Interoperabilitas CALL FOR PAPER 2010 MUNAS APTIKOM.

Seminar dan Call For Paper Munas Aptikom Politeknik Telkom Bandung, 9 Oktober 2010 39 4 Jaringan Organisasi Keterlibatan eksternal organisasi untuk masuk ke dalam organisasi dan menjadi bagian dari organisasi lainnya pada proses SCM interorganisasional menjadikan proses tersebut harus dapat terintegrasi dan berkolaborasi dengan organisasi-organisasi jaringan partisipannya

4.1 Kolaborasi Interorganisasional

Dasar kolaborasi adalah adanya rantaianggota yang mampu memenuhi permintaan pelanggan secara efektif. Jumlah tingkatan jaringan rantai pasok bisa beragam dan memiliki peran role yang berbeda pada setiap tingkatannya. Empat jenis proses hubungan memiliki peran yang berbeda-beda dan saling mempengaruhi serta menentukan dimana integrasi diletakkan, informasi dan teknologi apa yang digunakan dan diintegrasikan, kapan hubungan dilakukan dan mengapa harus terintegrasi serta siapa yang terlibat dalam integrasi tersebut.

4.2 Penggerak Nilai Perilaku

Interorganisasional Rantai Pasok Kesuksesan kolaborasi antar partisipan rantai pasok bergantung pada kepercayaan trust. Kepercayaan merupakan bangunan fundamental dari suatu kolaborasi, karena kepercayaan menjadikan setiap organisasi dapat berbagi pengetahuan, memfasilitasi investasi aset dan menurunkan biaya transaksi. Dimensi kepercayaan juga mengidentifikasi pemenuhan janji, konsistensi dan kepentingan. Komitmen sebagai salah satu modal sosial dapat meningkatkan kepercayaan dalam melakukan kolaborasi dan menjadikan mitra kerjanya memiliki tujuan untuk melakukan hubungan secara berkelanjutan. Selain itu, keterbukaan komunikasi baik formal maupun informal dapat mempermudah terjadinya berbagi informasi dan pengetahuan di antara jaringan rantai pasok. Keterbukaan ini akan mempermudah terjadinya pembelajaran interorganisasional. Keterbukaan komunikasi, kepercayaan dan komitmen juga dapat terjadi karena adanya kebergantungan strategis di antara jaringan rantai pasok dengan tujuan yang berbeda- beda, seperti kebergantungan dalam memperoleh pasar, teknologi dan layanan baru untuk menjamin tercapainya keunggulan kompetitif. Manfaat dan keuntungan dari suatu jaringan interorganisasional akan didapatkan jika seluruh jaringan interorganisasional berpartisipasi dan memiliki koordinasi kerja di antara jaringan interorganisasional. Koordinasi disini adalah tingkatan integrasi baik sumber daya manusia, proses dan teknologi.

4.3 Kemampuan Sistem Interorganisasional

Rantai Pasok Setiap partisipan dalam jaringan rantai pasok merupakan aktor yang saling bergantung berdasarkan kumpulan informasi dari tingkat upstream sampai tingkat downstream. Kompleksitas jumlah partisipan dalam jaringan rantai pasok membuat perusahaan harus menerapkan prioritas partisipan mana yang ikut dalam kolaborasi informasi untuk memperkuat hubungan strategis dari hulu ke hilir. a. Kompetensi TI b. Sinergi Pengetahuan c. Berbagi informasi d. Visibilitas Informasi e. Standarisasi Platform 5 Pencapaian Keselarasan Komponen SCM dipetakan untuk mencapai keselarasan, yang dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3. Komponen keselarasan Untuk mencapai keselarasan perlu untuk melihat dari sisi kegunaan strategi bisnis dan penggunaan teknologi serta kepemimpinan yang kompeten dan keterampilan memfasilitasi kelompok. Komunikasi antara personil bisnis dan TI, struktur pelaporan, arsitektur TI dan tatakelola TI juga menjadi faktor penting lainnya untuk mencapai keselarasan. Sehingga variabel-variabel dalam SBITA menjadi sangat penting untuk mencapai keselarasan. 6 Memodelkan Komponen Keselarasan Interorganisasional SCM Analisis yang telah dijabarkan di atas dapat dijadikan panduan untuk memodelkan setiap komponen yang berhubungan dengan interorganisasional manajemen rantai pasok. Pada tesis ini akan dijabarkan setiap komponen