20 21
Tabel1. Deskripsi kegiatan terapi modalitas
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan tes kognitif yang diberikan pada para usia lanjut lansia di kedua tempat kegiatan menunjukkan bahwa 37 orang lansia memiliki kemampuan kognitif yang kurang memadai, dan
45 orang lansia memiliki kemampuan memadai. Selain tes kognitif, kegiatan lain yang diberikan kepada lansia adalah senam kuat otot, bola bernama, nostalgia magic. Senam kuat otot dilakukan
oleh para lansia dengan mengikuti gerakan senam yang dicontohkan oleh dua orang intruktur mahasiswa. Indikator keberhasilan dari kegiatan senam kuat otot adalah kemampuan para lansia
NO NAMA KEGIATAN
TUJUAN MANFAAT
DESKRIPSI ALAT BAHAN YANG
DIBUTUHKAN INDIKATOR KEBERHASILAN
1 TES MEMORI DAN
FUNGSI KOGNITIF Untuk mengetahui kondisi
memori dan kognisi lansia. 1. Para petugas panti mengetahui
kondisi para lansia dan bisa merancang perawatan bagi para lansia.
2. Memberi pengetahuan bagi lansia dan keluarganya tentang kondisi lansia
tersebut. Tes ini bertujuan untuk mengukur memori dari para
lansia. Pertanyaan-pertanyaan dalam tes mengenai identitas diri mereka, pengalaman hidup dan
beberapa pertanyaan tentang pengetahuan umum. Petugas akan menanyai para lansia satu per satu dan
menilai. Hasil dari tes ini akan berupa deskriptif yang menceritakan tentang kondisi memori lansia.
Tes yang digunakan adalah Tes Orientasi Dan Amnesia Galveston untuk lansia di Panti Werdha
dan Tes Fungsi Kognitif untuk lansia di Banjar. Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 20
menit. - Alat tulis
- Lembar Tes. - Kursi dan meja
menyesuaikan dengan yang ada di panti dan
banjar Apabila, 70 lansia dapat
merespon dengan benar,lancar dan tepat waktu sesuai dengan
pengadministrasian tes.
2 SENAM PELEMASAN
OTOT LANSIA Sebagai pelemasan otot dan
penyegaran dalam rangka mengikuti kegiatan
selanjutnya. Dapat juga dijadikan sebagai
pembelajaran agar lansia bisa menerapkan langsung
dalam kesehariannya. 1. Menguatkan otot pada lansia
2. Melancarkan sistem peredaran darah kardiovaskular
3. Membantu menyeimbangkan fungsi otak
4. Mencegah kepikunan 5. Melemaskan otot dan menyegarkan
tubuh Senam Kuat Otot merupakan senam yang berfokus
pada latihan penguatan otot, serta melancarkan peredaran darah untuk lansia. Senam ini dilakukan
dengan posisi duduk dan lebih banyak melakukan pelemsan pada otot kaki. Posisi duduk serta gerakan
yang ringan membuat lansia tidak cepat lelah. Beberapa gerakan koordinasi tangan dan kaki dapat
membantu lansia untuk menyeimbangkan fungsi otak dan mencegah kepikunan. Senam ini juga bisa
dilakukan sehari – hari pada waktu senggang untuk pelemasan otot agar lansia dapat bebas bergerak
tanpa merasakan otot yang kaku. - Kursi sebanyak peserta.
- Sound system. - Pemutar musik atau
laptop - Peserta dihimbau agar
menggunakan pakaian olahraga yang nyaman.
1. Seluruh peserta dapat mengikuti gerakan dengan baik
dan benar minimal 70 dari keseluruhan gerakan senam.
2. Peserta tidak mengalami kelelahan berat setelah mengikuti
senam. 3. Tidak ada yang mundur selama
kegiatan senam berlangsung kecuali ada keperluan yang
mendesak
3 BOLA BERNAMA
Melatih motorik kasar dari peserta saat gerakan
mengoper bola dan melatih memori para lansia saat
menyebutkan nama teman yang ditunjuk oleh panitia.
