Data Flow Diagram Level 1

68 Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010

6.DAFTAR PUSTAKA

[1]. Andi, madcoms. 2005. Adobe Photoshop CS. Andi. Yogyakarta. [2]. Dennis, Alan. Haley Wixom, Barbara, 2003, “System Analysis Design”, Second Edition, John Wiley Sons, Inc., United States of America. [3]. Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain. Andi. Yogyakarta. [4].Kristanto, H. 2002. Konsep dan Perancangan Database. Andi. Yogyakarta. [5]. Nugroho, Bunafit, 2003, Aplikasi Web Database Dengan Macromedia Dreamweaver, Andi Offset, Yogyakarta [6]. Pressman. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. Andi. Yogyakarta. [7]. Sidik, B. 2005. MySQL. Bandung: Informatika. [8]. Sutanta.E.2004. Sistem Basis Data. Graha Ilmu. Yogyakarta. [9].Tim Penelitian Dan Pengembangan Wahana Komputer, 2006. “Pengembangan Animasi Dengan Macromedia Flas 8 Profesional “, Wahana Komputer, Semarang. [10].Wahana komputer.2002.Kamus Lengkap Dunia Komputer. Andi Yogyakarta. Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 69 Perspektif Sosial Dalam Implementasi E-Government Studi Kasus Kab OKU, Sumetera Selatan Dedi Rianto Rahadi, Wijonarko Universitas Bina Darma, Palembang IAIN Rade Fatah, Palembang Abstrak Evaluasi model pelaksanaan e-Government di Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan yang akan dianalisis dilihat dari perspektif social. Model analisis yang digunakan dengan pendekatan model MOA. Model MOA dikembangkan oleh grunden 2001,2004 yang memberikan ide-ide untuk berkoordinasi dan mengontrol semua kegiatan terhadap pilihan teknologi dan organisasi. Model ini akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses kerja internal dan ekternal, model pelayanan yang diberikan kepada masyarakat serta suasana kerja yang mendukung aktivitas. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada masyarakatpengguna maupun pihak pengelola e- government. Keberadaan e-government sudah merupakan kebutuhan diera reformasi dan globalisasi. Masyarakat menuntut adanya transparasi dalam memberikan pelayanan, tanpa harus dibatasi waktu dan tempat. Hasil penelitian menunjukkan adanya kebutuhan maupun pelayan yang harus diintegrasikan dengan melihat beberapa aspek social dalam proses e-government. Baik para pengelola maupun masyarakat bersama-sama melihat aspek social dalam pemilihan teknologi informasi yang akan berdampak bagi perkembangan e-government untuk kepentingan bersama tanpa melihat kepentingan sektoral. Kata Kunci : MOA Model, e-government, Teknologi Informasi _________________________________________________________________________________________ LATAR BELAKANG E-government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi khususnya Internet untuk mendistribusikan informasi dan jasa, hal ini dilakukan untuk melibatkan masyarakat pada proses demokrasi dan pembuatan keputusankebijakan dengan lebih tepat dan efektif, lebih berorientasi publik, lebih hemat, dan lebih baik. Tujuan utama dari e-government adalah tercapainya transformasi “pemerintahan konvensional” menjadi “pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan publik”. E-government bukanlah sekedar mensistematisasi pelayanan publik secara online, tetapi e-government juga melibatkan perubahan sistem manajemen dan pola distribusi pelayanan kepada masyarakat. E-government bisa diaplikasikan melalui pelayanan penyediaan informasi perencanaan kota, pelayanan-pelayanan sosial, administrasi, informasi manajemen infrastruktur, penyediaan catatan sipil, pembangunan ekonomi dan komunitas, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan informasi kekayaan daerah. Memang kita belum memiliki modelcontoh yang baik untuk pemerintah daerah dan masyarakat, sedangkan modelcontoh yang tepat sangatlah dibutuhkan untuk: 1 memahami kebutuhan- kebutuhan pemerintah