36 37
Efektivitas CR
36,5 41,4
Sacco et al, 2009 PR
35,9 52,9
Li et al, 2008; Song et al, 2009;
NR 10,3
5,7 Saxena et al, 2005;
Klopp and Eifel, 2010
RR 45,2
64,1 Efek
Samping Fungsi Lever
32,8 12,3
Fungsi Ginjal 45,7
25,0 Van De Bunt et al,
2006; Richards et al, 2008
Hemopoesis 68,9
23,8 Saxena et al, 2005;
Klopp and Eifel, 2010
Integumen 12,4
0,4 Gastrointestinal
32,9 11,7
Chen et al, 2005; Abayomi et al,2009
Miksi 3,9
0,9 Reproduksi
89,8 ?
Seksual 68,8
23,7 Kim et al, 2009
Citra Diri 75,2
12,3 Ohno et al, 2007;
Mabuchi et al, 2010;
Kualitas Hidup
Disease Free 44,5
64,4 Hsu et al, 2009; Du
X-L et al,2011 Progresi
21,4 20,8
Ohno et al, 2007; Abayomi et al,
2009; Mabuchi et al, 2010;
Residif 15,9
11,7 Van De Bunt et al,
2006; Richards et al, 2008
Rekuren 29-71
? Elit et al,2009;
Bansal Nisha et al,
Catatan: prosentasi diatas adalah rerata dan untuk kemoterapi dipetik dari buku Novak’s Ginekologi, 2010 dan Oncologic Ginecology, 2005. Rerata harapan hidup 1, 2, da, 3
tahun masing-masing adalah 3,6 ± 1,2 dan 2,5 ± 0,9 tahun, 3,1 ± 0,7 dan 2,5 ± 0,8 tahun, dan 2,0 ± 0,6 dan 1,8 ± 0,5 tahun berbeda bermakna.
Perkumpulan Onkologi Indonesia 2010 melaporkan bahwa 63,67 kanker menyerang wanita dimana 31,4 umur dibawah 45 tahun. Selain itu, 10 jenis kanker pada wanita
tersering di Indonesia dilaporkan. Selain itu, terdapat kecenderungan penundaan untuk memiliki anak karena alasan karir dan mengejar pendidikan; namun ketika umur masa
berisiko terserang kanker ginekologi dan peningkatan risiko kehamilan maka saat itu justeru mereka membutuhkan untuk hamil dan memiliki anak sendiri. Hal inilah yang
seyogyanya dijawab oleh bidang medis, terutama gineko-onkologist, radiologist, dan ahli FER. Fertilitas terkait kuat dengan preservasi organ reproduksi; terutama uterus
dan ovarium. Sampai saat ini belum ditemukan teknik yang dapat berfungsi untuk menggantikan ke dua organ tersebut. Oleh karena itu, preservasi korteks ovarium dan
oosit, bahkan embrio merupakan pilihan baik yang dikerjakan sebelum terapi dimulai maupun setelah terapi kanker dinyatakan berakhir. Teknik TRB dengan kriopreservasi
terutama vitriikasi “cryotop” yang menunjukkan keberhasilan “post-thaw” mencapai 90-95 Astralian Committe, 2009.
2.0.2 Simpulan
1 Sampai saat ini di Indonesia-termasuk Bali, lebih dari 90 kanker serviks didiagnosis
pada stadium invasif, lanjut bahkan terminal dan umur semakin muda. Pada stadium IA1-2, histrektomi radikal dan deseksi KGB menunjukkan hasil yang memuaskan.
Sedangkan, pada stadium IIB keatas maka penanganan dengan kemoterapi, radiasi atau kemoradiasi belum memuaskan dengan kualitas hidup yang memprihatinkan.
Hal ini diduga terkait dengan metode, dosis, dan nutritif pada jaringan kanker itu sendiri.
2 Rdiologi intervensi, terutama TAC dan TACE adalah jawaban yang lebih
menjanjikan dalam hal efektiitas, efek samping, dan kualitas hidup. Dan, preservasi organ reproduksi juga lebih menjanjikan.
Jadi, radioterapi intervensi lebih menjanjikan dibanding kemoterapi konvensional pada pengananan kanker serviks invasif.
3. Daftar Pustaka
[1] Klopp AH dan Eifel PJ. Biological Predictor of Cervical Responce to Radiation Therapy.
Seminar Radiat Oncol, 2012; 22:143-150. [2]
Chen S-W, Liang JA, Yang S-N, Hung Y-C, Yeh L-S, Shiau A-C, Lin F-J. Radiation Injury to Intestine Following Hysterectomy And Adjuvant Radiotheraphy for Cervical Cancer. Gynecol
Oncol 2004;95:208-214. [3]
Du X, Taojiang, Sheng X, Lu C, Yu H, Wang C, Song Q, Li Q, pan Q. Intensity-Modulated radiation Therapy For Advanced Cervical Cancer: A Comparison Of Dosimetric And Clinical
Outcome With Conventional Radiotherapy. Gynecol Oncol 2012;125:151-157.
[4] Australian Institute of Health and Wellfare and Australian Ascociation of Cancer Registries
State and Territory 5-years Average Annual Incidence Number and Rates by Sex and Cancer Type 2000-2004.
[5] Bunt LVD, Heide UAVD, Ketelaars M, Kort GAP, Jurgenliemk-Schulz IM. Conventional,
Conformal, And Intensity-Modulated Radiation Therapy Treatment Planning Of External Beam Radiotherapy For Cervical Cancer: The Impact Of Tumor Regression. Int J Radiat
Oncol Biol Phys 2006;641:189-196.
