Penggunaan Internet di Sekolah

Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 95 untuk membuat atau mengembangkan materi pelajaran, 34 persen untuk kegiatan administratif. Hanya 10 persen yang menggunakannya untuk mencari model atau rencana pengajaran serta hasil penelitian.

3. Metodologi Peneliti

Responden penelitian ini adalah ibu guru yang mengajar di Sekolah Dasar di Jakarta Selatan dan Kota Depok. Responden dipilih dengan judgement sampling. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan responden adalah responden yang rumah tinggalnya terkonsentrasi di kompleks perumahan, lingkungan perkantoran atau institusi pendidikan. Jumlah responden yang dikirimkan instrumen penelitian adalah 500 orang dengan target tingkat pengembalian minimal dan pengisian kuisener lengkap sekitar 60, atau dengan target sampel penelitian sebanyak 300 orang. Rancangan penelitiannya adalah cross-sectional dengan tingkat adopsi penggunaan internet diukur dengan variabel kategorikal, yaitu internet adopter, potential-adopter dan non-adopter. Penelitian ini juga akan mengidentifikasi frekuensi dan durasi penggunaan internet untuk setiap jenis layanan yang mencakup email, chatting dan browsing. Selain itu, lokasi akses internet juga akan diidentifikasi yang meliputi akses internet dari rumah, kantor, atau warnet. Teknik pengukuran skala yang digunakan dalam peneltian ini adalah Likert Summated RatingLSR dengan 7 skala untuk pengukuran variabel-variabel yang bersifat persepsi. Internet Self Efficacy mengacu ke Eastin dan La Rose 2000 dan kecemasan terhadap internet mengacu ke Venkantesh 2003 [7,18]. Kedua variabel tersebut merupakan prediktor terhadap variabel tingkat adopsi yang bersifat kategorikal yaitu internet- adopter dan non-adopter. Internet-adopter adalah responden yang sudah menggunakan internet pada saat dilakukan pengambilan data sedangkan non- adopter adalah responden yang tidak menggunakan internet pada saat pengambilan data. Model dan hipotesis penelitianya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Tingkat Adopsi Internet Internet Anxiety Internet Self-eficacy Variabel Eksternal Tingkat Pendidikan Pengalaman Pelatihan Usia Masa Pengabdian Status Perkawinan Status SDNSwasta Daerah pusatdaerah Kepangkatan Karakteristik Individu Karakteristik Sekolah Dan Daerah Hipotesis 1 Hipotesis 2 Hipotesis 3 Hipotesis 4 Gambar 1. Gambar Model Penelitian dan Hipotesis 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Prilaku Penggunaan Internet Sebagian besar ibu guru tergolong familiar atau sudah terbiasa menggunakan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, internet, dan handphone, bahkan semua ibu guru sudah menggunakan handphone. Jumlah ibu guru yang mempunyai komputer pribadi di rumahnya adalah sebanyak 25 orang atau 71,4 persen, dan yang terbiasa menggunakan internet dan memiliki email adalah sebanyak 20 orang atau 57,1 persen dan 19 orang atau 54,3 persen. Jumlah responden yang pernah mengikuti pelatihan komputer adalah sebanyak 19 orang atau 54,3 persen, namun yang pernah mengikuti pelatihan internet secara khusus hanya sebanyak 7 orang atau 20 persen. Jumlah responden yang tergolong “adopter” untuk komputer pribadi dan internet lebih besar dari 50 persen yaitu 71,43 persen dan 58,82 persen. Namun untuk tingkat adopsi jejaring sosial dan website atau blog pribadi relatif lebih rendah yaitu hanya 45,45 persen dan 18,18 persen. Temuan yang menarik adalah bahwa responden yang belum mempunyai komputer pribadi dan belum memanfaatkan jejaring sosial, ternyata sebagian besar akan menggunakan layanan teknologi informasi tersebut pada enam bulan ke depan- atau tergolong sebagai potential adopter. Namun untuk adopsi internet dan websiteblog pribadi, persentase potential adopter lebih kecil dibandingkan non- adopter, atau dengan kata lain, mereka tetap tidak akan menggunakan internet dan tidak akan membuat website pribadi di masa yang akan datang. Temuan tersebut diduga berhubungan dengan manfaat komputer pribadi dan jejaring sosial yang lebih besar dibandingkan internet dan kepemilikan website pribadi berdasarkan persepsi dari responden. 96 Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 Sebagian besar responden yang menggunakan internet tergolong intensif dalam memanfaatkan layanan internet. Jumlah responden yang mengakses internet setiap hari atau hampir setiap hari adalah sebanyak 11 orang atau 57,9 persen dari responden pengguna internet. Fitur layanan internet yang dimanfaatkan oleh responden selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 3. Intensitas pemanfaatan layanan internet Gambaran prilaku dan intensitas penggunaan internet di kalangan ibu guru tersebut menunjukkan bahwa internet sudah menjadi kebutuhan untuk sebagian besar responden, walaupun pemanfaatan layanan internetnya masih bervariasi. Keragaman prilaku dan intensitas penggunaan internet tersebut berkaitan dengan persepsi atau pemahaman tentang internet yang mungkin berbeda-beda antar individu. Persepsi individual tersebut akan dianalisis lebih lanjut pada sub bab berikut. Namun secara umum responden masih menghadapi berbagai kendala atau hambatan dalam pemanfaatan internet. Faktor pendorong dan faktor penghambat dalam pemanfaatan internet berdasarkan sudut pandang responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Faktor Penghambat Faktor Pendorong Kesibukan Kebutuhan informasi Kekurangan Waktu Kebutuhan ilmu pengetahuan Gagap teknologi Membantu dalam pembuatan tugas Biaya relative mahal Berkomunikasi Lelah atau capai Mencari literature Beda merk computer Memeriksa email Koneksi lambat Mengetahui situasi atau informasi terkini Minimnya pengetahuan Mengembangkan wawasan Terbatasnya fasilitas Mengembangkan strategi belajar Dampak negatif penggunaan internet Bertemu teman lama Terkena virus, rusak peralatan Membantu siswa untuk belajar Kemauan belajar yang kurang

