68
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom
Bandung, 9 Oktober 2010
6.DAFTAR PUSTAKA
[1]. Andi, madcoms. 2005. Adobe Photoshop CS. Andi. Yogyakarta.
[2]. Dennis, Alan. Haley Wixom, Barbara, 2003, “System Analysis Design”, Second Edition, John
Wiley Sons, Inc., United States of America.
[3]. Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain. Andi. Yogyakarta.
[4].Kristanto, H. 2002. Konsep dan Perancangan Database. Andi. Yogyakarta.
[5]. Nugroho, Bunafit, 2003, Aplikasi Web Database Dengan Macromedia
Dreamweaver, Andi Offset, Yogyakarta [6]. Pressman. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak.
Andi. Yogyakarta. [7]. Sidik, B. 2005. MySQL. Bandung:
Informatika. [8]. Sutanta.E.2004. Sistem Basis Data. Graha Ilmu.
Yogyakarta. [9].Tim Penelitian Dan Pengembangan Wahana
Komputer, 2006. “Pengembangan Animasi Dengan Macromedia Flas 8 Profesional “, Wahana
Komputer, Semarang. [10].Wahana komputer.2002.Kamus Lengkap
Dunia Komputer. Andi Yogyakarta.
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom
Bandung, 9 Oktober 2010
69
Perspektif Sosial Dalam Implementasi E-Government Studi Kasus Kab OKU, Sumetera Selatan
Dedi Rianto Rahadi, Wijonarko
Universitas Bina Darma, Palembang IAIN Rade Fatah, Palembang
Abstrak Evaluasi model pelaksanaan e-Government di Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan
yang akan dianalisis dilihat dari perspektif social. Model analisis yang digunakan dengan pendekatan model MOA. Model MOA dikembangkan oleh grunden 2001,2004 yang memberikan ide-ide untuk
berkoordinasi dan mengontrol semua kegiatan terhadap pilihan teknologi dan organisasi. Model ini akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses kerja internal dan ekternal, model pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat serta suasana kerja yang mendukung aktivitas. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada masyarakatpengguna maupun pihak pengelola e-
government. Keberadaan e-government sudah merupakan kebutuhan diera reformasi dan globalisasi. Masyarakat menuntut adanya transparasi dalam memberikan pelayanan, tanpa harus dibatasi waktu dan
tempat.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kebutuhan maupun pelayan yang harus diintegrasikan dengan melihat beberapa aspek social dalam proses e-government. Baik para pengelola maupun masyarakat
bersama-sama melihat aspek social dalam pemilihan teknologi informasi yang akan berdampak bagi perkembangan e-government untuk kepentingan bersama tanpa melihat kepentingan sektoral.
Kata Kunci : MOA Model, e-government, Teknologi Informasi _________________________________________________________________________________________
LATAR BELAKANG
E-government didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi khususnya Internet untuk
mendistribusikan informasi dan jasa, hal ini dilakukan untuk melibatkan masyarakat pada proses
demokrasi dan pembuatan keputusankebijakan dengan lebih tepat dan efektif, lebih berorientasi
publik, lebih hemat, dan lebih baik. Tujuan utama dari e-government adalah tercapainya transformasi
“pemerintahan konvensional” menjadi “pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan
publik”. E-government bukanlah sekedar mensistematisasi pelayanan publik secara online,
tetapi e-government juga melibatkan perubahan sistem manajemen dan pola distribusi pelayanan
kepada masyarakat. E-government bisa diaplikasikan melalui pelayanan penyediaan
informasi perencanaan kota, pelayanan-pelayanan sosial, administrasi, informasi manajemen
infrastruktur, penyediaan catatan sipil, pembangunan ekonomi dan komunitas, pelayanan
kesehatan, pendidikan, dan informasi kekayaan daerah. Memang kita belum memiliki modelcontoh
yang baik untuk pemerintah daerah dan masyarakat, sedangkan modelcontoh yang tepat sangatlah
dibutuhkan untuk: 1 memahami kebutuhan- kebutuhan pemerintah dan masyarakat, 2
mendorong pengadopsian solusi-solusi yang ada, 3 pembahasan masalah-masalah kebijakan dan etika
pelakasanaan egov, dan 4 menyediakan standar dan ukuran-ukuran pelakasanaan e-government.