1. Memfasilitasi peningkatan kemampuan memori lansia.
2. Kegiatan refreshing melalui lagu, gerakan, dan nyanyian.
Kegiatan ini dilakukan di dalam ruangan, dengan jumlah peserta 20-30 orang lansia. Terdapat 5
panitia sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. 1 panitia bertugas sebagai MC, 2 panitia bertugas
untuk mengoper bola dari peserta yang berada di paling ujung kanan dan kiri barisan. 2 panitia
berada di belakang peserta yang bertugas untuk menanyakan nama peserta. Kegiatan ini berlangsung
selama ± 20 menit. - Mic
- Laptop - Speaker
- Lagu - Bola tenis,
Peserta dapat menebak nama temannya dengan tepat.
4 NOSTALGIA MAGIC
1. Melatih ingatan jangka panjag dengan cara
mengingat kembali hal-hal di masa lalu.
2. Membangkitkan keberhargaan diri lansia
degan lebih menghargai pengalaman di masa lalu
yag telah terjadi. 3. Membantu lansia untuk
megevaluasi kembali kehidupannya dan memetik
hal positif dari kejadian di masa lalu.
1. Ingatan panjang terlatih. 2. Lansia merasa diri berharga melalui
kenangan masa lalu. 3. Mendapatkan momen evaluasi dan
introspeksi. Kegiatan ini merupakan sebuah permainan yang
disusun untuk mengembalikan daya ingat lansia mengenai pengalaman masa lalu nya. Para lansia
diminta untuk membuat suatu kelompok kecil, lalu mereka duduk melingkar. Kelompok berjumlah 5 –
7 orang yang didampingin oleh 1 orang fasilitator dan 1 orang observer. Dalam kelompok, masing-
masing lansia akan menceritakan pengalaman masa lalunya dengan cara bergilir random. Fasilitator
berfungsi untuk mengarahkan lansia utuk bercerita, megontrol durasi waktu bercerita, dan megendalikan
kegiatan secara keseluruhan. Sedangkan observer berfungsi untuk mengamati dan mencatat perilaku,
ingatan memori, dan kapasitas bercerita dari setiap individu yang sedang mendapat giliran bercerita.
Individu mengingat pengalaman melalui stimulasi dari benda kenangan yang telah mereka bawa.
Barang ini dapat berupa foto, pakaian, pernak- - Benda-benda kenangan
milik peserta - Kursi atau karpet
- Lembar observasi untuk observer
1. Kegiatan diikuti oleh lansia dengan tertib.
2. Lansia dapat menceritakan pengalaman masa lalunya
berdasarkan benda-benda yang telah mereka bawa.
3. Lansia dapat memetik pelajaran berharga dari
pegalaman yang diceritakanya.
1 2
3
METODE EVALUASI
Form observasi fasilitator untuk melihat jalannya kegiatan dan respon dari peserta pelatihan pada setiap sesi. Form penilaian penyuluhan yang diisi oleh pengurus panti dan banjar.
Candy Voice pilihan permen sebagai simbol kepuasan peserta atas jalannya kegiatan.
mengikuti gerakan sebesar 70 dari keseluruhan gerakan senam. Sebagian besar lansia di panti werdha menunjukkan 62,5 melakukan kesalahan gerakan, pada saat instruktur memberikan contoh
gerakan senam. Sedangkan para lansia pada kelompok lansia di Banjar Sengguan menunjukkan 10 kesalahan gerakan dari keseluruhan gerakan senam. Sebagian besar para lansia dari kedua
tempat kegiatan menunjukkan atensi yang baik dan tidak menunjukkan kelelahan yaitu 70. Hal ini sejalan pula pada kegiatan bola bernama yang melibatkan kemampuan motorik dan kemampuan
memori lansia. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh bahwa para lansia menunjukkan antusiasme yang cukup tinggi, meskipun pada awal kegiatan ada beberapa lansia yang kurang
memahami instruksi kegiatan. Selanjutnya pada kegiatan nostalgia magic yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir lansia dalam hal kemampuan mengingat, para lansia mampu
menceritakan pengalaman masa lalu terkait dengan foto atau benda lain yang memiliki kenangan tersendiri bagi lansia. Para lansia mampu menceritakan kembali nama, benda, tempat, dan peristiwa
yang dialami terkait dengan foto atau benda kenangan yang dimiliki. Meskipun tidak dipungkiri ada beberapa lansia yang enggan menceritakan kembali pengalaman masa lalu terkait foto atau benda
kenangan yang dimiliki.