4.2. Gambaran Umum Variabel Penelitian

a. Performance Expectancy

Secara umum responden mempunyai persepsi bahwa internet itu memberikan dampak positif baik terhadap kinerja individual maupun terkait dengan profesinya sebagai guru SD. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara kepemilikan sertifikasi guru dan status sekolah terhadap persepsi manfaat dari internet. Temuan yang menarik adalah tingkat adopsi yang diukur dengan adopter pengguna internet dan non-adopter bukan pengguna internet menunjukkan perbedaan persepsi manfaat dari internet. Responden yang tergolong internet adopter menganggap manfaat internet yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang non-adopter. Temuan tersebut menunjukkan bahwa sosialisasi internet terhadap kelompok non-adopter menjadi salah satu alternatif upaya untuk merubah persepsi Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 97 tersebut sehingga mendorong mereka untuk menggunakan internet di masa yang akan datang. Gambaran umum variabel selengkapnya dapat dilihat pada ambar di bawah ini. Gambar 4. Performance Expectancy dan tingkat adopsi

b. Effort Expectancy

Persepsi responden terhadap internet menunjukkan bahwa internet relatif tidak sulit untuk digunakan, yang dapat dilihat dari rata-rata nilai butir pertanyaan yang lebih besar dari 5 pada skor 1 sampai 7 skala likert. Kepemilikan sertifikasi guru secara umum tidak menunjukkan perbedaan persepsi kemudahan penggunaan internet.Namun status sekolah menjunjukan bahwa responden yang mengajar di sekolah negeri menunjukkan persepsi kemudahan penggunaan yang lebih tinggi dibandingkan responden yang mengajar di sekolah swasta. Hal ini menjadi dasar pertimbangan diperlukannya sosialisasi dan pelatihan internet kepada Ibu Guru yang mengajar di sekolah swasta. Gambaran umum lainnya adalah responden yang tergolong non-adopter menganggap bahwa internet relatif sulit digunakan dibandingkan persepsi responden yang internet adopter. Persepsi tersebut juga dapat dirubah melalui sosialisasi dan pelatihan internet kepada kelompok non-adopter. Gambaran variabel selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 5. Effort Expectancy dan tingkat adopsi

c. Internet Self-Efficacy

Kemampuan atau pengetahuan dasar responden secara umum merupakan salah satu faktor yang menentukan proses adopsi internet. Responden yang tergolong internet adopter mempunyai kemampuan yang relatif lebih tinggi dibandingkan kelompok non-adopter dalam penguasaaan teknis dalam penggunaan internet. Namuntidak ada perbedaan yang signifikan dilihat dari kepemilikan sertifikasi guru. Hal analiais yang menarik adalah responden yang mengajar di sekolah negeri mempunyai persepsi kemampuan teknis yang lebih tinggi dibandingkan responden yang mengajar di sekolah swasta. Gambaran umum variabel selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 6. InternetSelf Efficacy dan tingkat adopsi

d. Internet Anxiety

Secara umum semua responden menganggap bahwa internet merupajan teknologi yang relatif menimbulkan kekhawatiran atau ketakutan jika digunakan, Namun persepsi kekatukutan dan kekhawatiran tersebut lebih tinggi pada rseponden yang tergolong non adopter. Faktor ini yang diduga menjadi faktor penghalang terhadap penggunaan internet di golongan tersebut. Temuan yang relatif berbeda dibandingkan variabel sebelumnya juka dilihat dari kemepilikan sertifikasi guru adalah bahwa responden yang belum mendapatkan sertifikasi guru menunjukkan tingkat kekhawatiran terhadap internet yang lebih tinggi dibandingkan responden yang sudah memperoleh sertifikasi guru. Gambaran variabel selengkapnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.