Keuntungan-keuntungan dari pelaksanaan e- government ini termasuk di dalamnya:
meningkatkan kualitas pelayanan publik, meningkatkan efisiensi pemerintahan, penegakan
hukum, informasi dan pendidikan, keamanan, manajemen dan pelayanan kesehatan, serta
meningkatkan keterlibatan masyarakat di dalam proses demokrasi. Banyak pihak yang berpendapat
bahwa e-government dapat menyediakan dan mengintegrasikan pelayanan publik, selain itu e-
government bisa mewujudkan pemerintahan yang berorientasi pada publik. Ketika e-bisnis telah
diadopsikan kedalam sektor swasta, e-government telah mulai mentransformasikan pemerintahan
konvensional menjadi sistem pemerintahan digital. Bagaimanapun juga, walaupun sebuah negara sudah
memiliki model dan ukuran yang tepat, tetapi pelaksanaan e-government memiliki beberaa resiko
yang cukup serius seperti contohnya resiko politis dan resiko operasional-teknologi. Terdapat
rintangan atau hambatan untuk mengembangkan sistem e-goverment sangatlah serius seperti
contohnya: keterbatasan dana, sistem dan masyarakat yang anti terhadap perubahan,
hambatan-hambatan hukum, akses yang terbatas untuk mendapat informasi, ketidakmerataan tingkat
70
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom
Bandung, 9 Oktober 2010 pendidikan, permasalahan sosial-budaya-politik,
dan lain-lain. Jika pengembangan dan implementasikan e-government merupakan tujuan,
maka sangatlah bermanfaat dimulai dengan penentuan tujuan-tujuan fungsional. Tujuan-tujuan
fungsional dari sistem e-government adalah: •
Ketersediaan data dan informasi melalui sistem online yang beragam
• Reliabilitas proses transaksi melalui sistem
online yang beragam •
Sistem ekonomi, sosial, dan politik yang masuk akal
• Meningkatkan keamanan
• Mewujudkan sistem pemerintahan yang
transparan dan terpercaya •
Menyediakan informasi, jasa, dan pelayanan kepada masyarakat secara luas dengan bahasa
yang mereka mengerti. •
Pelaksanaan re-engineering di dalam proses re- engineering.
• Peningkatan kolaborasi antar pemerintah,
sektor swasta, dan organisasikomunitas- komunitas.
Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab, diantaranya: 1 Bagaimana kita bisa
menciptakan e-government yang lebih memfokuskan kepada publik publik-sentris?, 2
Apakah kita memiliki tujuan-tujuan yang benar dan realistik?, 3 Seberapa jauh kita bisa mencapai
tujuan-tujuan tersebut dengan biaya yang seefektif mungkin?, 4 Apakah tujuan-tujuan ini dipahami
dan disetujui oleh masyarakat dan instansi-instansi pemerintah?. Kita membutuhkan model-model
pelaksanaan e-government yang lebih baik untuk proses perencanaan, pendanaan, pengembangan,
implementasian, pengoperasian, dan proses evaluasi e-government di berbagai lingkungan politik,
budaya, dan ekonomi yang beragam. Kita juga membutuhkan informasi yang lebih baik tentang
dampak pelaksanaan e-government pada instansi- instansi pemerintah, komunitas masyarakat, dan
pada individu-individu masyarakat. Yang tidak kalah penting adalah ukuran-ukuran yang tepat
untuk mengetahui apakah implementasi e- government memiliki hubungan yang erat dengan
tingkat kemampuan penyerapan informasi yang dimiliki oleh aparatur, masyarakat, dan para
pelatihpenyuluh di bidang informasi-teknlologi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pentingnya aspek sosial dalam implementasi e-
government. Model MOA digunakan sebagai rujukan untuk melihat situasi kerja, proses kerja dan
pelayanan kepada masyarakat. Desain teknologi yang akan dikembangkan dan organisasi dalam
mengelola teknologi menjadi dasar untuk melakukan koordinasi dan kontrol terhadap
penerapan e-government.
