17
KATALOG PUTUSAN KPPU ~ Periode 2000 – September 2009
5. PT. Pahala Kencana
6. PT. AJA Putra
Terhadap hasil monitoring tersebut, KPPU menindaklanjuti dengan membentuk Tim Pemeriksa untuk melakukan serangkaian pemeriksaan, dimulai dengan Pemeriksaan Pendahuluan pada tanggal 16 Juni 2003
dengan menetapkan status para pelaku usaha tersebut sebagai Terlapor. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan menunjukkan adanya bukti awal pelanggaran Pasal 5 Undang-Undang No. 51999 mengenai Price Fixing
Penetapan Harga yakni para Terlapor tersebut diduga telah melakukan kesepakatan bersama melalui DPD Organda DKI Jakarta Surat DPD Organda DKI Jakarta tentang Penyesuaian Tarif Angkutan Umum Bus Kota
Patas AC di Wilayah DKI Jakarta tanggal 5 September 2001 yang menetapkan tarif bus kota Patas AC dari Rp 2.500,00 menjadi Rp 3.300,00.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, Majelis Komisi kemudian membacakan putusan pada tanggal 14 Januari 2004 sebagai berikut:
1. Menyatakan Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI telah
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 5 Undang-Undang No. 51999. 2.
Menetapkan pembatalan kesepakatan penyesuaian tarif bus kota Patas AC dari Rp2.500,00 menjadi Rp3.300,00 per penumpang yang dilakukan oleh Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III,
Terlapor IV, Terlapor V, dan Terlapor VI pada tanggal 15 Agustus 2001.
2.16 PUTUSAN PERKARA NO. 07KPPU-L2003 TENDER SIMDUK DI SEMARANG
Perkara ini berawal dari laporan yang mengindikasikan bahwa dalam Lelang penyedia barangjasa kegiatan pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kependudukan SIMDUK pada kantor Dinas
Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kota Semarang tahun anggaran 2003 ditemukan penyimpangan terhadap Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang
Jasa Instansi Pemerintah dan Petunjuk Teknisnya, khususnya dalam penerapan Tata Cara Pelaksanaan Prakualifikasi Penyedia BarangJasa dan terjadi praktek rekayasa yang mengarah pada pelanggaran
Undang-Undang No. 51999 yang dilakukan oleh Drs. Purdiyan selaku ketua panitia lelang, CV Puri Communication selaku pemenang lelang dan H. Soekiswanto, S.H. selaku Kepala Dinas Pendaftaran
Penduduk dan catatan Sipil Kota Semarang.
Pihak Terlapor dalam perkara ini adalah: 1.
Drs. Purdiyan, Ketua Panitia Pelelangan Pengadaan BarangJasa Dinas Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kota Semarang Terlapor I
2. C.V. Puri Communication Terlapor II
3. H. Soekiswanto, S.H., sebagai Kepala Dinas Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil Kota
Semarang Terlapor III Laporan ini ditindaklanjuti oleh KPPU dengan mengadakan serangkaian pemeriksaan. Pada 27 April
2004 Majelis Komisi memutuskan bahwa Drs Purdiyan, CV. Puri Communication dan H. Soekiswanto S.H. dinyatakan tidak melakukan persekongkolan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang
18 No. 51999. Namun demikian, atas tindakan-tindakan dari panitia lelang yang mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat, maka Majelis Komisi merekomendasikan kepada instansi terkait untuk mengenakan sanksi administratif kepada panitia lelang berkenaan dengan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh panitia lelang.
2.17 PUTUSAN PERKARA NO. 08KPPU-L2003 jASA AUDIT DI PT. TELKOM
KPPU melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik KAP Drs. Hadi Sutanto Rekan –sekarang bernama KAP Haryanto Sahari Rekan- yang merupakan
member firm dari Kantor Akuntan Publik Asing Pricewaterhouse Coopers PwC yang selanjutnya disebut Terlapor. Perkara ini muncul setelah adanya laporan yang pada pokoknya tindakan Terlapor dengan
sengaja memberikan interpretasi yang menyesatkan kepada PT. Telkom, PT. Telkomsel, dan US SEC mengenai Standar Audit Amerika khususnya AU 543. Tindakan Terlapor tersebut mengakibatkan rusaknya
kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Eddy Pianto atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 sehingga menghalangi KAP Eddy Pianto untuk bersaing dengan Terlapor sehubungan dengan
penyediaan layanan audit ke perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di lantai bursa BEJ.
Berdasarkan fakta dan kesimpulan, Majelis Komisi memutuskan menyatakan Terlapor terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan Pasal 19 huruf a dan huruf b Undang-Undang No. 51999,
dan menghukum Terlapor membayar denda sebesar Rp 20.000.000.000,00 dua puluh milyar rupiah. Putusan tersebut dibacakan pada 24 Juni 2004.
2.18 PUTUSAN PERKARA NO. 01KPPU-L2004 jASA BONGKAR MUAT BUNGKIL
KELAPA SAWIT
Inti dari perkara ini adalah dugaan pelanggaran UU No. 51999 dalam kegiatan bongkar muat bungkil kelapa sawit di Pelabuhan Belawan yang dilakukan oleh Pelindo I Terlapor I dan PT. Musim Mas Terlapor
II. Perkara ini muncul setelah adanya laporan yang pada pokoknya tindakan Terlapor I menerbitkan surat Nomor B.XIV-400BLW-US.13 dari GM Pelindo I Cabang Belawan, yang berisi antara lain:
a. Kegiatan pemuatan bungkil kelapa sawit dan copex hanya dilaksanakan melalui Terminal
Curah Kering selanjutnya disebut ”TCK” pada dermaga 109 dan 111 di Pelabuhan Belawan Medan yang dialokasikan sebagai dedicated terminal curah kering yang dilengkapi dengan
fasilitas conveyor ship loader dengan produktivitas ± 5.000 Ton per hari.
b. Pelaksanaan kegiatan pemuatan curah kering khusus bungkil di TCK oleh Usaha Bongkar Muat
selanjutnya disebut UBM PT. Persero Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan. Oleh karena itu sejak dioperasikannya Terminal Curah Kering TCK seluruh pemuatan bungkil kelapa sawit
dan copex yang sebelumnya dilakukan melalui truck lossing dan conveyor manual, kini hanya dilakukan melalui TCK, sehingga perusahaan eksportir sama sekali tidak diberikan pilihan untuk menggunakan jasa
bongkar muat selain di TCK oleh UBM PT Pelindo.