Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
150
Dari dua alasan tersebut diketahui bahwa suatu perjanjian internasional dibuat secara sepihak atau karena ada unsur
paksaan dianggap tidak sah batal demi hukum.
2 Kebiasaan Internasional
Kebiasaan internasional international custom adalah kebiasaan yang terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum.
Contohnya, penyambutan tamu dari negara-negara lain dan ketentuan yang mengharuskan pemasangan lampu bagi kapal-
kapal yang berlayar pada malam hari di laut bebas untuk menghindari tabrakan.
3 Prinsip Hukum Umum
Yang dimaksud prinsip-prinsip hukum umum di sini adalah prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum modern,
yang meliputi semua prinsip hukum umum dari semua sistem hukum nasional yang bisa diterapkan pada hubungan inter-
nasional. Dengan adanya prinsip hukum umum, Mahkamah Internasional diberi keleluasaan untuk membentuk dan
menemukan hukum baru. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi Mahkamah Internasional untuk menyatakan nonliquet atau
menolak mengadili karena tidak adanya hukum yang mengatur persoalan yang diajukan.
4 Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksud sebagai sumber hukum internasional menurut Piagam Mahkamah Internasional
pasal 38 ayat 1 sub d adalah pengadilan dalam arti luas dan meliputi segala macam peradilan internasional maupun nasional
termasuk di dalamnya mahkamah dan komisi arbitrase. Mahkamah yang dimaksudkan di sini adalah Mahkamah Internasional
Permanen, Mahkamah Internasional, dan Mahkamah Arbitrase Permanen.
Keputusan pengadilan nasional yang berkaitan dengan persoalan yang menyangkut hubungan internasional dapat
dijadikan sebagai bukti dari telah diterimanya hukum inter- nasional oleh pengadilan nasional di negara yang bersangkutan.
Selain itu, keputusan pengadilan nasional di berbagai negara mengenai hal yang serupa dapat dijadikan bukti dari apa yang
telah diterima sebagai hukum. Hal ini sangat memengaruhi perkembangan hukum kebiasaan internasional. Perlu Anda
pahami bahwa putusan badan-badan penyelesaian sengketa seperti putusan badan peradilan dan putusan badan arbitrase
lazim disebut sebagai yurisprudensi.
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
151
5 Pendapat Para Sarjana Terkemuka di Dunia
Pendapat para sarjana terkemuka di dunia dapat dijadikan pegangan atau pedoman untuk menemukan apa yang menjadi
hukum internasional, terlebih bagi sarjana yang bertindak dalam suatu fungsi yang secara langsung berkaitan dengan upaya
penyelesaian persoalan hukum internasional. Pendapat tersebut misalnya sebagai berikut.
1 Para sarjana terkemuka yang menjadi Panitia Ahli Hukum
Committe of Jurists yang diangkat oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1920 untuk memberi pendapatnya mengenai
masalah Kepulauan Aaland. 2 Para sarjana hukum terkemuka yang menjadi anggota Panitia
Hukum Internasional International Law Commission Perserikatan Bangsa-Bangsa.
3 Para sarjana hukum internasional terkemuka di bidang kodifikasi dan pengembangan hukum internasional yang
dilakukan di bawah naungan organisasi bukan pemerintah swasta seperti International Law Association, Institute de Droit
International dan banyak usaha serupa lainnya.
b. Sumber Hukum Material
Sumber hukum material adalah sumber hukum yang membahas materi dasar tentang substansi dari pembuatan hukum itu sendiri
atau prinsip-prinsip yang menentukan isi ketentuan hukum inter- nasional yang berlaku. Dalam pengertian ini, contoh sumber hukum
material adalah prinsip bahwa setiap pelanggaran perjanjian menimbulkan kewajiban untuk memberikan ganti rugi. Korban
perang harus diperlakukan secara manusiawi dan setiap perjanjian harus ditepati dengan penuh kejujuran pacta sunt servanda.
Di antara prinsip-prinsip tersebut, ada prinsip yang berlaku memaksa. Prinsip yang berlaku memaksa ini disebut ius cogens. Salah
satu contoh prinsip yang berlaku memaksa adalah perjanjian harus ditepati pacta sunt servanda. Semua ketentuan hukum internasional
baru harus memperhatikan dan sesuai dengan prinsip hukum ini tanpa kecuali. Selain itu, prinsip hukum ini tidak dapat diubah oleh
prinsip hukum internasional lain yang sifatnya tidak sama.
Sumber hukum material juga dapat diartikan sebagai dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional. Nah, hal apa sajakah
yang menjadi sumber hukum internasional dalam arti material ini? Ada beberapa teori yang menjelaskan dasar kekuatan mengikatnya
hukum internasional. Teori-teori tersebut seperti berikut.