1. KONSEP MODEL MOA
Model MOA-Egov dikembangkan dan berdasarkan studi yang dilakukan oleh Grunden
2001, 2004. Ide mengenai koordinasi dan kontrol mempengaruhi pilihan terhadap desain teknologi
dan organisasi merupakan keputusan yang akan digunakan.Kedua aspek tersebut akan berdampak
pada situasi kerja, proses kerja dan pelayanan kepada pelanaggan. Secara lengkap dapat dilihat
pada gambar dibawah :
Gambar 1 Dalam penelitian ini akan difokuskan pada aspek
sosial yang meliputi situasi kerja,proses kerja dan hubungan dengan masyarakat.. Da hubungan yang
komplek antara proses kerja dari sudut manajerial, situasi kerja dari sisi staf dan pelayayan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Ketidakpuasan dalam situasi kerja akan berdampak pada proses kerja dan
pelayanan kepada masyarakat. Pengembangan e- government akan merubah situasi kerja, proses
kerja dan pelaayanan kepada masyarakat.
2. METODELAGI PENELITIAN
Penelitian ini akan menciptakan sebuah model dan ukuran yang berdasarkan pada pandangan
masyarakat, yang diharapkan akan berbeda dari model yang didasarkan pada sudut pandang
instansi-instansi pemerintah. Banyak dari pelayanan-pelayanan e-government yang diciptakan
oleh instansi-instansi dengan berdasarkan pada pelayanan-pelayanan yang ada dan pada
pemahaman mereka, jarang sekali yang mendasarkan pada kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Data mengenai apa yang sebenarnya diinginkan baik oleh instansi-instansi pemerintah
lokal dan masyarakat sangatlah jarang tersedia.
Sebagai pengemb
dikaitkan etika, org
ciri ekon instansi-in
pelayanan
Berdasark dari pene
mengemb kemudian
kompone tersebut,
model. B Kabupate
dan alat u sebelumn
dan peng Ukuran-u
pengguna penyediaa
pemerinta investasi;
menggun fokus ak
kemudah pemerinta
privasi; pemeriks
kualitatif hubungan
11 tingka
Untuk in fungsi d
melalui pemerinta
proses ya tersebut,
telah ber bagaiman
ukuran a survey a
masyarak yang dija
e-literacy di mas
wawanca tentang k
Penelitian ekonomi
itu pene masyarak
melakuka pandanga
kebutuhan governme
asumsi, b
angan dan e n dengan un
ganisasional, nomi dari k
nstansi pemer n kepada publ
kan pengukur elitian-peneliti
bangkan mo n akan m
ennya, sifat dan sifat hubu
Berdasarkan i en OKU dan
ukur yang dida nya, peneliti
gukuran-peng ukuran tersebu
aan IT te an informa
ah; 2 tingka ; 4 tingka
nakan layanan kan kebutuha
an untuk ahan; 7 pe
8 tingkat aan; 9 p
f dan kuantitat n antara pem
at efektifitas m stansi pemeri
dan pelayana e-service,
ah untuk penc ang digunakan
bagaimana m rdampak pada
na keterlibata apa yang di
akan meneliti kat dari pela
adikan tujuan y pemahaman
yarakat. Al ara akan m
kebutuhan mas n ini akan mem
dan kondisi b elitian ini m
kat maupun an wawanc
an publik n, dan tujuan
ent dan e-serv Semin
bahwa alat evaluasi e-gov
nsur-unsur te politik, sosia
komunitas m rintah yang m
lik. ran-pengukura
ian sebelumny odel MOA
mendefinisikan dari komp
ungan kompon informasi yan
penggunaan apat dari pene
akan mengaj gukuran kuali
ut diantaranya eknologi inf
asi dan p at efisiensi; 3
at kemudah n dan inform
an masyarak mengakses
erlindungan keamanan d
penggabungan tif; 10 bukti a
merintah deng mekanisme ev
intah, survey an yang diim
apa yang ciptaan pelaya
n untuk merea masalah keama
a sistem yang an masyaraka
igunakan. Ba apa yang d
aksanaan e-go oleh masyara
n akan penggu latinstrumen
mengumpulkan syarakat, pelay
mperoleh data budaya dari m
memilih sam instansi pem
cara untuk mengenai
n-tujuan dari vice.
