Pendahuluan Indikasi Radiologi intervensi

38 39 of surgery or radiotherapy on complications and quality of life in patients with the stage IB and IIB uterine cervical cancer. Gynecologic Oncology 2009;115:41-45. [9] Kim K, Kang SB, Chung HH, Kim JW, Park NH, Song YS. Comparrison of chemoradiation with radiation as postoperative adjuvant therapy in cervical cancer patients with intermediate- risk factors. EJSO 2009;35:192-196. [10] Mabuchi S, Okazawa M, Isohashi F, Ohta Y, Maruoka S, Yoshioka Y, Enomoto, T, Morishige K, Kamiura S, Kimura T. Postoperative whole pelvic radiotherapy plus recurrent chemotherapy versus extended-ield radiation for early stage cervical cancer patients with multiple pelvic lymph node metatastes. Gynecologic Oncology 2010; [11] Saxena A, Yashar C, Taylor DD, Gercel-Taylor C. Cellular responcse to chemotherapy and rdiation in cervical cancer. Am J Obstet Gynecol 2005;192:1399-403. [12] Song T, Fang W, Liu P and Chen C. Pharmacokinetics comparrison between pelvic transaterial chemoembolization and transcatheter arterial chemotherapy in animal model. Mol Med Report 2009;2:603-607. [13] Zhou Z-A, Liu L-M, Chen W-W, Men Z-O, Lin Z-Q, Chen Z, Zhang X-j, Jiang G-L. Combined therapy of trancatheter arterial chemoembolization and three-dimensional conformal radiotherapy for hepatocellular carcinoma. British J of Radiology 2007;80:194-201. [14] Sacco R, Bertini M, Petruzzi P, Bertoni M, Bargellini I, Bresci G, Federici G, Gambardella L, Metrangolo S, Parisi G, Romano A. Clinical impact of selektif transarterial chemoembolization on hepatocellular carcinoma: A cohort study. World J of Gastroenterology 2009;1515:1843- 1848. [15] Wang C-C, Lai C-H, Huang H-J, Caho A, Chang C-J, Chang T-C, Chou H-H, Hong J-H. Clinical effect of human papillomavirus genotypes in patients with cervical cancer undergoin primary radiotherapy. In J Radiation Oncology Biol Phys 2010;784:1111-1120. [16] Van De Bunt L, Van Der Heide UA, Ketelaars M, De Kort GAP, Jurgenliemk-Schulz IM. Conventional, conformal, and intensity-modulated radiation therapy treatment planning of external beam radiotherapy for cervical cancer: the impact of tumor regression. Int J Radiation Oncology Biol Phys 2006; 641:189-196. [17] Ohno T, Kato S, Sato S, Fukuhisa K, Nakano T, Tsuji H and Arai T. Long-term Survival and risk of second cancer after radiotherapy for cervical cancer. Int J Radiation Oncology Biol Phys 2007; 693:740-745. [18] Li H, Liu F, Zhou G. Analysis of currative effects of preoperative intra-arterial infusion chemoembolization on stage IB2-IIB uterine cervical cancer. Chinesse J of Clinical Oncology 2008;56:443-447. [19] Richards PJ, Summerield R, George J, Hamid A, Oakley P. Major trauma cervical clearance radiation doses cancer induction. Int J Care injured 2008;39:347-356. [20] Bansal Nisha, Herzog J Thomas,Shaw Richard E, Primary therapy for early stage cervical cancer: radical hysterectomy vs radiation, American Journal of Obstetric and Gynecology 2009;201;485-91. Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial Nyoman Budiana 1 dan Ketut Suwiyoga 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia E-mail : b_d_nayahoo.com Abstrak Kanker ovarium menempati urutan ke 5 dan mortalitas menempati nomor 2 dari seluruh penyakit kanker pada wanita sehingga dijuluki silent killer; cenderung meningkat. Hal tersebut terkait dengan kesulitan skrining dan deteksi dini sehingga dilakukan upaya prediksi melalui sistem skoring ketika ditemukan tumor ovarium. Hampir 90 kanker ovarium adalah tipe epitelial sehingga secara epidemiologi klinis kanker ovarium analogi dengan kanker ovarium. Dan, 95 bersifat sporadik dimana faktor risiko belum diketahui dan karsinogenesis yang kontroversi. Dengan demikian, ditingkat praktisi maka dibuatlah sistem skoring untuk prediksi keganasan tumor ovarium terkait upaya penanganan dan prognosis; berdasarkan atas gejala klinis, gambaran USG, dan kadar biomarker. Beberapa indeks risiko keganasan kanker ovarium yang telah disusun seperti Sudarjanto dan morfologi Sassone-Timor Tritsch. Sementara, sistem skoring antara lain the Risk Malignancy Index MRI dan the Risk of Ovarian Malignancy Algorithm ROMA. Rekomendasi pilihan sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial di Indonesia dibedakan atas daerah pelayanan sentral, intermedit dan periferi. Kata kunci: kanker ovarium tipe epitelial, prediksi, sistem skoring

