percobaan.

6. Referensi

[1] Badan Pusat Statistik. 2012. [2] Badoni, A., Chauhan, J.S. 2010. Importance of Potato Micro Tuber Seed Material for Farmers of Uttarakhand Hills. International Journal of Sustainable Agriculture, 21: 01-09. [3] Deiani, R. 1990. Pengaruh formulasi 2,4-D terhadap pertumbuhan dan produksi lima varietas kentang Solanum tuberosum L. asal setek mikro. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [4] Ummah, K., Purwito A. 2009. Budidaya tanaman kentang Solanum tuberosum L. Dengan aspek khusus pembibitan di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Makalah seminar. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. [5] Setiyo, Y., Gunam, I.B.W., Gunadnya, I.B.P., Tika, I W. 2011. Bioremediasi In-Situ Lahan Tercemar Pestisida Oleh Mikroba yang Ada Pada Kompos. The Excellent research. Universitas Udayana. [6] Astarini, I. A. 1991. Pengusahaan kentang Solanum tuberosum L. di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Laporan Praktek Lapang. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [7] Uyen, N., Van Der Zaag, P. 1983. Vietnamese farmers use tissue culture for commercial potato production. Am. Pot. J., 60: 872-879. Optimasi Analisis 8 Hidroksi-2 Deoksiguanosin Hasil Biotransformasi Etanol sebagai Biomarker Kerusakan Oksidatif DNA dengan Dansil Klorida Ni Made Suaniti 1 , Luh Putu Wrasiati 2 , Ida Ayu Raka Astitiasih 1 , A.A. Sg. A. Sukmaningsih 1 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana 2 Jurusan Teknologi Pertanian, Badung, Bali, Indonesia E-mail : suanitiunud.ac.id; suanitisryahoo.com Abstract One of the stress oxidative biomarker is 8-Hydroxy-2’-deoxyguanosine 8OHdG causes early damage on DNA deoxyribonucleic acid as a result of ethanol biotransformation. The aim of this research was to ind out the optimal analysis method in order to analyze 8OHdG as a marker of oxidative damage due to ethanol. The research was designed as a true experimental optimized the instrumentation method and applicated the urine samples from rats after treated with ethanol. Before Analysis, standard 8OHdG and the urine samples were cleaned up with solid phase extraction SPE. The result from the cleaned up were analyzed and optimized by choosing the best derivative, which was igured out from calibration curve coeficient correlation. First derivatization has been done from the result by SPE using N,O-bistrimethylsilyltriluroacetamide BSTFA and GC-MS with caffeine as internal standard. The result from separations of 8OHdG and caffeine was shown as speciic time retention tR at 7.07; 8.27, and 28.47 minutes for 8OHdG, while 19.31 minutes from caffeine. The calibration curve of 8OHdG was corrected at y=2.10 7 x-3.10 7 , with correlation coeficient r 2 =0.7273. Second derivatization was reacted with dansyl chloride and analyzed with TLC-spectrum photo densitometry, resulted in calibration curve of y=3851.6x-5315.4 with coeficient correlation r 2 =0.9079. Fragmentation of speciic ion mass on mass spectrometry was inely shown at 7.07 and 28.47 minutes retention times at mz 73 as trimethylsilyl. At retention time of 28.47 minutes with mz 383 was M + and mz 368 was M + -CH 3 . Keyword: 8OHdG, biotransformation, oxidative, DNA, dansyl chloride

1. Pendahuluan

Etanol sama halnya dengan obat dapat disebut sebagai zat asing yang tidak diinginkan bagi tubuh, karena etanol yang berlebihan dapat merusak sel dan mengganggu fungsinya. Oleh karena itu, tubuh akan berusaha untuk merombak zat asing ini menjadi metabolit yang tidak aktif lagi dan sekaligus bersifat lebih hidroil agar memudahkan proses ekskresinya oleh ginjal. Dengan demikian reaksi-reaksi metabolisme dalam hati, darah, dan beberapa organ lain paru-paru, ginjal, dan, dinding usus disebut biotransformasi. Dalam reaksi biotransformasi, etanol mengalami dua reaksi yaitu fase I atau Fungsionalisme dan fase II atau konyugasi. Khusus reaksi fase I, etanol mengalami reaksi oksidasi menjadi asetaldehida oleh alkohol dehidrogenase ADH, kekurangan ADH dapat digantikan oleh enzim Microsomal Ethanol Oxidizing System MEOS atau P4502E1. Aldehid bersifat reversibel dengan etanol [1; 2] dan kemungkinan menghasilkan radikal hidroksil atau . OH spesies oksigen reaktif ROS, dan metabolit toksik seperti fatty acid ethyl esters FAEEs [3]. Radikal OH bereaksi dengan basa nukleotida DNA guanin membentuk 8 hidroksi 2’ deoksiguanosin sebagai marker stres oksidatif. Marker 8OHdG ini telah diterima bukan saja sebagai biomarker karsinogenik tetapi juga aging dan penyakit-penyakit degeneratif [4]. Ketidakseimbangan antara pro-oksidan dan antioksidan ada peluang terbentuknya radikal hidroksil radikal yang paling reaktif bereaksi secara kimia sehingga sel akan berlipat ganda multiplying secara tidak terkendali [5], sehingga memediasi stres oksidatif dan kerusakan DNA serta mengakibatkan kerusakan jaringan hati [6; 7]. 126 127 Kerusakan hati telah teramati secara histopatologi disertai dengan peningkatan kadar aldehid dehidrogenase sebagai biomarker awal kerusakan setelah konsumsi alkohol secara berulang [8; 9]. Marker 8OHdG ini dapat didegradasi lewat urin dan analisisnya dengan HPLC-ECD, elektroforesis kapiler, dan GC [10; 11; 12; 13]. Untuk pengembangan pemeriksaan biomarker etanol dan mengetahui kerusakan oksidatif DNA yaitu 8OHdG telah dilakukan penelitian optimasi dengan pereaksi dansil klorida dan analisisnya dengan TLC-Spektrofotodensitometri.

2. Rancangan Penelitian