nar dan Call ukur unt
vernment har eknis, person
al, budaya, se masyarakat d
menyediakan ja an yang didap
ya, Peneliti ak e-governme
n kompone onen-kompon
nen untuk seti ng didapat d
kerangka ke elitian-peneliti
ukan parame itatif-kuantitat
a: 1 inovasi d formasi unt
elayanan d
pengembali han di dala
masi online; kat; 6 tingk
setiap lev dan kebijak
dan kemudah n pengukur
akan keberada gan swasta; d
valuasi. akan mencak
mplementasik direncanak
anan yang ba alisasikan siste
anan dan priv g e-governme
at, dan ukura agi masyarak
dibutuhkan ol
overnment, a akat, dan tingk
unaan sarana I survey
d n data umu
yanan, dan da a kondisi sosi
masyarakat sela mpel dari ti
merintah unt mendapatk
penggunaa pelaksanaan
For Paper M Poli
Bandung, 9 tuk
rus nal,
erta dan
asa pat
kan ent,
en- nen
iap dari
erja ian
eter tif.
dan tuk
dari ian
am 5
kat vel
kan han
ran aan
dan kup
kan kan
aru, em
asi ent,
an- kat,
leh apa
kat IT
dan um
ata. ial-
ain iap
tuk kan
an, e-
3.
A w
pa
1.
2.
at 4.
U pe
D ke
di pe
ha m
di be
m be
pi m
m Si
ke
Munas Aptiko teknik Telko
Oktober 201
. HASIL
Alamat e-GOV www.okukab.g
ada gambar d
Desain pena •
Nama •
Tampi •
Aktivi Isi
• Fasilit
pencar •
Layan inform
mail. •
Layan •
e-mail lemba
• Kesesu
lemba •
Up dat tau berita
.1. Situasi Ke
Unit kerja y engelolaan E-
Dinas komunik erja ini memb
ibidang inf elaksanaan di
asil survey d
menyatakan b ikembangkan
elum membe masyarakat. P
erdasarkan us ihak ketiga.
masih sebata menambah ber
ikap dan per ehadiran E-go
m m
10
PENELITIA
VERMENT k go.id., secara
dibawah ini :
Gambar ampilan
domain muda ilan keseluruh
itas domain tas e-mail,
ri, link dan tra nan publik
masi publik, fo nan pemerintah
l internal, d ga pemerintah
uaian isi de ga
ting data dan
erja
yang bertan -government d
kasi dan info bantu merumu
formatika d
ibidadang ko dan wawanca
bahwa system hanya sebata
erikan pelaya Pengembanga
sulan kegiatan Sehingga pe
as pekerjaa rita-berita terb
rsepsi pegaw overnment cuk
AN
kabupaten OK lengkap dap
r 2 ah diingat
han forum, dial
ansaksi keksternal
orum, pengadu
hinternal mel data pegawai,
h lain. engan visi
informasi
nggung jawa di Kab Batura
formatika, dim muskan kebijak
dan pelayan munikasi. Be
ara, banyak m e-governm
as papan info anan interakti
an system n dengan men
elaksanaan e-
an rutinitas baru bukan p
wai dalam m kup baik.
71
KU adalah pat dilihat
og form, meliputi
uan dan e- liputi
, link ke dan misi
ab dalam aja adalah
mana unit kan teknis
nan dan erdasarkan
responden ment yang
rmasi dan if kepada
dilakukan nggandeng
-governent dengan
pelayanan. mendukung
72
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom
Bandung, 9 Oktober 2010 Dalam teori Tehnology Accetance Model,
Davis 1986 menemukan bahwa persepsi terhadap manfaat IT juga mempengaruhi persepsi
kemudahan penggunaan IT tetapi tidak berlaku sebaliknya. Dengan demikian, selama individu
merasa bahwa IT bermanfaat dalam tugas-tugasnya, ia akan berniat untuk menggunakannya terlepas
apakah IT itu mudah atau tidak mudah digunakan. Untuk mengungkap lebih jauh mengenai saling
hubungan antara persepsiterhadap manfaat dan persepsi kemudahan menggunakan IT ini, Davis et
all 1989 melakukan riset dengan cara menyajikan masing-masing 6 item
Diharapkan dengan situasi kerja yang kondusip dan didukung semua pimpinan dan staf pegawai akan
menghasilkan e-government sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat serta dapat meningkatkan
kinerja organisasi.