dan masyarakat, 2 mendorong pengadopsian solusi-solusi yang ada, 3 pembahasan masalah-masalah kebijakan dan etika pelakasanaan egov, dan 4 menyediakan standar dan ukuran-ukuran pelakasanaan e-government. Keuntungan-keuntungan dari pelaksanaan e- government ini termasuk di dalamnya: meningkatkan kualitas pelayanan publik, meningkatkan efisiensi pemerintahan, penegakan hukum, informasi dan pendidikan, keamanan, manajemen dan pelayanan kesehatan, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat di dalam proses demokrasi. Banyak pihak yang berpendapat bahwa e-government dapat menyediakan dan mengintegrasikan pelayanan publik, selain itu e- government bisa mewujudkan pemerintahan yang berorientasi pada publik. Ketika e-bisnis telah diadopsikan kedalam sektor swasta, e-government telah mulai mentransformasikan pemerintahan konvensional menjadi sistem pemerintahan digital. Bagaimanapun juga, walaupun sebuah negara sudah memiliki model dan ukuran yang tepat, tetapi pelaksanaan e-government memiliki beberaa resiko yang cukup serius seperti contohnya resiko politis dan resiko operasional-teknologi. Terdapat rintangan atau hambatan untuk mengembangkan sistem e-goverment sangatlah serius seperti contohnya: keterbatasan dana, sistem dan masyarakat yang anti terhadap perubahan, hambatan-hambatan hukum, akses yang terbatas untuk mendapat informasi, ketidakmerataan tingkat 70 Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 pendidikan, permasalahan sosial-budaya-politik, dan lain-lain. Jika pengembangan dan implementasikan e-government merupakan tujuan, maka sangatlah bermanfaat dimulai dengan penentuan tujuan-tujuan fungsional. Tujuan-tujuan fungsional dari sistem e-government adalah: • Ketersediaan data dan informasi melalui sistem online yang beragam • Reliabilitas proses transaksi melalui sistem online yang beragam • Sistem ekonomi, sosial, dan politik yang masuk akal • Meningkatkan keamanan • Mewujudkan sistem pemerintahan yang transparan dan terpercaya • Menyediakan informasi, jasa, dan pelayanan kepada masyarakat secara luas dengan bahasa yang mereka mengerti. • Pelaksanaan re-engineering di dalam proses re- engineering. • Peningkatan kolaborasi antar pemerintah, sektor swasta, dan organisasikomunitas- komunitas. Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab, diantaranya: 1 Bagaimana kita bisa menciptakan e-government yang lebih memfokuskan kepada publik publik-sentris?, 2 Apakah kita memiliki tujuan-tujuan yang benar dan realistik?, 3 Seberapa jauh kita bisa mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan biaya yang seefektif mungkin?, 4 Apakah tujuan-tujuan ini dipahami dan disetujui oleh masyarakat dan instansi-instansi pemerintah?. Kita membutuhkan model-model pelaksanaan e-government yang lebih baik untuk proses perencanaan, pendanaan, pengembangan, implementasian, pengoperasian, dan proses evaluasi e-government di berbagai lingkungan politik, budaya, dan ekonomi yang beragam. Kita juga membutuhkan informasi yang lebih baik tentang dampak pelaksanaan e-government pada instansi- instansi pemerintah, komunitas masyarakat, dan pada individu-individu masyarakat. Yang tidak kalah penting adalah ukuran-ukuran yang tepat untuk mengetahui apakah implementasi e- government memiliki hubungan yang erat dengan tingkat kemampuan penyerapan informasi yang dimiliki oleh aparatur, masyarakat, dan para pelatihpenyuluh di bidang informasi-teknlologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pentingnya aspek sosial dalam implementasi e- government. Model MOA digunakan sebagai rujukan untuk melihat situasi kerja, proses kerja dan pelayanan kepada masyarakat. Desain teknologi yang akan dikembangkan dan organisasi dalam mengelola teknologi menjadi dasar untuk melakukan koordinasi dan kontrol terhadap penerapan e-government.

