Output Grafik Analisis Program

214 Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010

6. Daftar Pustaka

[1] Heri Suprapto, Sri Wulandari 2006. Jurnal Decision Support System DSS Dalam Prakualifikasi Kontraktor : Surabaya. International Civil Engineering Conference ”Towards Sustainable Civil Engineering Practice [2] Julius Hermawan 2005. Membangun Decision Support System. Yogyakarta : Andi Offset. [3] Kadarsah Suryadi, Ali Ramdhani 2002. Sistem Pendukung Keputusan, Suatu WacanaStruktural Idealisasi dan Implementasi konsep Pengambilan Keputusan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. [4] Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan BarangJasa Pemerintah. [5] Kosasi, S. 2002. Sistem Penunjang Keputusan Decision Support System. Pontianak : Departemen Pendidikan Nasional. [6] Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta : Penerbit PT Grasindo. [7] Saaty, T.L. 2001. Decision Making For Leaders. Forth edition, University of Pittsburgh, RWS Publication. [8] Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 2002. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. [9] Turban, Efraim., Aronson, Jay E., dan Liang, Ting-Peng. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems. Yogyakarta : Penerbit Andi,. [10] Turban E. 1996. Decision Support Systems and Expert System Manajemen SupportSystem, Prectice Hall International, inc [13] Moldovan, D. dan Surdeanu, M., 2003, On The Role of Information Retrieval dan Information Extraction in Question Answering Systems, Pazienza, M.T., Information Extraction in the Web Era. LNAI 2700. Springer, Berlin. [14] Noy, N.F. dan McGuinness, D.L., 2001, Ontology Development 101: A Guide to Creating Your First Ontology, htpp:protégé.stanford.edu publicationsontology_developmentontology10 1.pdf, diakses tanggal 12102008. [15] Perez-Coutino, M., Solorio, T., Montes-y- Gomez, M., Lopez-Lopez, A., Villasenor- Pineda, L., 2004, Toward A Document Model for Question Answering Systems. Advances in Web Intelligence. LNCS 3034. Springer, Berlin. Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 215 Sistem Informasi Geografis Pencegahan Wabah Demam Berdarah Dengan Pendekatan Medical Geography Yus Sholva 1 , Eva Faja Ripanti 2 , Indra Azimi 3 1,2 Laboratorium Multimedia dan Sistem Informasi Geografis 3 Progam Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Pontianak 1 sholvarizayahoo.com, 2 evaripantiyahoo.com, 3 indraazimiyahoo.com Abstrak Penyakit demam berdarah termasuk salah satu penyakit yang sulit penanganannya, karena belum ditemukan obatnya dan terjadinya wabah DB belum dapat diprediksi dengan tepat. Upaya pencegahan seperti fogging, gerakan 3M, dan abatesasi belum dapat mencegah mewabahnya DB, karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda. Penelitian ini mengusulkan suatu pendekatan alternatif pencegahan DB dengan cara memetakan kasus DB yang terjadi. Dengan pemetaan kasus DB ini, akan dapat dianalisis data historis kasus DB sebelumnya, analisis penyebaran kasus DB dan pola penyebarannya jika ditemukan, serta tempat-tempat yang angka kejadian kasus DB cukup tinggi. Pendekatan yang digunakan adalah medical geography yang pernah digunakan Dr. Jhon Snow tahun 1854 saat menanggulangi wabah kolera di Kota London dengan memetakan penderitanya. Hasil pemetaan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan kondisi lingkungan atau mengetahui pola penderita berdasar rumah tinggalnya.Dengan cara yang sama kasus DB dipetakan berdasarkan penderitanya untuk kemudian dianalisis. Aplikasi sistem informasi geografis dikembangkan untuk memudahkan pengelolaan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasimampu menangani data historis kasus DB dalam bentuk peta, menunjukkan pola penyebaran kasus DB jika ada, membantu menganalisis pengaruh tindakan pencegahan terutama fogging terhadap jumlah kasus DB serta membantu perencanaan tindakan fogging selanjutnya. Hasil analisis sangat bergantung pada ketersediaan data penderita DB dari instansi terkait. Kata kunci:sistem informasi geografis, data historis, demam berdarah, medical geography, analisis spasial 1. Pendahuluan Demam berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang belum ditemukan obatnya, di beberapa kota di Indonesia pernah menyatakan kejadian luar biasa KLB kasus demam berdarah, tidak terkecuali Kota Pontianak yang sejak tahun 2000 sampai 2009 terjadi tiga kali KLB demam berdarah dengan siklus 3-4 tahun. Upaya penanggulangan penyakit demam berdarah sudah sering dilakukan misal pengasapan fogging, membersihkan lingkungan sekitar yang dikenal dengan 3M, abatesasi, atau menggunakan predator alami misalnya ikan cupang. Namun upaya yang dilakukan tersebut belum mampu mencegah terjadinya wabah demam berdarah, sering penanganan kasus demam berdarah baru dilakukan setelah jumlah penderita semakin banyak atau ditemukan kasus penderita yang meninggal dunia. Sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda untuk mencegah mewabahnya demam berdarah yaitu dengan pemetaan. 