Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
131
1 Menghormati hak dasar manusia sebagaimana tercantum dalam Piagam PBB.
2 Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua negara. 3 Mengakui persamaan semua bangsa, baik besar maupun kecil.
4 Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah dalam negeri negara lain.
5 Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendiri maupun secara kolektif yang sesuai dengan Piagam
PBB. 6 Tidak melakukan tekanan-tekanan terhadap negara lain.
7 Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman-ancaman agresi terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan negara lain.
8 Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai sesuai dengan piagam PBB.
9 Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama. 10 Menghormati hukum dan kewajiban internasional.
Dasasila Bandung atau Deklarasi Bandung atau Semangat Bandung inilah yang menjiwai ”Deklarasi tentang Dekolonisasi” atau
deklarasi tentang pemberian kemerdekaan kepada negara-negara dan bangsa-bangsa terjajah yang dihasilkan oleh sidang umum PBB, di
dalam sidangnya yang ke-15 tahun 1960. Semangat Bandung juga memperjuangkan perdamaian dunia melalui usaha-usaha untuk
meredakan ketegangan internasional yang disebabkan oleh perang dingin. Semangat Bandung menghormati Piagam PBB bahwa setiap
negara berhak melakukan usaha-usaha mempertahankan dirinya baik secara sendiri maupun secara bersama-sama. Namun begitu, KAA
menandaskan supaya tidak mempergunakan perjanjian militer kolektif untuk kepentingan negara superpower. KAA menekankan
pada lima prinsip hidup berdampingan secara damai peaceful co-existence sebagai berikut.
1 Menghormati integritas teritorial dan kedaulatan tiap-tiap negara. 2 Tidak melakukan agresi.
3 Tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain. 4 Persamaan dan keuntungan bersama.
5 Hidup berdampingan secara damai.
Secara garis besar kerja sama yang dikembangkan dalam KAA sebagai berikut.
1 Kerja sama ekonomi. 2 Kerja sama kebudayaan.
3 Hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri. 4 Masalah rakyat-rakyat yang belum merdeka.
5 Peningkatan dalam kerja sama dunia.
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
132
Konferensi Asia Afrika II tidak dapat diselenggarakan lagi karena perubahan politik yang mengharuskan untuk mencari cara-cara baru
di dalam usaha-usaha menata dunia yang lebih adil. Perubahan tersebut seperti berikut.
1 Perselisihan antara India dan Cina mengenai masalah perbatasan. 2 Tidak ditemukan titik temu lagi di antara negara peserta yang
terbagi ke dalam negara yang pro-superpower dan negara non- blok.
Setelah melihat hal tersebut maka Indonesia ikut menjadi sponsor
Gerakan Non-Blok untuk mewujudkan keseimbangan kekuasaan. GNB berdiri saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi KTT
I GNB di Beograd, Yugoslavia, 1–6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 26 negara yakni Afghanistan, Algeria, Yaman, Myanmar,
Kamboja, Sri lanka, Kongo, Kuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana, Guinea, India, Indonesia, Irak, Lebanon, Mali, Maroko, Nepal, Arab
Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, dan Yugoslavia. Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketetapan untuk mendiri-
kan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerja sama
antara mereka. Pada KTT I juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif dalam politik internasional, tetapi
untuk memformulasikan posisi sendiri secara iNdependen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
Tujuan utama GNB semula difokuskan pada upaya dukungan bagi hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, serta
kedaulatan dan integritas nasional negara-negara anggota. Tujuan penting lainnya adalah:
1 penentangan terhadap apartheid; 2 tidak memihak pada pakta militer multilateral;
3 perjuangan menentang segala bentuk dan manifestasi
imperalisme; 4 perjuangan menentang kolonialisme, neo-kolonialisme, rasisme,
pendudukan dan dominasi asing; 5 perlucutan senjata;
6 tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai;
7 penolakan terhadap penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional;
8 pembangunan ekonomi sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional; serta
9 kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak. Dalam perkembangan selanjutnya, isu-isu ekonomi mulai menjadi
perhatikan utama negara-negara anggota GNB. Tokoh penggagas Gerakan Non-Blok adalah:
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
133
1 Presiden Soekarno Indonesia; 2 Presiden Joseph Broz Tito Yugoslavia;
3 Presiden Gamal Abdul Nasser Mesir; dan 4 Perdana Menteri Pandit Jawaharlal Nehru India.
Keikutsertaan Indonesia sebagai penggagas, perintis, dan pendiri GNB disebabkan oleh kesesuaian prinsip gerakan ini dengan politik
luar negeri bebas aktif. Adapun prinsip-prinsip utama dari GNB adalah ”Dasa Sila Bandung” yang merupakan hasil KAA di Bandung
tahun 1955.