1. KONSEP MODEL MOA

Model MOA-Egov dikembangkan dan berdasarkan studi yang dilakukan oleh Grunden 2001, 2004. Ide mengenai koordinasi dan kontrol mempengaruhi pilihan terhadap desain teknologi dan organisasi merupakan keputusan yang akan digunakan.Kedua aspek tersebut akan berdampak pada situasi kerja, proses kerja dan pelayanan kepada pelanaggan. Secara lengkap dapat dilihat pada gambar dibawah : Gambar 1 Dalam penelitian ini akan difokuskan pada aspek sosial yang meliputi situasi kerja,proses kerja dan hubungan dengan masyarakat.. Da hubungan yang komplek antara proses kerja dari sudut manajerial, situasi kerja dari sisi staf dan pelayayan yang akan diberikan kepada masyarakat. Ketidakpuasan dalam situasi kerja akan berdampak pada proses kerja dan pelayanan kepada masyarakat. Pengembangan e- government akan merubah situasi kerja, proses kerja dan pelaayanan kepada masyarakat.

2. METODELAGI PENELITIAN

Penelitian ini akan menciptakan sebuah model dan ukuran yang berdasarkan pada pandangan masyarakat, yang diharapkan akan berbeda dari model yang didasarkan pada sudut pandang instansi-instansi pemerintah. Banyak dari pelayanan-pelayanan e-government yang diciptakan oleh instansi-instansi dengan berdasarkan pada pelayanan-pelayanan yang ada dan pada pemahaman mereka, jarang sekali yang mendasarkan pada kebutuhan dan keinginan masyarakat. Data mengenai apa yang sebenarnya diinginkan baik oleh instansi-instansi pemerintah lokal dan masyarakat sangatlah jarang tersedia. Sebagai pengemb dikaitkan etika, org ciri ekon instansi-in pelayanan Berdasark dari pene mengemb kemudian kompone tersebut, model. B Kabupate dan alat u sebelumn dan peng Ukuran-u pengguna penyediaa pemerinta investasi; menggun fokus ak kemudah pemerinta privasi; pemeriks kualitatif hubungan 11 tingka Untuk in fungsi d melalui pemerinta proses ya tersebut, telah ber bagaiman ukuran a survey a masyarak yang dija e-literacy di mas wawanca tentang k Penelitian ekonomi itu pene masyarak melakuka pandanga kebutuhan governme asumsi, b angan dan e n dengan un ganisasional, nomi dari k nstansi pemer n kepada publ kan pengukur elitian-peneliti bangkan mo n akan m ennya, sifat dan sifat hubu Berdasarkan i en OKU dan ukur yang dida nya, peneliti gukuran-peng ukuran tersebu aan IT te an informa ah; 2 tingka ; 4 tingka nakan layanan kan kebutuha an untuk ahan; 7 pe 8 tingkat aan; 9 p f dan kuantitat n antara pem at efektifitas m stansi pemeri dan pelayana e-service, ah untuk penc ang digunakan bagaimana m rdampak pada na keterlibata apa yang di akan meneliti kat dari pela adikan tujuan y pemahaman yarakat. Al ara akan m kebutuhan mas n ini akan mem dan kondisi b elitian ini m kat maupun an wawanc an publik n, dan tujuan ent dan e-serv Semin bahwa alat evaluasi e-gov nsur-unsur te politik, sosia komunitas m rintah yang m lik. ran-pengukura ian sebelumny odel MOA mendefinisikan dari komp ungan kompon informasi yan penggunaan apat dari pene akan mengaj gukuran kuali ut diantaranya eknologi inf asi dan p at efisiensi; 3 at kemudah n dan inform an masyarak mengakses erlindungan keamanan d penggabungan tif; 10 bukti a merintah deng mekanisme ev intah, survey an yang diim apa yang ciptaan pelaya n untuk merea masalah keama a sistem yang an masyaraka igunakan. Ba apa yang d aksanaan e-go oleh masyara n akan penggu latinstrumen mengumpulkan syarakat, pelay mperoleh data budaya dari m memilih sam instansi pem cara untuk