216 Pena memanfa dilakukan 1854 un London y memetak Snow me penderita bermukim Dengan berhasil kolera ad air minum agar sum penyakit Medi disiplin i pengguna berdarah Geografi Analisis Jogjakart dipresent Kedokter 2007. A informasi kasus dem Pene sistem in historis informasi demam berdarah sehingga solusi alt terkait un berdarah. Dalam terjadi di dicatat. D informasi geograph kesehatan berdarah anggulangan aatkan ilmu n, sala satuny ntuk menangg yang saat itu an penderita enemukan su a penyakit ko m di bagian h analisis spa menemukan dalah Sungai T m penduduk mber air dial kolera dapat d ical geograph ilmu, yaitu g aan medical pernah ditu Populer Indo spasial demam a untuk peri asikan ole ran Universita Akan tetapi, i geografis un mam berdarah elitian ini ber nformasi yan kasus dema i daerah yang berdarah, p dan pola peny pada akhirny ternatif bagi ntuk menduku m medical ge ipetakan dan Diharapkan, i geografis hy dapat d n dan pen di wilayah stu S P B wabah pen pemetaan ya Dr. Jhon Sn ulangi wabah belum ada o penyakit ko atu pola yan olera adalah hilir Sungai T sial yang d sumber pen Themes yang London dan lihkan. Berka dicegah penye hy adalah pen geografi dan geography ulis secara si onesia [4] pa m berdarah D ode 2004-200 eh mahasis as Gajah Ma penelitian m ntuk menanga h belum diadak rtujuan untuk ng mampu m am berdarah g paling serin penyebaran yebarannya j ya sistem ini pemerintah d ung upaya pen eography, ka data historis dengan peng dan pende dijelaskan te nyebaran pen udi. eminar dan Politeknik Tel Bandung, 9 O nyakit deng sudah lam now pada tah h kolera di Ko obatnya. Deng olera, Dr. Jh g sama dima penduduk ya Themes Londo dilakukannya nularan kum menjadi sumb ia mengusulk at usahanya ebarannya. nggabungan d kesehatan. I untuk dema ingkat di Sit ada tahun 200 Dengue di Ko 05 juga pern swa Fakult ada pada tah mengenai siste ani data histo kan. k menghasilk menangani da h, memberik ng terjadi kas kasus dema jika ditemuka i dapat menja dan pihak-pih cegahan dema asus-kasus ya s kasus terseb ggunaan siste ekatan medic entang kons nyakit dema Call For Pape lkom Oktober 2010 gan ma hun ota gan hon ana ang on. ia man ber kan ini dua Ide am tus 04. ota nah tas hun em oris kan ata kan sus am an, adi hak am ang but em cal sep am in di tin di ke ba stu in be be sp be tid vi tin le sa Bu 2. ad da m sa Fl di er Munas Ap Untuk m nformasi geo iperlukan info nggal pend ipresentasikan eperluan anal atas administr udi. Penerapan m ni adalah den erdarah yang erdasarkan tem pasial peta erdarah merup dak dapat di irus demam nggalnya atau Wilayah s etak geografis ampai 0º 01 3 ujur Timur sa Gambar 1. . Penyakit D Demam ber dalah penyak aerah tropis, mirip dengan m alah satu dar lavivirus, fam isebarkan kep ptikom mengembangka grafis demam ormasi spasial derita dema n dalam bentu isis spasial d ratif dan jari medical geog nan memetak g tercatat pa mpat tinggaln tempat ting pakan upayak ipastikan apa berdarah d u ditempat lain studi adalah K pada garis 0º 37 Lintang S ampai 109º 23 Peta Adminis Demam Berda rdarah atau de kit febril aku dengan peny malaria. Penya ri empat sero mili Flavivirid pada manusia an aplikasi m berdarah l berupa alam am berdara uk titik poin diperlukan pet ingan jalan d graphy dalam kan penderit ada Dinas K nya. Represent ggal penderit kan pendekat akah penderit di lingkungan n. Kota Pontiana º 02 24 Lint elatan dan 10 04 Bujur Ti stratif Wilayah arah emam berdara ut yang ditem yebaran geogr akit ini diseba otipe virus d dae. Demam a oleh nyam i sistem SIGDB mat tempat ah yang nt. Untuk ta tematik di wilayah penelitian ta demam Kesehatan tasi secara a demam tan karena ta tertular n tempat ak dengan tang Utara 09º 16 25 imur [8]. h Studi ah dengue mukan di rafis yang abkan oleh dari genus m berdarah muk Aedes aegypti. [ untuk pe dilakukan aegypti se Faktor wabah d [10]: 1. Pertu mem 2. Urba 3. Siste bersi 4. Berk nyam 5. Kura efekt 6. Meni virus 7. Perke 8. Mele masy Pada terakhir m tahun 200 2. Namun berdarah. Gam T

