Load Balancing tanpa Connection Mark

Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 149 Mark sedangkan Konfigurasi II adalah konfigurasi Load Balancing tanpa Connection Mark. Hasilnya adalah sebagai berikut: 1 Pengujian Konfigurasi I Untuk melakukan test koneksi dicoba dengan salah satu komputer yang berada di setiap LAN. Test koneksi dilakukan dengan browsing ke alamat website dan sudah berhasil memberi layanan akses internet. Kemudaian menjalankan perintah traceroute dengan bebearapa kondisi sebagai berikut: • Kondisi koneksi ISP A dan ISP B tidak putus. Dalam kondisi ini kedua ISP sama-sama dalam keadaan normal sehingga beban layanan akses internet ditanggung kedua jalur ISP. Pada kondisi ini pengujian dilakukan dengan menjalankan semua komputer dalam LAN. Status gateway yang dilalui masing-masing komputer LAN untuk terhubung dengan internet bisa berubah-ubah bisa melalui ISP A pada saat tertentu bisa melalui ISP B. Untuk mengetahui IP yang digunakan dapat melalui web dengan mengakses situs http:whatismyip.com. • Kondisi koneksi ISP A putus. Pada kondisi ini jalur yang terhubung dengan internet hanya melalui ISP B karena jalur ke ISP A dalam keadaan putus, sehingga beban hanya diberikan kepada ISP B. • Kondisi koneksi ISP B putus. Pada kondisi ini jalur yang terhubung dengan internet hanya melalui ISP A karena jalur ke ISP B dalam keadaan putus, sehingga beban hanya diberikan kepada ISP A. Selain dari komputer client juga dilakukan pengujian dari komputer router dengan login ke router Mikrotik melalui winbox dengan melihat pemakaian bandwith pada interface. 2 Pengujian Konfigurasi II Untuk melakukan uji coba konfigurasi ini dilakukan dengan dua buah LAN yang di pisah jalur keluarnya. Karena konsep ini sangat sederhana pengujian cukup dengan melakukan traceroute dari komputer yang ada dimasing-masing LAN. Dari hasil tracing kedua LAN tersebut diatas dapat diketahui bahwa konfigurasi dengan pemisahan group IP addressdapat berjalan sesuai dengan rancangan. Terbukti dengan hope kedua pada proses tracing menunjukkan gateway masing- masing ISP.

8. Kesimpulan dan Saran

Dari hasil implementasi dan pengujian sistem dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1 Mikrotik dapat diimplementasikan sebagai router yang memiliki dua atau lebih jalur gateway internet atau ISP. 2 Konfigurasi routing pada Mikrotik dapat dijalankan dengan metode load balancing dalam mengatur jalur paket data yang memiliki lebih dari satu koneksi. Dengan konsep ini bandwith yang didapatkan lebih optimal. 3 Dengan adanya dua koneksi ISP pada sebuah router maka akan mengurangi resiko putusnya koneksi internet karena ada dua sistem routing yang saling mengisi, apabila terjadi gangguan koneksi di sisi jalur internet pada salah satu ISP maka koneksi dapat dialihkan atau diarahkan ke jalur ISP yang lain. 4 Konfigurasi di dalam Mikrotik dengan metode load balancing menggunakan connection mark menentukan koneksi secara otomatis jalur yang akan dilalui sehingga pengguna tidak dapat menentukan atau memilih jalur yang diinginkan untuk kepentingan tertentu. 5 Konfigurasi di dalam Mikrotik dengan metode load balancing tanpa menggunakan connection mark dapat ditentukan atau dipilih jalur yang diinginkan bagi pengguna internet untuk tujuan tertentu tetapi apabila koneksi putus tidak dapat dialihkan ke jalur yang lain secara otomatis. Adapun saran untuk dapat meningkatkan perancangan ini sehingga sistem dapat memberikan hasil yang optimal adalah: 1 Penggunaan dua ISP untuk layanan internet perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan karena berhubungan dengan banyak aspek baik dari sisi ekonomi maupun teknis. 2 Konfigurasi routing dengan lebih dari satu koneksi masih banyak cara lain yang bisa dilakukan, sehingga perlu dilakukan pengembangan analisis dengan metode- metode yang lain khususnya dalam hal routing. 3 Mikrotik merupakan alternatif dalam membuat aplikasi router dengan multi- gateway, selain mudah penggunaannya Mikrotik juga menawarkan banyak fitur sehingga perlu dilakukan pendalaman