mengenai n-tujuan dari vice. nar dan Call ukur unt vernment har eknis, person al, budaya, se masyarakat d menyediakan ja an yang didap ya, Peneliti ak e-governme n kompone onen-kompon nen untuk seti ng didapat d kerangka ke elitian-peneliti ukan parame itatif-kuantitat a: 1 inovasi d formasi unt elayanan d pengembali han di dala masi online; kat; 6 tingk setiap lev dan kebijak dan kemudah n pengukur akan keberada gan swasta; d valuasi. akan mencak mplementasik direncanak anan yang ba alisasikan siste anan dan priv g e-governme at, dan ukura agi masyarak dibutuhkan ol overnment, a akat, dan tingk unaan sarana I survey d n data umu yanan, dan da a kondisi sosi masyarakat sela mpel dari ti merintah unt mendapatk penggunaa pelaksanaan For Paper M Poli Bandung, 9 tuk rus nal, erta dan asa pat kan ent, en- nen iap dari erja ian eter tif. dan tuk dari ian am 5 kat vel kan han ran aan dan kup kan kan aru, em asi ent, an- kat, leh apa kat IT dan um ata. ial- ain iap tuk kan an, e- 3. A w pa 1. 2. at 4. U pe D ke di pe ha m di be m be pi m m Si ke Munas Aptiko teknik Telko Oktober 201 . HASIL Alamat e-GOV www.okukab.g ada gambar d Desain pena • Nama • Tampi • Aktivi Isi • Fasilit pencar • Layan inform mail. • Layan • e-mail lemba • Kesesu lemba • Up dat tau berita .1. Situasi Ke Unit kerja y engelolaan E- Dinas komunik erja ini memb ibidang inf elaksanaan di asil survey d menyatakan b ikembangkan elum membe masyarakat. P erdasarkan us ihak ketiga. masih sebata menambah ber ikap dan per ehadiran E-go m m 10 PENELITIA VERMENT k go.id., secara dibawah ini : Gambar ampilan domain muda ilan keseluruh itas domain tas e-mail, ri, link dan tra nan publik masi publik, fo nan pemerintah l internal, d ga pemerintah uaian isi de ga ting data dan erja yang bertan -government d kasi dan info bantu merumu formatika d ibidadang ko dan wawanca bahwa system hanya sebata erikan pelaya Pengembanga sulan kegiatan Sehingga pe as pekerjaa rita-berita terb rsepsi pegaw overnment cuk AN kabupaten OK lengkap dap r 2 ah diingat han forum, dial ansaksi keksternal orum, pengadu hinternal mel data pegawai, h lain. engan visi informasi nggung jawa di Kab Batura formatika, dim muskan kebijak dan pelayan munikasi. Be ara, banyak m e-governm as papan info anan interakti an system n dengan men elaksanaan e- an rutinitas baru bukan p wai dalam m kup baik. 71 KU adalah pat dilihat og form, meliputi uan dan e- liputi , link ke dan misi ab dalam aja adalah mana unit kan teknis nan dan erdasarkan responden ment yang rmasi dan if kepada dilakukan nggandeng -governent dengan pelayanan. mendukung 72 Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 Dalam teori Tehnology Accetance Model, Davis 1986 menemukan bahwa persepsi terhadap manfaat IT juga mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan IT tetapi tidak berlaku sebaliknya. Dengan demikian, selama individu merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya terlepas apakah IT itu mudah atau tidak mudah digunakan. Untuk mengungkap lebih jauh mengenai saling hubungan antara persepsiterhadap manfaat dan persepsi kemudahan menggunakan IT ini, Davis et all 1989 melakukan riset dengan cara menyajikan masing-masing 6 item Diharapkan dengan situasi kerja yang kondusip dan didukung semua pimpinan dan staf pegawai akan menghasilkan e-government sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat serta dapat meningkatkan kinerja organisasi.