3. Med

Medi geograph geograph Medical dan iklim untuk me faktor masyarak antara du pemaham [6]. Hingga sa enyakit ini n adalah pena ebagai pemba r-faktor peny demam berda umbuhan jum miliki pola terte anisasi yang ti em pengelolaa ih yang tidak m kembangnya muk-nyamuk. angnya sistem tif. ingkatnya p s dengue. embangan hip emahnya yarakat. wilayah stu mengalami kej 02, 2006, dan n setiap tahun mbar 2.Jumlah Tahun 2000-20 dical Geograp ical geograp hy and me hic aspects of geography m m terhadap k eningkatkan p yang berpe kat. Dengan ua disiplin il man tentang Semin aat ini belum sehingga pen anganan pada awa virus. yebab kemb arah adalah mlah pendudu entu. dak terencana an limbah dan memadai. penyebaran m pengamatan ergerakan d perendemisitas infrastruktur di tercatat s ejadian luar bi n 2009 sebag n tetap terjad h Kasus Dema 009 di Kota Po phy phy is a h edicine deal f health and mempelajari p kesehatan. Ha emahaman ter engaruh pa kata lain, lmu ini, dapa g konsep k nar dan Call ditemukan ob ncegahan ya a nyamuk Aed bali munculn sebagai berik uk yang tid a dan terkontro n penyediaan dan kepadat n nyamuk ya an penyebar s. r kesehat sejak 10 tah iasa KLB pa aimana Gamb di kasus dema am Berdarah ontianak hybrid betwe ling with t healthcare [ pengaruh lok al ini bertuju rhadap berbag ada kesehat penggabung at meningkatk kesehatan d For Paper M Polit Bandung, 9 bat ang des nya kut dak ol. air tan ang ran tan hun ada bar am een the 7]. asi uan gai tan gan kan dan pe da m ka D ya ge Lo pe m su m m ya ke w di pe w pe Th w w ha pe ai ai ko w G G m di Munas Aptiko teknik Telko Oktober 201 enyebaran pen alam penang edical geogra Medical g ali di London Dr. John Snow ang kemud eographyuntu ondon Broad enyebaran p memetakan lok uatu peta. Da menyimpulkan melalui makan ang tercemar. esimpulan wa waktu itu meny Dari hasil ilakukan Dr. S enyebaran w wilayah kota erusahaan den hemes. Dr. wilayah tersebu wabah kolera m ari. Dari hasi erusahaan yan ir dari hilir S irnya dari hul olera di Londo wabah kolera o Gambar 3 berik Gambar 3. Pe John Pendekatan menanggulangi isebabkan pen m m 10 nyakit yang a ganan wabah aphy adalah h geography d n pada perteng w. Dia meng dian dikena k mengidenti d Street yan penyakit kol kasi penyebara ari penelitian bahwa peny nan dan minum Dan akhirny abah kolera y yebar melalui pemetaan Snow, ditemu wabah kolera yang sumbe ngan sumber Snow juga m ut jumlah kem mencapai 500 il penelitian D ng sebelumny Sungai Them lu Sungai The on dapat diata oleh Dr. John S kut. eta Penyebara n Snow [3]. n spasial med i penyakit yan ngaruh lingku akhirnya memp penyakit. N health geograp dikembangkan gahan tahun ggunakan sua al sebagai ifikasi suatu w ng merupakan era terparah an penyakit ko n ini, Dr Sn yakit kolera man, bukan d ya dia dapat m yang meland air [2]. wabah kole ukan bahwa k tertinggi te er air minum r air dari hil menemukan matian yang d 0 jiwa dalam Dr. Snow ini, ya mengamb mes, menguba emes. Akhirny asi [2]. Peta p Snow dapat di an Wabah Ko dical geograp ng mewabah ungan hingga 217 mpermudah Nama lain phics. n pertama 1854 oleh atu teknik medical wilayah di n wilayah h dengan olera pada now dapat menyebar dari udara mengambil a London era yang konsentrasi erdapat di mnya dari lir Sungai bahwa di disebabkan waktu 10 , akhirnya bil sumber ah sumber ya, wabah enyebaran ilihat pada lera Dr. phy dalam atau yang a saat ini 218 Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 terus dikembangkan sebagai upaya penanggulangan penyakit terlebih pada penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti HIVAIDS.

