18 19
tertuju pada kelompok usia lanjut yang mampu beradaptasi dengan usianya. Kriterianya beragam dari satu ahli dengan ahli lainnya. Rowe Khan dalam Papalia dkk., 2007 menyebutkan beberapa
komponen dari successful aging, yaitu jauh dari penyakit atau disability terkait dengan penyakit tertentu, adanya perawatan terhadap fungsi isik dan psikologis, serta adanya kontak sosial dan
aktivitas produktif yang berkelanjutan
[2]
Walaupun istilah
successful aging ini terkesan demanding dan labeling untuk kelompok usia lanjut, namun pada sisi lain memberikan paradigma yang baru terkait dengan pandangan masyarakat
terhadap usia lanjut. Pandangan yang melihat bahwa usia lanjut terbatas dan tidak mampu tergantikan oleh pandangan optimis bahwa usia lanjut tetap mampu menjadi pribadi yang produktif tanpa harus
menjadi beban masyarakat. Ada beragam cara yang dapat diberikan untuk membantu usia lanjut mencapai successful aging. Upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi adalah empat upaya
dasar yang dijalankan bagi perawatan usia lanjut. Upaya ini mengikutsertakan profesi dokter, perawat, pekerja sosial, dan juga psikolog secara komprehensif baik pada seting panti, personal,
maupun komunitas. Cakupannya pun luas mulai dari perawatan isik dan kesehatan, perawatan diri sehari – hari, penggunaan waktu luang, hingga menjaga produktivitas usia lanjut.
Melalui uraian pendahuluan di atas, maka usia lanjut memerlukan perhatian guna membantu mereka dalam meningkatkan kemandirian. Sejauh ini perawatan yang diberikan kepada usia lanjut
terbatas pada pendekatan kedokteran dan keperawatan. Perhatian aspek psikologi terhadap kondisi usia lanjut masih terbatas. Hanya beberapa panti dan pusat komunitas yang mengkombinasikan
berbagai pendekatan secara holistik. Hal ini disebabkan bukan karena tidak adanya kesadaran akan perlu penguatan terhadap aspek psikologis usia lanjut, namun karena keterbatasan tenaga psikolog,
kegiatan praktek, dan juga penelitian gerontologi yang jumlahnya masih terbatas di Bali khususnya.
Program penyuluhan ini akan menggunakan pendekatan terapi modalitas untuk mengisi waktu luang, meningkatkan kesehatan, meningkatkan produktivitas, dan interaksi sosial kelompok
usia lanjut. Pada penyuluhan ini akan difokuskan pada fungsi kognitif. Terapi modalitas yang diberikan mencakup pemeriksaan fungsi kognitif, terapi memori dan fungsi kognitif, serta kegiatan
life review. Kegiatan dirancang dengan menggunakan beragam metode mulai dari games hingga diskusi kelompok. Penyuluhan ini dilakukan pada usia lanjut yang tinggal di panti werdha dan usia
lanjut yang mengikuti kegiatan komunitas usia lanjut di banjar. Keberhasilan penyuluhan akan diukur dengan evaluasi terhadap materi, perencanaan, dan bagaimana materi diberikan. Evaluasi
tertulis diberikan oleh pengurus panti jompo dan kader usia lanjut di banjar. Peserta penyuluhan memberikan evaluasi secara simbolis dengan memilih benda sebagai simbol rasa puas mereka
terhadap materi dan jalannya penyuluhan.
2. Bahan dan Metode
Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa dengan memberdayakan potensi yang dimiliki oleh pasien modal – modality sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan Sarka dalam
Lubis, 2008
[3]
. Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia yang memiliki beberapa tujuan antara lain mengisi waktu luang lansia, meningkatkan
kesehatan lansia, meningkatkan produktivitas lansia, dan meningkatkan interaksi sosial antar lansia Maryam dalam Ghoer, 2012
[4]
. Menurut Sarka dalam Lubis, 2008, jenis – jenis terapi modalitas yaitu terapi individual, terapi lingkungan, terapi biologis, terapi kognitif, terapi keluarga, dan terapi
aktivitas kelompok
[3]
. Fokus dalam penyuluhan ini adalah pada terapi kognitif. Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan penilaian termasuk proses mengingat,
menilai, orientasi, persepsi, dan mempertahankannya Suardiman, 2011
[1]
. Proses kognisi tidak dapat dilepaskan dari memori. Kemampuan memori memungkinkan, individu untuk menyimpan
informasi sepanjang waktu. Penurunan fungsi kognitif biasanya terjadi pada pemrosesan informasi, memori, kecerdasan, dan perhatian. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia ada
beberapa kemunduran pada usia lanjut diantaranya mudah lupa, fungsi ingatan yang cenderung lebih baik dalam mengingat kejadian atau peristiwa pada masa lalu dibandingkan pada peristiwa
yang baru terjadi, disorientasi umum dan persepsi terhadap waktu, ruang, dan tempat, intelegensi, serta cenderung tidak mudah menerima hal – hal baru seperti ide dan informasi. Dalam memproses
informasi, usia lanjut memang lebih lamban dan lebih sulit sehingga cenderung mudah lupa. Lupa disebabkan karena menurunnya kemampuan belajar dan mengingat yang disebabkan menurunnya
respon neurologis Suardiman, 2011
[1]
. Adapun peserta dalam penyuluhan ini adalah usia lanjut yang tinggal di panti werdha yakni
Panti Sosial Tresna Werdha PSTW Wana Seraya Gianyar dan Kelompok Lansia Werdatama Banjar Sengguan-Pasekan Sading Badung. Jumlah keseluruhan usia lanjut yang mengikuti penyuluhan ini
adalah sebanyak 82 orang. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan sebanyak dua kali pada pagi dan sore hari. Pagi hari dilakukan di PSTW Wana Seraya dan kemudian dilanjutkan di Banjar Sengguan
Desa Sading pada sore harinya tanggal 31 Mei 2013. Kegiatan ini melibatkan 18 fasilitator dari mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang bertugas
untuk melakukan pemeriksaaan kognitif, melakukan observasi terhadap tingkat partisipasi peserta, dan juga mengumpulkan form evaluasi.
Kegiatan penyuluhan ini terdiri dari aktivitas yang dirancang untuk melatih kemampuan kognitif usia lanjut. Di awal kegiatan akan diadakan pemeriksaan fungsi kognitif, lalu dilanjutkan
dengan senam kognitif, aktivitas bola bernama, dan nostalgia magic. Tabel 1. Deskripsi kegiatan terapi modalitas menjelaskan secara detail deskripsi kegiatan berikut dengan tujuan, manfaat,
dan indikator keberhasilan setiap aktivitas. Metode evaluasi yang digunakan adalah evaluasi training level 1 dari Kirkpatrick Kirkpatrick 2010yang mengukur reaksi kepuasan peserta atas
penyuluhan yang diikuti
[5]
. Evaluasi kegiatan melalui tiga prosedur. 1. Form observasi fasilitator untuk melihat jalannya kegiatan dan respon dari peserta pelatihan
pada setiap sesi. 2. Form penilaian penyuluhan yang diisi oleh pengurus panti dan banjar.
3. Candy Voice pilihan permen sebagai simbol kepuasan peserta atas jalannya kegiatan.
20 21
Tabel1. Deskripsi kegiatan terapi modalitas
3. Hasil dan Pembahasan