[6] Abayomi J, Kirwan J, Hackett A. The prevalence of chronic radiation enteritis following
radiotherapy for cervical cancer or endometrial cancer and its impact on quality of life. Europian Journal of Oncology Nursing 2009;13:262-267.
[7] Elit L, Fyles AW, Devries MC, Oliver TK, Kee Fung MF and The Gynecology Cancer Disease Site Group. Gynecologic Oncology 2009;114:528-535.
[8] Hsu W-C, Chung N-N, Chen Y-C, Ting L-L, Wang P-M, Hsieh P-C, Chan S-C. Comparrison
38 39
of surgery or radiotherapy on complications and quality of life in patients with the stage IB and IIB uterine cervical cancer. Gynecologic Oncology 2009;115:41-45.
[9] Kim K, Kang SB, Chung HH, Kim JW, Park NH, Song YS. Comparrison of chemoradiation
with radiation as postoperative adjuvant therapy in cervical cancer patients with intermediate- risk factors. EJSO 2009;35:192-196.
[10] Mabuchi S, Okazawa M, Isohashi F, Ohta Y, Maruoka S, Yoshioka Y, Enomoto, T, Morishige K,
Kamiura S, Kimura T. Postoperative whole pelvic radiotherapy plus recurrent chemotherapy versus extended-ield radiation for early stage cervical cancer patients with multiple pelvic
lymph node metatastes. Gynecologic Oncology 2010; [11]
Saxena A, Yashar C, Taylor DD, Gercel-Taylor C. Cellular responcse to chemotherapy and rdiation in cervical cancer. Am J Obstet Gynecol 2005;192:1399-403.
[12] Song T, Fang W, Liu P and Chen C. Pharmacokinetics comparrison between pelvic transaterial chemoembolization and transcatheter arterial chemotherapy in animal model. Mol Med
Report 2009;2:603-607. [13]
Zhou Z-A, Liu L-M, Chen W-W, Men Z-O, Lin Z-Q, Chen Z, Zhang X-j, Jiang G-L. Combined therapy of trancatheter arterial chemoembolization and three-dimensional conformal
radiotherapy for hepatocellular carcinoma. British J of Radiology 2007;80:194-201.
[14] Sacco R, Bertini M, Petruzzi P, Bertoni M, Bargellini I, Bresci G, Federici G, Gambardella L, Metrangolo S, Parisi G, Romano A. Clinical impact of selektif transarterial chemoembolization
on hepatocellular carcinoma: A cohort study. World J of Gastroenterology 2009;1515:1843- 1848.
[15] Wang C-C, Lai C-H, Huang H-J, Caho A, Chang C-J, Chang T-C, Chou H-H, Hong J-H.
Clinical effect of human papillomavirus genotypes in patients with cervical cancer undergoin primary radiotherapy. In J Radiation Oncology Biol Phys 2010;784:1111-1120.
[16] Van De Bunt L, Van Der Heide UA, Ketelaars M, De Kort GAP, Jurgenliemk-Schulz IM.
Conventional, conformal, and intensity-modulated radiation therapy treatment planning of external beam radiotherapy for cervical cancer: the impact of tumor regression. Int J Radiation
Oncology Biol Phys 2006; 641:189-196.
[17] Ohno T, Kato S, Sato S, Fukuhisa K, Nakano T, Tsuji H and Arai T. Long-term Survival and
risk of second cancer after radiotherapy for cervical cancer. Int J Radiation Oncology Biol Phys 2007; 693:740-745.
[18] Li H, Liu F, Zhou G. Analysis of currative effects of preoperative intra-arterial infusion
chemoembolization on stage IB2-IIB uterine cervical cancer. Chinesse J of Clinical Oncology 2008;56:443-447.
[19] Richards PJ, Summerield R, George J, Hamid A, Oakley P. Major trauma cervical clearance
radiation doses cancer induction. Int J Care injured 2008;39:347-356. [20]
Bansal Nisha, Herzog J Thomas,Shaw Richard E, Primary therapy for early stage cervical cancer: radical hysterectomy vs radiation, American Journal of Obstetric and Gynecology
2009;201;485-91.
Sistem Skoring Kanker Ovarium Tipe Epitelial
Nyoman Budiana
1
dan Ketut Suwiyoga
1 1
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia E-mail : b_d_nayahoo.com
Abstrak
Kanker ovarium menempati urutan ke 5 dan mortalitas menempati nomor 2 dari seluruh penyakit kanker pada wanita sehingga dijuluki silent killer; cenderung meningkat. Hal tersebut terkait dengan kesulitan skrining
dan deteksi dini sehingga dilakukan upaya prediksi melalui sistem skoring ketika ditemukan tumor ovarium. Hampir 90 kanker ovarium adalah tipe epitelial sehingga secara epidemiologi klinis kanker ovarium analogi
dengan kanker ovarium. Dan, 95 bersifat sporadik dimana faktor risiko belum diketahui dan karsinogenesis yang kontroversi. Dengan demikian, ditingkat praktisi maka dibuatlah sistem skoring untuk prediksi keganasan
tumor ovarium terkait upaya penanganan dan prognosis; berdasarkan atas gejala klinis, gambaran USG, dan kadar biomarker. Beberapa indeks risiko keganasan kanker ovarium yang telah disusun seperti Sudarjanto dan
morfologi Sassone-Timor Tritsch. Sementara, sistem skoring antara lain the Risk Malignancy Index MRI dan the Risk of Ovarian Malignancy Algorithm ROMA. Rekomendasi pilihan sistem skoring kanker ovarium tipe
epitelial di Indonesia dibedakan atas daerah pelayanan sentral, intermedit dan periferi.
Kata kunci: kanker ovarium tipe epitelial, prediksi, sistem skoring
1. Pendahuluan