4. Sistem Informasi Geografis

Menurut U.S. Geological Survey [9], “A GIS is a computer system capable of capturing, storing, analyzing, and displaying geographically referenced information; that is, data identified according to location. Practitioners also define a GIS as including the procedures, operating personnel, and spatial data that go into the system.” Sistem Informasi Geografis SIG merupakan suatu sistem yang dikembangkan untuk mengelola, menganalisis dan menampilkan informasi geografis. SIG menawarkan suatu sistem yang mengintegrasikan data yang bersifat keruangan spasial dengan data tekstual yang merupakan deskripsi menyeluruh tentang obyek dan mempermudah pengguna menyebarluaskan kaitannya dengan obyek lain di ruang muka bumi. Dengan sistem ini data dapat dikelola dan dimanipulasi untuk keperluan analisis secara menyeluruh dan sekaligus menampilkan hasilnya dalam berbagai format baik dalam bentuk peta maupun berupa tabel atau laporan [5]. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik point, bentuk garis line dan bentuk area polygon. Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sampel dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik- titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontur dan lain- lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain-lain. Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat grid atau sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area [1].

5. Perancangan SIG Demam Berdarah

Perancangan sistem meliputi perancangan basis data dengan entity relationship diagram ERD, perancangan data flow diagram DFD, perancangan antarmuka sistem.

5.1 Perancangan Basis Data dengan ERD

Entitas yang ada pada sistem ini ada lima sebagai berikut: 1. Rumah sakit, yaitu rumah sakit dimana penderita dirawat. 2. Penderita, yaitu orang yang menderita sakit demam berdarah. 3. Kelurahan, yaitu wilayah dimana penderita tinggal, fogging dan tindakan pencegahan lainnya dilakukan. 4. Fogging, yaitu tindakan fogging yang dilakukan. 5. Pencegahan lainnya, yaitu tindakan pencegahan selain fogging. Relasi antara tiap-tiap entitas dapat dituliskan dalam enterprise rules sebagai berkut: seorang penderita dirawat di satu rumah sakit dan satu rumah sakit merawat banyak penderita. Seorang penderita tinggal di satu kelurahan dan di satu kelurahan tinggal banyak penderita. Satu kegiatan fogging dilakukan di satu kelurahan dan di satu kelurahan dapat dilakukan banyak kegiatan fogging. Satu kegiatan pencegahan dilakukan di satu kelurahan dan di satu kelurahan dapat dilakukan banyak kegiatan pencegahan. Diagram ER berdasarkan enterprise rule di atas diperliihatkan pada Gambar 4. Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 219 Gambar 4. Diagram ER Sistem. Gambar 5. Diagram Relasi Antartabel Data Tabular Gambar 5, memperlihatkan hasil rancangan database berupa tabel dengan field yang sudah lengkap beserta relasi antara tabelnya.

5.2 Perancangan DAD

Sistem informasi geografis demam berdarah yang dirancang hanya memiliki satu level pengguna. Pengguna yang dimaksud dalam sistem ini adalah Dinas Kesehatan Kota Pontianak, ataupun pihak-pihak terkait seperti organisasi kemasyarakatan dan lembaga penelitian yang ingin menggunakan sistem ini. Gambar 6. Diagram konteks sistem. Gambar 7. Diagram Overview Sistem Terdapat 7 tujuh proses dalam sstem ini yaitu: 1. Proses 1.0 Manajemen Peta. 2. Proses 2.0 Manajemen Kelurahan. 3. Proses 3.0 Manajemen Rumah Sakit. 4. Proses 4.0 Manajemen Fogging. 5. Proses 5.0 Manajemen Pencegahan Lainnya. 6. Proses 6.0 Manajemen Kasus Demam Berdarah. 7. Proses 7.0 Analisis Data. Secara skematik, ketujuh proses digambarkan dalam diagram overview sebagaiaman Gambar 7.