1 Teori Hukum Alam
Menurut para penganut ajaran hukum alam, dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional karena hukum internasional
tersebut merupakan bagian dari hukum yang lebih tinggi, yaitu
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
152
hukum alam. Ajaran hukum alam telah berhasil menimbulkan keseganan terhadap hukum internasional dan telah meletakkan
dasar moral dan etika yang berharga bagi hukum internasional, juga bagi perkembangan selanjutnya.
Tokoh teori hukum alam adalah Hugo Grotius. Hugo Grotius men-
dasarkan sistem hukum internasional atas berlakunya hukum alam yang
diilhami oleh akal manusia dan praktik negara serta perjanjian
negara sebagai sumber hukum internasional. Atas pendapatnya
tersebut, Hugo Grotius dari Belanda disebut sebagai Bapak Hukum Inter-
nasional.
2 Teori Kedaulatan
Menurut aliran teori kedaulatan, dasar kekuatan mengikat- nya hukum internasional atas kehendak negara itu sendiri untuk
tunduk pada hukum internasional. Tokoh-tokoh dalam teori kedaulatan antara lain Hegel dan George Jellineck dari Jerman.
Berkaitan dengan teori ini, Zorn berpendapat bahwa hukum internasional itu tidak lain daripada hukum tata negara yang
mengatur hubungan luar suatu negara. Hukum internasional bukan sesuatu yang lebih tinggi yang mempunyai kekuatan
mengikat ke luar kemauan negara. Teori-teori yang mendasarkan berlakunya hukum internasional pada kehendak negara teori
voluntaris mencerminkan dari teori kedaulatan dan aliran positivisme yang menguasai alam pikiran dunia hukum di Benua
Eropa, terutama Jerman pada abad XIX.
3 Teori Objektivis
Menurut aliran teori objektivis, dasar kekuatan mengikatnya hukum
internasional adalah suatu norma hukum, bukan kehendak negara.
Pendiri aliran atau teori ini dikenal dengan nama mazhab Wiena. Ajaran
mazhab Wiena mengembalikan segala sesuatunya kepada suatu kaidah
dasar grundnorm. Tokoh mazhab Wiena adalah Hans Kelsen dari
Austria yang dianggap sebagai bapak mazhab Wiena. Kelsen me-
ngemukakan bahwa asas ”pacta sunt
Sumber: httpupload.wikimedia.org
▼ Gambar 5.3
Hugo Grotius sebagai Bapak Hukum Internasional.
Sumber: httpbp2.blogger.com
▼ Gambar 5.4
Hans Kelsen
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI
153
servanda” sebagai kaidah dasar grundnorm hukum internasional. Pacta sunt servanda adalah prinsip bahwa perjanjian antarnegara
harus dihormati.
4 Teori Fakta Kemasyarakatan
Menurut teori ini dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional adalah fakta kemasyarakatan yang terdiri atas faktor
biologis, sosial, dan sejarah kehidupan manusia. Hal ini didasarkan atas sifat alami manusia sebagai makhluk sosial yang
memiliki hasrat atau naluri untuk selalu bergabung dengan manusia yang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan dasar
kekuatan mengikatnya hukum internasional terdapat dalam kenyataan sosial bahwa mengikatnya hukum itu mutlak perlu
untuk dapat terpenuhinya kebutuhan manusia bangsa dalam hidup bermasyarakat.
Itulah beberapa sumber hukum internasional. Atas dasar sumber-sumber hukum tersebut hukum internasional dapat
berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada. Semua negara dalam mengadakan hubungan internasional sesuai dengan aturan-
aturan hukum internasional. Siapa sajakah yang berhak melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum internasional?
Temukan jawabannya pada uraian berikut.
3. Subjek Hukum Internasional
Subjek hukum internasional adalah pemilik, pemegang atau pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional.
Pada awal kelahiran dan pertumbuhan hukum internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasional. Akan
tetapi, dewasa ini sudah banyak subjek hukum yang diakui oleh masyarakat internasional. Jadi, untuk saat ini dapat dikatakan bahwa
subjek hukum internasional bukan hanya negara, akan tetapi meliputi beberapa subjek berikut ini.
a. Negara
Menurut Konvensi Montevideo 1949 tentang Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi suatu negara untuk dapat disebut sebagai pribadi
dalam hukum internasional sebagai berikut. 1 Penduduk yang tetap.
2 Wilayah tertentu. 3 Pemerintahan.
4 Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.
Jadi, negara yang dapat menjadi subjek hukum internasional adalah negara yang berdaulat penuh. Artinya, negara yang memenuhi
empat ketentuan dalam Konvensi Montevideo 1949 seperti di atas.