4.2. Proses Kerja
Banyak responden berharap keberadaan e- government dapat mengurangi beban kerja
pegawai. Pemanfaatan internet masih sebatas sarana untuk menjalankan e-government dan kegiatan
keseharian masih dilakukan secara manual. Proses kerja yang dilakukan masih mengacu pada struktur
organisasi dan tupoksi. Tidak semua pegawai paham terhadap e-government, persepsi mereka e-
government hanya sebagai media informasi. Budaya kerja sangat berpengaruh terhadap proses
kerja sebagai aparat pemerintah, dimana budaya kerja sebagai abdi Negara untuk melayani
masyarakat tidak berjalan optimal.
Budaya organisasi dan proses kerja memiliki pengaruh terhadap tujuan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi. Kova či,
Zlatko, 2005, Poku, Kofi; Vlosky, Richard,2007, Surendro,2006 Teknologi sebagai sebuah alat
dapat dimanfaatkan dengan peran tertentu tergantung pada orientasi pengguna. Berdasarkan
konsep competing values framework yang membedakan budaya organsasi menjadi budaya
klan, hirarki , market dan adhocracy maka konsep pemanfaatan teknologi akan berbeda pada masing
masing budaya organisasi. Orientasi organisasi akan mempengaruhi arah pemanfaatan teknologi
tersebut. Peran teknologi informasi akan lebih ditekankan sesuai dengan budaya organisasi
tersebut. Dalam budaya klan yang memiliki orientasi pada kondisi internal, teknologi akan
berperan sebagai alat yang mampu menyelesaikan masalah internal aktivitas organisasi dan
dikembangkan berdasarkan kemampuan SDM yang ada.
Dalam pendekatan competing values framework dapat dirumuskan bahwa organisasi
dapat secara efektif menerapkan e-government jika memiliki kecenderungan untuk berorientasi pada
pihak luar, stabil, dan efisien. Berorientasi pada pihak luar berarti memusatkan segala aktivitas pada
pelayanan publik sebagai konsumen, meletakan pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan publik. Kriteria keberhasilan bukanlah pada sebarapa banyak ragam
teknologi untuk pelayanan publik tetapi pada seberapa puas publik yang memanfaatkan
pelayanan digital. Tabel dibawah merupakan ”propose”
indikator dalam mengukur keselarasan budaya organisasi
dengan efektifitas penerapan e-government.
4.3. Pelayanan Terhadap Pelanggan
Layanan interaksi masih sebatas layanan diskusi bukan pelayanan untuk G2G, G2B dan
G2C. Informasi yang dicari masyarakat masih seputar kegiatan pemerintahan, misalnya jumlah
kecamatan, peta kabupaten maupun tupoksi dari masing dinasbadan dan kantor yang ada
dilingkungan Pemda OKU.
Banyak hal yang dapat dimanfaatkan dari hasil riset Congressional Management Foundation
terhadap 605 website para wakil rakyat AS-baik yang di “Dewan Perwakilan Rakyat”-nya House of
Representative maupun di “Dewan Perwakilan Negara Bagian”-nya Senat. Hasil riset
memperlihatkan bahwa terdapat 5 lima aspek penting yang harus diperhatikan oleh mereka yang
ingin membangun website e-government, yakni:
Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom
Bandung, 9 Oktober 2010
73
audience, content, interactivity, usability dan innovation.
Audience
Pada hakikatnya, website adalah alat berkomunikasi. Komunikasi menjadi efektif jika
pemerintah dapat mendefenisikan secara jelas siapa audience-nya, sehingga isi website benar-benar
dapat diarahkan untuk melayani komunitas tersebut. Sekilas tampaknya
ini mudah dilaksanakan. Namun ini mudah dilaksanakan. Namun kenyataannya, banyak yang
gagal melakukannya karena lupa pada sejumlah hal yang bersifat esensial.
