Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
110
Perjanjian bilateral dalam perundingan disebut dengan talk, sedangkan untuk perjanjian multilateral disebut dengan diplomatic
conference atau dilakukan dengan konferensi diplomat. Perundingan yang demikian dapat juga dilakukan secara tidak resmi yang sering
disebut dengan corridor talk atau lobbying, yaitu dilakukan pada waktu istirahat saling bertukar pikiran atau saling mempengaruhi.
b. Penandatanganan Signature
Setelah berakhirnya perundingan, pada teks perjanjian yang telah disetujui oleh wakil-wakil berkuasa penuh dibubuhkan tanda tangan
atau mereka menandatangani protokol tersendiri sebagai prosedur penandatanganan. Protokol adalah persetujuan yang isinya
melengkapi suplemen suatu konvensi. Akibat dari penandatanganan suatu perjanjian tergantung pada ada tidaknya persyaratan ratifikasi
perjanjian tersebut. Apabila perjanjian atau traktat harus diratifikasi, penandatanganan hanya berarti utusan-utusan telah menyetujui teks
perjanjian dan bersedia menerimanya serta akan meneruskan kepada pemerintah yang berhak untuk menerima atau menolak traktat
tersebut. Jadi, mengikatnya perjanjian dinilai mengikat setelah diratifikasi oleh pihak yang berwenang.
Dalam perjanjian bilateral penandatanganan dilakukan
oleh kedua wakil negara yang telah melakukan perundingan
sehingga penerimaan hasil perundingan secara bulat-bulat
penuh, mutlak sangat diperlu- kan oleh kedua belah pihak.
Sebaliknya, dalam perjanjian multilateral penandatanganan
naskah hasil perundingan dapat dilakukan jika disetujui 23 dari
semua peserta yang hadir dalam perundingan, kecuali jika di-
tentukan lain.
c. Pengesahan
Ratifikasi
Sesudah penandatanganan oleh wakil berkuasa penuh, para delegasi meneruskan naskah perjanjian tersebut kepada pemerintah-
nya untuk meminta persetujuan. Oleh karena itu, dibutuhkan penegasan oleh pemerintah yang bersangkutan setelah mereka
mempelajari dan setelah diajukan kepada parlemen bilamana perlu. Penegasan tersebut dinamakan dengan ratifikasi atau pengesahan,
kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian bahwa perjanjian itu akan mengikat tanpa harus diratifikasi terlebih dahulu. Berdasarkan
Sumber: www.antaraphoto.com
▼ Gambar 4.4
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyaksi- kan penandatanganan MoU antara pemerintah
Republik Indonesia dan Iran di bidang pendidikan.
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
111
penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa ratifikasi bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada negara-negara peserta guna
mengadakan peninjauan serta pengamatan secara saksama terhadap isi perjanjian. Dengan demikian, negara dapat mengambil keputusan
untuk mengikatkan diri atau tidak terhadap perjanjian tersebut.
Dalam pasal 2 Konvensi Wina 1969, ratifikasi didefinisikan sebagai tindakan internasional ketika suatu negara menyatakan kesediaannya
atau melahirkan persetujuan untuk diikat oleh suatu perjanjian internasional. Oleh karena itu, ratifikasi tidak berlaku surut, tetapi
baru mengikat sejak tanggal penandatanganan ratifikasi. Ratifikasi biasanya dibuat oleh kepala negara yang berkepentingan kemudian
diteruskan dengan pertukaran nota ratifikasi di antara negara-negara peserta perjanjian.
Ratifikasi perjanjian internasional dapat dibedakan sebagai berikut.
1 Ratifikasi oleh badan eksekutif yang biasa dilakukan oleh raja- raja absolut dan pemerintahan otoriter.
2 Ratifikasi oleh badan legislatif yang jarang digunakan. 3 Ratifikasi campuran DPR dan pemerintah merupakan sistem
yang paling banyak digunakan karena peranan legislatif dan eksekutif sama-sama menentukan dalam proses ratifikasi suatu
perjanjian. Di Indonesia, ratifikasi atau persetujuan terhadap perjanjian
internasional dilakukan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Hal ini didasarkan pada bunyi pasal 11 ayat 1 UUD 1945 sebagai berikut.
”Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain”.
Pengesahan perjanjian internasional oleh pemerintah Republik Indonesia dilakukan sepanjang dipersyaratkan oleh perjanjian
internasional tersebut. Pengesahan perjanjian internasional dapat dilakukan dengan ”undang-undang” atau ”keputusan presiden”.
Pengesahan dengan undang-undang memerlukan persetujuan DPR. Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-
undang, apabila berkenaan dengan hal-hal berikut. 1 Masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara.
2 Perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara
Republik Indonesia. 3 Kedaulatan atau hak berdaulat bagi negara.
4 Pembentukan kaidah hukum baru. 5 Pinjaman dan hibah dari luar negeri.