Protokol Protocol Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 11 Pudjo Sumedi 2011

Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI 116 b. Dalam Konvensi Wina tahun 1969, suatu perjanjian internasional dapat dinyatakan batal karena hal-hal berikut. 1 Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional oleh salah satu negara peserta. 2 Adanya unsur kesalahan pada saat perjanjian itu dibuat. 3 Adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu terhadap negara peserta yang lain pada waktu pembentukan perjanjian. 4 Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan corruption, baik melalui kelicikan atau penyuapan. 5 Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara peserta. Paksaan tersebut baik dengan ancaman atau dengan penggunaan kekuatan. 6 Bertentangan dengan kaidah dasar hukum internasional. Mengenai berakhirnya perjanjian internasional, dalam banyak hal biasanya diatur oleh para peserta perjanjian dalam perjanjian itu sendiri. Tentu saja dalam perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak dan mengikat mereka. Akan tetapi, perjanjian dapat berakhir apabila ada hal- hal atau kejadian khusus di luar mekanisme yang diatur dalam perjanjian. Beberapa persoalan khusus yang mengakibatkan berakhirnya pelaksanaan perjanjian antara lain sebagai berikut. a. Pembatalan sepihak oleh salah satu peserta atau pengunduran diri dari suatu perjanjian. b. Pelanggaran perjanjian oleh salah satu pihak. c. Perubahan yang fundamental pada keadaan yang bertalian dengan perjanjian. Prosedur Pembuatan Perjanjian Internasional di Negara Indonesia Sebelum dilakukan amendemen UUD 1945, prosedur pembuatan perjanjian internasional di negara Indonesia lebih berdasarkan pada Konvensi Wina tahun 1969 tentang Hukum Perjanjian Internasional. Dalam konvensi tersebut antara lain disebutkan bahwa perjanjian internasional terdiri atas tiga tahap, yaitu perundingan negotiation, penandatanganan signature, dan pengesahan ratifikasi . Setelah dilakukan amendemen UUD 1945, prosedur pembuatan perjanjian internasional Indonesia bertumpu pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional. Dalam undang-undang tersebut, khususnya pasal 6 ayat 1 ditegaskan bahwa pembuatan perjanjian internasional dilakukan melalui tahap-tahap berikut. 1. Penjajakan, yaitu tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional. 2. Perundingan, yaitu tahap kedua untuk membahas substansi dan masalah-masalah teknis yang akan disepakati dalam perjanjian internasional. 3. Perumusan naskah, yaitu tahap merumuskan rancangan suatu perjanjian internasional. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI 117 4. Penerimaan, yaitu tahap menerima naskah perjanjian yang telah dirumuskan dan disepakati oleh para pihak. 5. Penandatanganan, yaitu tahap akhir dalam perundingan bilateral untuk melegalisasi suatu naskah perjanjian internasional yang telah disepakati oleh kedua pihak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk perjanjian multilateral, penandatanganan perjanjian internasional bukan merupakan pengikatan diri pihak yang mengadakan perjanjian. Akan tetapi, keterikatan terhadap perjanjian internasional dapat dilakukan melalui pengesahan. Pengesahan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 diatur dalam bab tersendiri yaitu Bab III tentang Pengesahan Perjanjian Internasional. Pengesahan perjanjian internasional di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 terbagi dalam empat kategori sebagai berikut. 1. Ratifikasi ratification, yaitu apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional turut menandatangani naskah perjanjian internasional. 2. Aksesi accesion, yaitu apabila negara yang akan mengesahkan suatu perjanjian internasional tidak turut menandatangani naskah perjanjian. 3. Penerimaan acceptance atau penyetujuan approval, yaitu pernyataan menerima atau menyetujui dari negara-negara pihak pada suatu perjanjian internasional atas perubahan perjanjian internasional tersebut. 4. Perjanjian-perjanjian internasional yang sifatnya langsung berlaku pada saat penandatanganan self-executing. Dalam UUD 1945 setelah diamendemen, ketentuan mengenai pelaksanaan perjanjian internasional diatur dalam pasal 11 ayat 1–3. Akibat dari penandatanganan effect of signature suatu perjanjian tergantung pada ada tidaknya persyaratan ratifikasi perjanjian tersebut. Coba Anda jelaskan akibat dari penandatanganan suatu perjanjian jika terdapat persyaratan sebagai berikut. 1. Harus ada ratifikasi. 2. Tidak harus ada ratifikasi. Lakukan tugas di atas secara diskusi kelompok Presentasikan hasilnya di depan kelas agar dinilai guru.

C. Perwakilan Diplomatik

Perwakilan diplomatik adalah petugas negara yang dikirim ke negara lain untuk menyelenggarakan hubungan resmi antarnegara. Perwakilan diplomatik merupakan alat perlengkapan utama dalam hubungan internasional. Perwakilan diplomatik merupakan penyambung lidah dari negara yang diwakilinya. Kedudukan perwakilan diplomatik biasanya berada di ibu kota negara penerima. Selain itu, semua kepala perwakilan diplomatik pada suatu negara tertentu biasanya bertempat tinggal di ibu kota negara merupakan satu corps diplomatique. Corps diplomatique biasanya diketuai oleh seorang duta besar yang paling lama ditempatkan di negara itu yang disebut ”Dean” atau ”Doyen”.