4.2. Proses Kerja

Banyak responden berharap keberadaan e- government dapat mengurangi beban kerja pegawai. Pemanfaatan internet masih sebatas sarana untuk menjalankan e-government dan kegiatan keseharian masih dilakukan secara manual. Proses kerja yang dilakukan masih mengacu pada struktur organisasi dan tupoksi. Tidak semua pegawai paham terhadap e-government, persepsi mereka e- government hanya sebagai media informasi. Budaya kerja sangat berpengaruh terhadap proses kerja sebagai aparat pemerintah, dimana budaya kerja sebagai abdi Negara untuk melayani masyarakat tidak berjalan optimal. Budaya organisasi dan proses kerja memiliki pengaruh terhadap tujuan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Kova či, Zlatko, 2005, Poku, Kofi; Vlosky, Richard,2007, Surendro,2006 Teknologi sebagai sebuah alat dapat dimanfaatkan dengan peran tertentu tergantung pada orientasi pengguna. Berdasarkan konsep competing values framework yang membedakan budaya organsasi menjadi budaya klan, hirarki , market dan adhocracy maka konsep pemanfaatan teknologi akan berbeda pada masing masing budaya organisasi. Orientasi organisasi akan mempengaruhi arah pemanfaatan teknologi tersebut. Peran teknologi informasi akan lebih ditekankan sesuai dengan budaya organisasi tersebut. Dalam budaya klan yang memiliki orientasi pada kondisi internal, teknologi akan berperan sebagai alat yang mampu menyelesaikan masalah internal aktivitas organisasi dan dikembangkan berdasarkan kemampuan SDM yang ada. Dalam pendekatan competing values framework dapat dirumuskan bahwa organisasi dapat secara efektif menerapkan e-government jika memiliki kecenderungan untuk berorientasi pada pihak luar, stabil, dan efisien. Berorientasi pada pihak luar berarti memusatkan segala aktivitas pada pelayanan publik sebagai konsumen, meletakan pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan publik. Kriteria keberhasilan bukanlah pada sebarapa banyak ragam teknologi untuk pelayanan publik tetapi pada seberapa puas publik yang memanfaatkan pelayanan digital. Tabel dibawah merupakan ”propose” indikator dalam mengukur keselarasan budaya organisasi dengan efektifitas penerapan e-government.

