Istilah Penting yang Berhubungan dengan Upaya Penyelesaian Sengketa Internasional

Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI 174 Dalam acara tertulis, dilakukan jawab-menjawab secara tertulis antara pihak tergugat dan penggugat. Setelah acara tertulis ditutup, dimulai lagi acara lisan atau hearing. Acara ini biasanya dipimpin langsung oleh Presiden Mahkamah Internasional atau wakil presiden dengan menanyakan saksi-saksi maupun saksi ahli atau juga wakil-wakil para pihak seperti penasihat hukum dan pengacara. Acara pemeriksaan perkara ini dapat bersifat terbuka atau tertutup tergantung dari keinginan para pihak. 3 Pengambilan Keputusan Tahap pengambilan keputusan, diawali dengan pembentukan Komisi Rancangan drafting committee. Setelah Komisi Rancangan terbentuk, komisi segera menyusun secara berurutan tiap naskah pendapat para hakim yang kemudian dibaca oleh seluruh hakim dan menjadi bahan diskusi ataupun amendemen dalam rapat pleno para hakim. Dari diskusi, akhirnya muncul sebuah pendapat yang mendapat dukungan mayoritas hakim di persidangan. Pendapat akhir Mahkamah Internasional yang sebenarnya merupakan putusan dibacakan dalam persidangan terbuka di depan para penasihat hukum kedua pihak yang bersengketa. Itulah prosedur penyelesaian sengketa oleh Mahkamah Internasional. Keputusan Mahkamah Internasional bersifat final dan tidak ada banding kecuali untuk hal-hal yang bersifat penafsiran dari keputusan itu sendiri. Pihak-pihak yang bersengketa harus menerima dan melaksanakan keputusan Mahkamah Internasional. Bagaimana jika ada negara yang menolak keputusan Mahkamah Internasional? Jika terjadi hal demikian, negara yang bersangkutan akan mendapat sanksi yang cukup berat, seperti embargo dan pembekuan aset-aset milik negara. Mengapa demikian? Hal ini karena negara tersebut telah dianggap melakukan suatu tindakan yang mengancam keamanan dan kedamaian dunia. Mengapa PBB Dapat Mengajukan Perkara ke Mahkamah Internasional? Sebenarnya hanya negara sebagai pihak yang boleh mengajukan perkara kepada Mahkamah Internasional. Oleh karena itu perseorangan, badan hukum, serta organisasi internasional tidak dapat menjadi pihak untuk berperkara ke Mahkamah internasional. Meskipun demikian berdasarkan advisory opinion tanggal 11 April 1949 Mahkamah Internasional secara tegas menyatakan bahwa Perserikatan bangsa-bangsa adalah merupakan pribadi hukum yang dapat mengajukan klaim internasional atau gugatan terhadap negara. Advisory Opinion ini telah membuka kesempatan kepada PBB untuk menjadi pihak dalam perkara kontradiktor contentious case. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI 175 Konflik Israel–Palestina yang berkepanjangan membuat sebagian negara mempertanyakan fungsi dan efektivitas adanya Dewan Keamanan PBB. Dewan Keamanan PBB merupakan suatu badan eksekutif yang dilengkapi dengan segala macam wewenang dan tanggung jawab untuk mengambil tindakan-tindakan penting demi terpeliharanya perdamaian dan keamanan dunia. Meskipun demikian, sampai saat ini Dewan Keamanan PBB belum berhasil membuat resolusi yang tepat dalam pemecahan konflik Israel–Palestina. Bukan hanya itu, Dewan Keamanan PBB sampai saat ini juga belum mampu membuat sanksi yang tegas terhadap Israel yang jelas-jelas telah melanggar resolusi yang telah ditetapkan PBB. Contoh pelanggaran terhadap resolusi PBB adalah Israel tetap memper- tahankan tembok pemisah yang oleh Mahkamah Internasional telah diputuskan sebagai bentuk pelanggaran hukum kemanusiaan internasional. Padahal, berdasarkan advisory opinion tanggal 11 April 1949 Mahkamah Internasional, PBB dapat mengajukan klaim internasional atau gugatan terhadap negara. Advisory Opinion ini telah membuka ke- sempatan kepada PBB untuk menjadi pihak dalam perkara kontradiktor contentious case. Berdasarkan kasus di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. 1. Dapatkah Dewan Keamanan PBB mengajukan penyelesaian sengketa antara Israel– Palestina ke Mahkamah Internasional? Jelaskan 2. Hambatan apa sajakah yang dihadapi oleh Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan konflik Israel–Palestina? 3. Upaya apakah yang sebaiknya dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB dalam penyelesaian konflik Israel–Palestina? Tuliskan jawaban Anda pada selembar kertas Presentasikan hasilnya di depan kelas secara bergantian Kumpulkan hasilnya kepada guru untuk dinilai

D. Menghargai Putusan Mahkamah Internasional

Upaya penyelesaian perkara ke Mahkamah Internasional bukanlah merupakan kewajiban negara tetapi hanya bersifat fakultatif. Artinya, negara dalam memilih cara-cara penyelesaian sengketa dapat melalui berbagai cara lain seperti saluran diplomatik, mediasi, arbitrasi, dan cara-cara lain yang dilakukan secara damai. Dengan demikian, penyelesaian perkara yang diajukan ke Mahkamah Internasional bersifat pilihan dan atas dasar sukarela bagi pihak- pihak yang bersengketa. Meskipun demikian, putusan Mahkamah Internasional harus dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersengketa. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan dengan sifat keputusan Mahkamah Internasional dan kewajiban untuk menghormati hasil keputusan Mahkamah Internasional bagi pihak-pihak yang bersengketa. Agar lebih jelas, simak uraian singkat berikut ini.

1. Sifat Keputusan Mahkamah Internasional

Keputusan Mahkamah Internasional maupun lembaga peradilan internasional lainnya bersifat mengikat, final, tanpa banding. Keputusan itu mengikat para pihak yang bersengketa dan hanya untuk perkara yang disengketakan. Final dan tanpa banding artinya telah merupakan putusan