1. Pendahuluan

Sampai saat ini, angka kejadian dan mortalitasnya kanker ovarium masih tinggi. Kanker ovarium adalah silent killer karena 85-90 terdiagnosis pada stadium invasif, lanjut bahkan terminal yang terkait dengan kesulitan skrining dan diagnosis dini. Kesulitan skrining disebabkan oleh karena belum ditemukannya metode yang akurat. Hal ini diperparah oleh sifat totipoten organ ovarium, lokasi anatomi ovarium, mudah terjadi metastasis, gejala yang minimal, serta sosio-ekonomi- budaya-spiritual dan pendidikan masyarakat yang belum memadai Sebagian besar kanker ovarium adalah tipe pithelial [1] dan ditemukan pada masa pre dan postmenopause [2]. Akan tetapi, pada 2 dekade terakhir terdapat kecenderungan peningkatan angka kejadian kanker ovarium pada masa premenars dan reproduksi [3] dimana sebagiannya masih ingin punya anak sendiri. Hal ini berimplikasi pada tindakan operasi khusus dengan preservasi fungsi organ reproduksi. Tambahan pula, faktor risiko kanker ovarium belum mendapatkan kesepakatan luas sehingga mekanisme karsinogenesis dan patogenesisnya juga masih kontroversi [4]. Pada dekade terakhir studi diarahkan pada peran onkogen, gen penekan tumor, imunologik, dan berbagai gen [5] yang mungkin ikut berperan untuk kepentingan skrining molekuler; namun hasilnya belum memuaskan. Dengan demikian, untuk menurunkan angka kejadian dan mortalitas kanker ovarium maka prediksi risiko keganasan ketika ditemukan massa pelvis atau tumor ovarium perupakan pilihan yang dilakukan sebelum dilakukan pembedahan. Sementara, diagnosis pasti kanker ovarium adalah pemeriksaan histopatologik spesimen tumornya sendiri dimana spesimen tersebut diperoleh melalui tindakan pembedahan. Prediksi risiko keganasan pada tumor ovarium sangat penting dalam upaya antisipasi, seleksi, dan prediksi penanganan [6]. Hal ini terkait dengan adanya perbedaan penanganan pada tumor ovarium jinak ovarium dan ganas. Diagnosis durante operasi merupakan kesempatan kedua melalui pemeriksaan histopatologik potong beku [7], untuk kemudian dikonirmasi dengan histopatologik deinitif. Hal ini terkait dengan beberapa tumor ovarium yang secara klinis diduga jinak tetapi secara 40 41 histopatologi menunjukkan tanda ganas [8]. Keadaan ini mengakibatkan tindakan pembedahan yang dilakukan sering suboptimal [9,10] dan memerlukan relaparotomi untuk terapi dan staging deinitif [11]. Hal ini meningkatkan beban psikologis, waktu, dan biaya yang pada akhirnya meningkatkan morbiditas dan mortalitasnya. Berdasarkan klasiikasi histopatologik, 90 kanker ovarium adalah tipe epitelial dan sisanya tipe sex stromal cord dan gonadal. Dan, kanker ovarium tipe epitelial 5-10 herediter [12,13] dan 90-95 sporadik [14,15]. Secara anatomis, kedua ovarium yang relatif kecil berada dalam kavum pelvis ruang abdomen bersama dengan organela intra-abdominal lainnya. Vaskularisasi dan aliran limfe yang kompleks terkait dengan fungsi reproduksinya yaitu folikulogenesis [16], dan steroidogenesis, dan oogenesis [14,17] Keberadaan stigma ovulasi juga sangat memudahkan terjadinya proses seeding , invasi, dan metastasis. Hal ini berkaitan dengan disparitas antara ukuran tumor dengan stadium kanker ovarium itu sendiri [14,15]. Dan, keterlibatan berbagai faktor molekuler dan respon imun serta faktor risiko lain menyulitkan upaya skrining untuk deteksi dini melalui petanda tumor [18]. Beberapa studi melaporkan tentang akurasi diagnosis petanda biomolekuler, biokimiawi [19], gejala dan tanda klinis serta modalitas penunjang seperti gambaran ultrasonograi baik 2 dimensi maupun collor Doppler sebagai prediktor keganasan [20,21,22]. Molecular inger print untuk deteksi dini kanker ovarium juga sedang ramai diteliti [23]. Berdasarkan uraian diatas maka dibutuhkan metode sistem skoring kanker ovarium ketika para klinisi menemukan tumor ovarium; sebelum terapi operatif. Dengan demikian, pada makalah ini akan diutarakan tentang kanker ovarium tipe epitelial, modalitas prediksi kanker ovarium, sistem skoring, dan rekomendasi sistem skoring kanker ovarium tipe epitelial preoperatif di Indonesia.

2. Kanker Ovarium Tipe Epitelial