Tahap-Tahap Pembuatan Perjanjian Internasional

Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI 111 penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa ratifikasi bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada negara-negara peserta guna mengadakan peninjauan serta pengamatan secara saksama terhadap isi perjanjian. Dengan demikian, negara dapat mengambil keputusan untuk mengikatkan diri atau tidak terhadap perjanjian tersebut. Dalam pasal 2 Konvensi Wina 1969, ratifikasi didefinisikan sebagai tindakan internasional ketika suatu negara menyatakan kesediaannya atau melahirkan persetujuan untuk diikat oleh suatu perjanjian internasional. Oleh karena itu, ratifikasi tidak berlaku surut, tetapi baru mengikat sejak tanggal penandatanganan ratifikasi. Ratifikasi biasanya dibuat oleh kepala negara yang berkepentingan kemudian diteruskan dengan pertukaran nota ratifikasi di antara negara-negara peserta perjanjian. Ratifikasi perjanjian internasional dapat dibedakan sebagai berikut. 1 Ratifikasi oleh badan eksekutif yang biasa dilakukan oleh raja- raja absolut dan pemerintahan otoriter. 2 Ratifikasi oleh badan legislatif yang jarang digunakan. 3 Ratifikasi campuran DPR dan pemerintah merupakan sistem yang paling banyak digunakan karena peranan legislatif dan eksekutif sama-sama menentukan dalam proses ratifikasi suatu perjanjian. Di Indonesia, ratifikasi atau persetujuan terhadap perjanjian internasional dilakukan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Hal ini didasarkan pada bunyi pasal 11 ayat 1 UUD 1945 sebagai berikut. ”Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain”. Pengesahan perjanjian internasional oleh pemerintah Republik Indonesia dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh perjanjian internasional tersebut. Pengesahan perjanjian internasional dapat dilakukan dengan ”undang-undang” atau ”keputusan presiden”. Pengesahan dengan undang-undang memerlukan persetujuan DPR. Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang- undang, apabila berkenaan dengan hal-hal berikut. 1 Masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara. 2 Perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia. 3 Kedaulatan atau hak berdaulat bagi negara. 4 Pembentukan kaidah hukum baru. 5 Pinjaman dan hibah dari luar negeri.