PUTUSAN PERKARA NO. 08KPPU-L2001 TENDER PENGADAAN BARITE

0 6 pembukaan tender dalam sistem satu sampul. Karena itu Majelis Komisi memutuskan: a. Menyatakan bahwa Terlapor, YPF Maxus Southeast Sumatra B.V. yang sekarang bernama CNOOC Southeast Sumatra B. V. tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22, Pasal 19 huruf a dan d UU No. 51999. b. Memerintahkan kepada Terlapor, YPF Maxus Southeast Sumatra B.V. yang sekarang bemama CNOOC Southeast Sumatra B. V. untuk memperbaiki persyaratan-persyaratan tender pengadaan barang dan jasa yang diselenggarakannya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat dan terbuka. c. Memerintahkan kepada PERTAMINA untuk dengan sungguh-sungguh melakukan pengawasan terhadap seluruh KPS dan mitra kerjanya agar dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa mengikuti ketentuan SK No. 077COOOO2000-S0 dengan memberikan kesempatan kepada pelaku usaha secara terbuka sehingga tercipta persaingan usaha yang sehat.

2.5 PUTUSAN PERKARA NO. 09KPPU-L2001 TENDER PENGADAAN OSP CAN PT

TELKOM Perkara ini didasarkan pada laporan dari satu pelaku usaha yang melaporkan PT. Persero Telekomunikasi Indonesia sebagai Terlapor yang telah melakukan persekongkolan untuk memenangkan Consortium Siemens di dalam Tender Paket-1 Pengadaan Outside Plan Copper Access Network OSP-SCAN di PT Persero Telekomunikasi Indonesia yang dibiayai melalui pinjaman Bank Dunia IBRD Loan 3904. Berdasarkan fakta yang diperoleh selama proses pemeriksaan, maka pada 6 Juni 2002 Majelis Komisi memutuskan Terlapor, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan SIEMENS Consortium tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

2.6 PUTUSAN PERKARA NO. 10KPPU-L2001 PENENTUAN DAFTAR REKANAN

ASURANSI BANK BNI Perkara berawal dari laporan kepada KPPU yang pada intinya menyatakan bahwa PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk. Terlapor membatasi penutupan asuransi jaminan kredit debitur BNI dengan hanya menunjuk 4 perusahaan asuransi sebagai rekanan asuransinya. Perusahaan asuransi tersebut adalah PT. Asuransi Tri Pakarta, PT. Asuransi Wahana Tata, PT. Maskapai Asuransi Indonesia, dan PT Persero Jasa Asuransi Indonesia. Penunjukan tersebut menghilangkan kebebasan debitur yang mengajukan kredit pinjaman kepada BNI untuk memilih perusahaan asuransi yang akan digunakannya. Selain itu, penunjukan untuk rekanan asuransi juga mengakibatkan perusahaan asuransi yang lain tidak bisa masuk dan bersaing untuk melayani nasabah BNI yang akan mengasuransikan agunannya. 0 7 KATALOG PUTUSAN KPPU ~ Periode 2000 – September 2009 Setelah melakukan pemeriksaan, Majelis Komisi berpendapat bahwa perjanjian yang dibuat antara Terlapor dengan 4 rekanan asuransi tersebut berpotensi melanggar prinsip-prinsip pasal 4, 15, dan 19 Undang-Undang No. 51999, tetapi unsur-unsur dari pasal-pasal tersebut tidak terpenuhi oleh bukti- bukti yang ada. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Komisi mengambil keputusan yang intinya adalah sebagai berikut: a. Menyatakan bahwa Terlapor, PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk., tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 4, Pasal 15 ayat 2, dan Pasal 19 huruf a dan d UU No. 51999. b. Memerintahkan kepada Terlapor, PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk., untuk membatalkan perjanjian yang berpotensi menghambat persaingan usaha yang sehat, yaitu perjanjian tanggal 16 April 2002 No. DIR006 No. 146DIRPKS2002 antara Terlapor dengan PT. Wahana Tata, perjanjian No. DIR009 No. 068DIR2002 antara Terlapor dengan PT. MAl dan perjanjian No. DIR 007 No. PKS 013.AJIIV2002 antara Terlapor dengan PT. Jasindo. c. Memerintahkan kepada PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk. untuk memberikan kesempatan yang sarna kepada perusahaan-perusahaan asuransi agar dapat bersaing secara sehat dan terbuka.

2.7 PUTUSAN PERKARA NO. 01KPPU-I2002 PEMBAGIAN PEKERjAAN ANTARA PT.

SEAMLESS PIPELINE DENGAN CITRA TUBINDO Perkara ini berawal dari proses pengadaan pipa casing dan tubing di Indonesia yang adanya duopoli dalam bidang industri pengolahan pipa casing dan tubing, khususnya untuk proses pemanasan heat treatment dan pembentukan upsetting pipa, pencantuman merek-merek tertentu dalam persyaratan pelelangan tender, dan diskriminasi perolehan surat dukungan supporting letter. Terlapor dalam perkara ini adalah PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya Terlapor I dan PT. Citra Tubindo Terlapor II. Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dalam pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan lanjutan, pada tanggal 29 Agustus 2002 Majelis Komisi KPPU memutuskan perkara yang inti putusannya adalah sebagai berikut: a. Menyatakan PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya Terlapor I dan PT. Citra Tubindo, Tbk Terlapor II tidak terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar pasal 19 huruf d UU No. 51999. b. Meminta kepada PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya Terlapor I dan PT. Citra Tubindo, Tbk Terlapor II untuk tidak menggunakan posisi dominannya dengan cara melakukan diskriminasi dan atau menghambat pemberian supporting letter untuk fasilitas jasa heat treatment dan atau upsetting bagi pelaku usaha yang membutuhkannya. c. Meminta kepada PT. Seamless Pipe Indonesia Jaya Terlapor I dan PT. Citra Tubindo, Tbk Terlapor II untuk melakukan kegiatan usaha secara adil, jujur, dan terbuka dalam menetapkan harga jasa heat treatment dan atau upsetting bagi pelaku usaha yang membutuhkannya.