Sifat Keputusan Mahkamah Internasional
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
177
Eksistensi Hukum Internasional
Eksistensi hukum internasional sebagai suatu hukum dewasa ini tidak perlu diragukan lagi, masyarakat internasional telah menerima eksistensi hukum internasional sebagai
hukum. Beberapa bukti memperkuat bahwa hukum internasional dalam kehidupan sehari- hari dan masyarakat internasional telah diterima dan ditaati sebagai hukum dalam pengertian
yang sebenarnya seperti berikut.
a. Menghormati kesepakatan ber- sama antara Indonesia dan
Malaysia untuk mengajukan kasus sengketa Sipadan-Ligitan
pada proses ajudikasi melalui Mahkamah Internasional. Dalam
hal ini, Indonesia telah merefleksi- kan komitmen politik kedua negara
untuk menyelesaikan sengketa secara damai secara jelas.
b. Pemerintah Indonesia percaya bahwa keseluruhan proses peradilan penyelesaian sengketa Sipadan dan Ligitan melalui Mahkamah
Internasional telah berlangsung secara adil, transparan, bertanggung jawab, dan berwibawa.
Itulah alasan bangsa Indonesia menerima Keputusan Mahkamah Internasional atas kasus Sipadan dan Ligitan dengan lapang dada. Berbeda
dengan sikap Israel yang tidak menghargai Keputusan Mahkamah Inter- nasional atas persengketaannya dengan negara Palestina. Bagaimanakah
bentuk sikap tidak menghargai yang dilakukan oleh Israel? Israel tidak menghiraukan bahkan mengutuk keputusan Mahkamah Internasional
yang memerintahkan Israel untuk segera menghancurkan segala bentuk bangunan yang memisahkan hubungan dengan Palestina serta membayar
kompensasi atas kerusakan yang ditimbulkan.
Itulah contoh sikap tidak menghargai hasil keputusan Mahkamah Internasional yang dilakukan oleh pemerintah Israel. Tindakan seperti
pemerintah Israel tersebut jelas mengancam perdamaian dunia. Oleh karena itu, bagaimana pun keputusan Mahkamah Internasional hendak-
nya negara-negara di dunia bisa menghargainya. Bagaimanakah bentuk sikap-sikap menghargai keputusan Mahkamah Internasional?
Berdasarkan contoh sikap menghargai yang ditunjukkan oleh negara Indonesia, dapat kita ketahui bentuk-bentuk sikap menghargai keputusan
Mahkamah Internasional seperti berikut. a. Menerima dan melaksanakan keputusan Mahkamah Internasional.
b. Tetap menjalin hubungan baik dengan negara yang bersengketa
setelah menerima keputusan Mahkamah Internasional. c.
Percaya terhadap proses peradilan di Mahkamah Internasional.
Sumber: www.img174.imageshack.us
▼ Gambar 5.9
Pulau Sipadan-Ligitan.
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
178
Kasus Blok Ambalat
Setelah kasus Sipadan dan Ligitan berhasil diselesaikan melalui jalur pengadilan inter- nasional. Kini hubungan Indonesia dan Malaysia memanas kembali dengan munculnya kasus
Blok Ambalat. Ambalat adalah blok laut dengan luas 15.235 kilometer persegi yang terletak di Laut Sulawesi atau Selat Malaka. Dalam kasus ini, Malaysia mengklaim wilayah perairan Ambalat
yang mencakup 25.700 kilometer persegi atau hampir seluruh Provinsi Sulawesi Selatan.
Mencuatnya kasus Ambalat ini ditandai dengan provokasi Malaysia melalui pengiriman kapal-kapal perangnya melewati perairan Indonesia di Blok Ambalat. Bukan hanya itu,
Malaysia juga berulah dengan mengusir warga negara Indonesia dari Nunukan dan Tarakan sehingga membuat Indonesia harus menyiagakan kapal-kapal perangnya di wilayah perairan
sekitar Blok Ambalat. Bahkan, menurut laporan ANTARA Samarinda dengan mengutip sumber- sumber militer di perbatasan, sudah mencatat lebih dari 100 kali kapal-kapal perang Malaysia
melakukan pelanggaran atas wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan kasus tersebut, bagaimanakah seharusnya tindakan pemerintah Indonesia? Bagaimana pula cara penyelesaian masalah yang paling bijaksana terhadap
kasus Blok Ambalat? Coba Anda diskusikan secara kelompok Presentasikan hasil diskusi kelompok Anda di depan kelas dan kumpulkan hasil akhirnya kepada guru untuk dinilai
1. Organ pemerintah negara dalam hubungannya dengan negara lain dalam proses
perbuatan perjanjian internasional selalu tunduk pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum perjanjian internasional
the law of treaties. Demikian pula jika berhasil disepakati, mereka tunduk dan menaati isi perjanjian itu sebagai kaidah hukum
internasional, mereka tidak melanggarnya, meskipun kesempatan untuk melanggarnya selalu ada.
2. Persengketaan antara subjek-subjek hukum internasional penyelesaiannya melalui
organisasi internasional ataupun melalui badan-badan arbitrase ataupun peradilan internasional.
3. Kaidah-kaidah hukum internasional dalam kenyataannya banyak diadopsi oleh hukum
nasional negara-negara. Sebagai contoh adalah Indonesia, ketika akan menyusun undang-undang pidana tentang kejahatan penerbangan, tidak dapat melepaskan dari
konvensi-konvensi internasional yang berkenaan dengan kejahatan penerbangan, seperti Konvensi Tokyo Tahun 1963, Konvensi Den Haag Tahun 1970, dan Konvensi
Montreal Tahun 1971.
4. Negara-negara yang sedang berperang pun juga tetap menaati prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah hukum perang internasional hukum humaniter. Demikian pula setelah berakhirnya perang, misalnya telah tercapainya perdamaian, mereka masih
membutuhkan peranan hukum internasional untuk mengatur perdamaian. Dengan merumuskan hasil perdamaian dalam bentuk perjanjian perdamaian yang sudah jelas,
merupakan hukum internasional yang akan mengikat mereka.
Berdasarkan fakta di atas, tidak ada alasan lagi untuk menyatakan bahwa hukum internasional bukanlah hukum dalam pengertian yang sebenarnya. Hukum internasional
telah menjadi regulasi yang mengatur lajur lalu lintas internasional secara ”universal”.
Sumber: www.materihukum.wordpress.com