4.3. Pelayanan Terhadap Pelanggan

Layanan interaksi masih sebatas layanan diskusi bukan pelayanan untuk G2G, G2B dan G2C. Informasi yang dicari masyarakat masih seputar kegiatan pemerintahan, misalnya jumlah kecamatan, peta kabupaten maupun tupoksi dari masing dinasbadan dan kantor yang ada dilingkungan Pemda OKU. Banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari hasil riset Congressional Management Foundation terhadap 605 website para wakil rakyat AS-baik yang di “Dewan Perwakilan Rakyat”-nya House of Representative maupun di “Dewan Perwakilan Negara Bagian”-nya Senat. Hasil riset memperlihatkan bahwa terdapat 5 lima aspek penting yang harus diperhatikan oleh mereka yang ingin membangun website e-government, yakni: Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 73 audience, content, interactivity, usability dan innovation. Audience Pada hakikatnya, website adalah alat berkomunikasi. Komunikasi menjadi efektif jika pemerintah dapat mendefenisikan secara jelas siapa audience-nya, sehingga isi website benar-benar dapat diarahkan untuk melayani komunitas tersebut. Sekilas tampaknya ini mudah dilaksanakan. Namun ini mudah dilaksanakan. Namun kenyataannya, banyak yang gagal melakukannya karena lupa pada sejumlah hal yang bersifat esensial. Secara garis besar, ada dua tipe audience, yakni seekers dan recruits. Seekers merupakan orang- orang yang berkunjung ke website yang semuanya bermuara pada pemenuhan terhadap kebutuhan akan informasi atua pelayanan tertentu. Sementara itu, recruits adalah kumpulan dari orang-orang yang menjadi target komunikasi pemerintah. Secara prinsip, seekers merupakan audience utama dari website e-government, di mana biasanya pemerintah bersifat “reaktif” dalam melayani kebutuhan mereka. Para seekers memiliki sejumlah kebutuhan, pertanyaan, harapan, dan masalah yang diharapkan dapat menemukan jawabannya dalam website terkait. Pemerintah harus jeli dalam menentukan apa saja yang dibutuhkan oleh beragam tipe seekers yang berkunjung ke website-nya. Misalnya, audience yang mewakili sejumlah kepentingan, seperti konstituen, pers, lembaga swadaya masyarakat, forum atau organisasi, para mahasiswa dan peneliti, lembaga internasional, dan sebagainya. Sementara itu, secara bersamaan pemerintah juga mencoba besifat “proaktif, dalam arti mendekati dan membangun relasi baik dengan sejumlah recruits atau “orang-orang baru” yang diharapkan dapat merasakan manfaat kehadiran website pemerintah terkait. Sehubungan dengan itu, pemerintah harus dapat mendefenisikan siapa saja seekers dan recruits dari website-nya. Content Setelah berhasil mendefenisikan audience- nya, barulah dibangun “jantung” sebuah website, yaitu content yang akan dikomunikasiannya. Jelas banwah content harus sesuai dengan target audience-nya. Maksudnya, content yang tersedia dapat : 1. Membantu audience dan stakeholders dalam memenuhi kebutuhannya, terkait dengan pelayanan yang ditawarkan melalui website; 2. Menunjang pencapaian visi, misis, tujuan, dan objektif dari pemerintah terkait. 3. Menggalang hubungan atau relasi yang kurat dengan para pengunjung website; 4. Menarik perhatian calon pengunjung agar berminat menjadi audience yang setia mengakses website; 5. Menyediakan semua jawaban terhadap kebutuhan informasi audience; 6. Menghemat waktu dan biaya audience dalam berkomunikasi dengan pemerintahnya; 7. Memperkuat keterlibatan publik dalam proses pemerintahan; dan 8. Memperkuat tingkat kepercayaan publik melalui proses keterbukaan yang demokratis. Interacvity Mengingat adanya kebutuhan komunikaasi dua arah, para pembuat website harus memeperhatikan aspek interactivit. Banyak teknologi internet yang dapat membantu pemerintah dalam menjalin relasi dengan para konstituennya di dunia maya. Sejumlah fasilitas dan fitur yang dapat dikembangkan oleh website e-government, misalnya, email, dan milis, survei online atau jajak pendapat secara online, bulletin boards, chat rooms, newsletter atau newsgroups, feedback dan comment forms, dan sebagainya. Aspek interactivity tidak saja terkait dengan asas fungsional. Namun, lebih jauh, ia berpengaruh pula pada psikologi publik dalam hal terjadinya proses timbal balik antara pemerintah dan rakyatnya-yang bermuara pada terselenggaranya good governance dan meningkatnya partisipasi publik pada kegiatan politik dan pemerintahan, di samping tetap terpeliharanya proses demokratisasi. Usabilitya Audience yang jelas, content yang berkualitas, dan interactivity yang baik tak ada artinya jika website-nya sangat sulit digunakan tidak user friendly. Hasil riset memperlihatkan, banyak pengunjung yang tak berminat mengakses kembali sebuah website karena lambatnya akses karena terlalu banyak gambar dan animasi atau buruk sistem navigasinya struktur menu yang berbelit-belit. Pembuat website harus sadar bahwa teknologi yang dimiliki oleh audience sangat beragam, dari yang paling sederhana sampai yang canggih. Maka, agar mereka mudah mengakses website, perlu dicari “common denominator” unsur-unsur yang sama dan serupa dari teknologi