Lansia dikatakan sebagai individu yang telah memasuki dekade ketujuh dalam kehidupan Aiken, 1995
[6]
. Berdasarkan hasil kegiatan yang diperoleh dari kegiatan tes kognitif, senam kuat otot, bola bernama, dan nostalgia magic, dapat dikatakan bahwa sebagian lansia yang terlibat dalam
kegiatan menunjukkan kemampuan kognitif yang kurang memadai. Hal ini mengingat bahwa pada usia lanjut mengalami penurunan kemampuan respon neurologis sehingga menjadi cenderung
lamban dan lebih sulit dalam pemrosesan informasi, yang juga berpengaruh pada kemampuan belajar dan mengingat Suardiman, 2011
[1]
. Penurunan respon neurologis yang dialami pada usia lanjut, dikaitkan pula dengan kecenderungan lupa pada lansia terkait nama, benda, angka
atau jumlah, tempat, dan lainnya. Tidak hanya mengalami penurunan respon neurologis terkait kemampuan kognitif, pada usia lanjut juga mengalami penurunan kondisi isik atau motorik.
Oleh karena itu, pada kegiatan senam kuat otot dan bola bernama yang melibatkan kemampuan memori dan motorik, para lansia menunjukkan respon yang kurang memadai. Respon yang kurang
memadai pada kegiatan senam kuat otot dan bola bernama nampak dari sebagian besar lansia yang melakukan kesalahan gerakan senam otot, maupun ketidaksesuaian antara aktivitas bola bernama
yang dilakukan para lansia dengan instruksi yang diberikan.
Apabila dibandingkan dengan usia dewasa yang lebih muda, pada usia lanjut memiliki skor yang lebih rendah pada aspek inteligensi, memori, dan bentuk lain dari fungsi mental lainnya
Wade Tavris, 2007
[7]
. Pada dasarnya, individu pada usia lanjut mengalami penurunan pada hal-hal terkait nama, fakta, ataupun peristiwa yang telah berlangsung, yang merupakan informasi
deklaratif, dibandingan dengan kemampuan non-deklaratif seperti keahlian dan hal-hal yang bersifat prosedural Kausler dalam Papalia dkk., 2007
[2]
. Selain itu, kemampuan terkait pengetahuan umum, lokasi geograis, adat istiadat, arti kata, yang merupakan kemampuan memori sematik,
tidak dipengaruhi oleh faktor penuaan. Bila dibandingkan dengan memori episodik yang mencakup pengalaman pribadi, aktivitas, kejadian terkait tempat dan waktu, cenderung sangat dipengaruhi oleh
fakor penuaan Papalia dkk., 2007
[2]
. Sesungguhnya pada usia lanjut mampu mengingat kembali masa lalu. Namun, kecenderungan yang nampak adalah pada usia lanjut sulit memanggil kembali
informasi target mengenai kejadian masa lalu. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut mengalami source memory deicit Chalfonte Johnson dalam Papalia, 2004
[8]
. Dari hasil evaluasi penyuluhan dengan mengukur reaksi peserta terhadap jalannya penyuluhan
didapat bahwa peserta merasa puas terhadap training yang diikuti. Sebanyak 82 peserta memilih permen berwarna merah yang melambangkan kepuasan dan tidak ada yang memilih permen
berwarna hitam. Formulir evaluasi yang diberikan kepada pengurus panti dan banjar, menunjukkan
22 23
bahwa mereka puas dengan isi materi yang relevan, menilai tenaga penyuluh kompeten dalam menyampaikan materi, dan menilai bahwa penyelenggaraan penyuluhan berjalan dengan lancar.
4. Kesimpulan