Secara garis besar, ada dua tipe audience, yakni seekers dan recruits. Seekers merupakan orang-
orang yang berkunjung ke website yang semuanya bermuara pada pemenuhan terhadap kebutuhan
akan informasi atua pelayanan tertentu. Sementara itu, recruits adalah kumpulan dari orang-orang yang
menjadi target komunikasi pemerintah. Secara prinsip, seekers merupakan audience utama dari
website e-government, di mana biasanya pemerintah bersifat “reaktif” dalam melayani
kebutuhan mereka. Para seekers memiliki sejumlah kebutuhan, pertanyaan, harapan, dan masalah yang
diharapkan dapat menemukan jawabannya dalam website terkait.
Pemerintah harus jeli dalam menentukan apa saja yang dibutuhkan oleh beragam tipe seekers yang
berkunjung ke website-nya. Misalnya, audience yang mewakili sejumlah kepentingan, seperti
konstituen, pers, lembaga swadaya masyarakat, forum atau organisasi, para mahasiswa dan peneliti,
lembaga internasional, dan sebagainya. Sementara itu, secara bersamaan pemerintah juga mencoba
besifat “proaktif, dalam arti mendekati dan membangun relasi baik dengan sejumlah recruits
atau “orang-orang baru” yang diharapkan dapat merasakan manfaat kehadiran website pemerintah
terkait. Sehubungan dengan itu, pemerintah harus dapat mendefenisikan siapa saja seekers dan
recruits dari website-nya.
Content
Setelah berhasil mendefenisikan audience- nya, barulah dibangun “jantung” sebuah website,
yaitu content yang akan dikomunikasiannya. Jelas banwah content harus sesuai dengan target
audience-nya. Maksudnya, content yang tersedia dapat :
1. Membantu audience dan stakeholders dalam
memenuhi kebutuhannya, terkait dengan pelayanan yang ditawarkan melalui website;
2. Menunjang pencapaian visi, misis, tujuan, dan
objektif dari pemerintah terkait. 3.
Menggalang hubungan atau relasi yang kurat dengan para pengunjung website;
4. Menarik perhatian calon pengunjung agar
berminat menjadi audience yang setia mengakses website;
5. Menyediakan semua jawaban terhadap
kebutuhan informasi audience; 6.
Menghemat waktu dan biaya audience dalam berkomunikasi dengan pemerintahnya;
7. Memperkuat keterlibatan publik dalam proses
pemerintahan; dan 8.
Memperkuat tingkat kepercayaan publik melalui proses keterbukaan yang demokratis.
Interacvity
Mengingat adanya kebutuhan komunikaasi dua arah, para pembuat website harus
memeperhatikan aspek interactivit. Banyak
teknologi internet yang dapat membantu pemerintah dalam menjalin relasi dengan para konstituennya di
dunia maya. Sejumlah fasilitas dan fitur yang dapat dikembangkan oleh website e-government,
misalnya, email, dan milis, survei online atau jajak pendapat secara online, bulletin boards, chat rooms,
newsletter atau newsgroups, feedback dan comment forms, dan sebagainya.
Aspek interactivity tidak saja terkait dengan asas fungsional. Namun, lebih jauh, ia berpengaruh pula
pada psikologi publik dalam hal terjadinya proses timbal balik antara pemerintah dan rakyatnya-yang
bermuara pada terselenggaranya good governance dan meningkatnya partisipasi publik pada kegiatan
politik dan pemerintahan, di samping tetap terpeliharanya proses demokratisasi.
Usabilitya
Audience yang jelas, content yang berkualitas, dan interactivity yang baik tak ada
artinya jika website-nya sangat sulit digunakan tidak user friendly. Hasil riset memperlihatkan,
banyak pengunjung yang tak berminat mengakses kembali sebuah website karena lambatnya akses
karena terlalu banyak gambar dan animasi atau buruk sistem navigasinya struktur menu yang
berbelit-belit. Pembuat website harus sadar bahwa teknologi yang dimiliki oleh audience sangat
beragam, dari yang paling sederhana sampai yang canggih. Maka, agar mereka mudah mengakses
website, perlu dicari “common denominator” unsur-unsur yang sama dan serupa dari teknologi