Siklus 3 Prosiding Hasil hasil Penelitian Teknologi

Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 293 yang lain. Bentuk soal selain single choice perlu dilengkapi dengan multiple choice supaya tidak menimbulkan kejenuhan. Instrumen angket terbuka yang diberikan kepada mahasiswa memberikan data- data sebagai berikut: 1 tingkat kesulitan dipandang sudah cukup oleh mahasiswa, 2 dengan durasi menjawab soal yang dibuat total untuk 15 soal tetap menantang mahasiswa untuk mengerjakannya, 3 penambahan bentuk soal multiple choice terbukti membuat mahasiswa lebih tertarik, 4 mahasiswa sudah mengetahui atas jawaban yang telah diberikannya, jawaban mana yang salah dan jawaban mana yang benar. Selain itu mahasiswa juga dapat mengetahui skor akhirnya saja, 5 pemberian kunci jawaban dengan tujuan mempercepat mahasiswa dalam belajar ternyata justru menurunkan tingkat ketertarikan mahasiswa untuk mencobanya. Dengan mengetahui jawaban yang benar setelah kunci jawaban muncul membuat mahasiswa tidak ingin mencoba lagi quiz tersebut. Setelah dilakukan test maka didapat rerata prestasi mahasiswa pada kompetensi vektor dan persamaan linier adalah sebesar 70,43. Dari siklus 3 diperoleh refleksi sebagai berikut: 1 kombinasi bentuk soal single choice dengan multiple choice ternyata dapat menambah motivasi mahasiswa untuk menggunakan media, 2 kunci jawaban yang ditampilkan ternyata justru membuat mahasiswa tidak ingin menggunakan media secara berulang-ulang. Tampilnya kunci jawaban setelah mahasiswa menjawab justru menurunkan motivasi untuk mencoba quiz sampai menemukan jawaban yang benar seperti pada siklus 2. Berdasarkan implementasi siklus 3, siklus 2 dan siklus 1 maka sudah didapat bentuk media pembelajaran yang sesuai untuk menerapkan model pembelajaran interaktive problem solving yang tunjukkan dengan tercapainya indikator keberhasilan penelitian.

D. Pembahasan

Terciptanya media belajar berbentuk quis yang sesuai untuk implementasi model pembelajaran interaktive problem solving sebagai indikator ketercapaian penelitian telah Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 294 terlaksana hingga siklus 3 dalam penelitian ini. Dari siklus 1 terdapat banyak kelemahan media pembelajaran yang diperbaiki dalam siklus 2. Setelah pelaksanaan siklus 2 selesai ternyata masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki. Dari kesimpulan siklus 3 ternyata indikator keberhasilan penelitian telah tercapai. Dari skor angket yang diberikan kepada mahasiswa diketahui bahwa bentuk media yang dihasilkan dari siklus 3 memiliki angka tertinggi. Meskipun demikian untuk implementasi media pembelajaran tersebut perlu mengkombinasikan hasil dari siklus 2 dengan siklus 3. Secara lengkap, kriteria media pembelajaran yang sesuai untuk implementasi model pembelajaran interaktive problem solving antara lain : 1 tingkat kesulitan dibuat dalam tataran cukup, 2 aAlokasi waktu sebaiknya diterapkan untuk total soal bukan untuk masing-masing soal, 3 sebaiknya kunci jawaban tidak perlu ditampilkan, sebab justru akan menurunkan motivasi mahasiswa untuk mengunakan media secara berulang-ulang. Apabila tanpa kunci jawaban disembunyikan akan membuat mahasiswa penasaran sehingga mencoba mengulang-ulang quiz hingga menemukan jawaban yang benar. Penggunaan media secara berulang akan menguntungkan sebab dapat memperkuat pemahaman dan daya ingat mahasiswa terhadap materi yang dipelajarinya, 4 bentuk soal sebaiknya dibuat bervariasi, antara lain dengan singgle choice maupun multiple choice, 50 apabila dikehendaki dibuat bentuk soal essai, sebaiknya mempertimbangkan segala kemungkinan jawaban benar yang mungkin disampaikan oleh mahasiswa. Hal ini tentunya sangat merepotkan pembuat media. Dalam implementasi model pembelajaran interaktive problem solving menggunakan quiz interaktif menggunakan software courselab versi 2.4 ini mengalami beberapa kendala yang bisa dianulir seminimal mungkin dalam penelitian ini, antara lain: 1 hasil dari aplikasi courselab yang belum dipublish hanya bisa dijalankan pada komputer yang sudah terinstall program course lab. Oleh karena itu supaya tidak merepotkan mahasiswa yang akan menggunakan program tersebut, maka harus dipublish terlebih dahulu menjadi bentuk lain yang mudah dijalankan di komputer yang belum terinstall courselab. Salah satu bentuk yang mudah dijalankan adalah dalam format html. Dengan format html maka media pembelajaran dapat dijalankan di semua komputer yang sudah ada operating systemnya seperti windows, linux, maxOS, apple, Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 295 dll. Hampir disemua operating system sudah terdapat aplikasi browser yang dapat digunakan untuk menjalankan media interaktif ini, 2 pada proses loading media pembelajaran ini yang sudah dipublish dalam bentuk html, biasanya akan menemui beberapa peringatan error ataupun program yang diblok. Untuk mengatasinya, aplikasi browser yang digunakan untuk menjalankan media pembelajaran ini harus diatur tingkat keamannya security setting pada tingkat rendah, 3 pemakaian program courselab harus dilakukan dengan hati-hati mengingat sifat aplikasi ini yang lain dari aplikasi pada umumnya. Setiap perubahan yang dilakukan dalam desain media pembelajaran dengan courselab akan tersimpan secara otomatis. Apabila melakukan perubahan yang tidak disengaja disarankan segera membatalkannya sebelum tersimpan dalam data, 5 distribusi file kepada mahasiswa dalam format html akan memakan waktu yang cukup lama mengingat jumlah file yang banyak meskipun hanya dalam ukuran yang kecil. Oleh karena itu sebelum didistribusikan sebaiknya dikompres duli dalam bentuk zip, rar atau yang lain. Dari ketiga siklus dalam penelitian ini diketahui bahwa terdapat kenaikan rerata prestasi belajar mahasiswa walaupun dalam jumlah yang sedikit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran interactive problem solving dengan bantuan aplikasi software courselab versi 2.4 dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Rendahnya peningkatan prestasi belajar tersebut disebabkan banyaknya faktor lain yang mempengaruhi proses belajar mengajar mahasiswa. Salah satunya adalah waktu proses belajar mengajar yang diletakkan pada siang hari pukul 13.00-14.40 dimana pada jam itu konsentrasi belajar mahasiswa sudah menurun.

E. Kesimpulan

1. Desain Media Pembelajaran dengan software courselab versi 2.4 yang sesuai untuk implementasi model pembelajaran Interaktif Problem Solving adalah seperti yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu: tingkat kesulitan dibuat dalam tataran cukup, alokasi waktu diterapkan untuk pertanyaan secara keseluruhan tanpa diperinci dengan alokasi waktu untuk tiap-tiap soal, kunci jawaban tidak perlu ditampilkan, dan bentuk soal dibuat bervariasi Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 296 2. Kendala yang dihadapi dalam implementasi model pembelajaran Interactive Problem Solving pada mata kuliah matematika hanya pada format file, tingkat keamanan aplikasi browser, auto saving Course Lab, dan pendistribusian file. Semua hambatan tersebut telah dapat diatasi dalam penelitian ini. 3. Dengan menerapkan model pembelajaran Interactive Problem Solving menggunakan software courselab versi 2.4 terbukti dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mencapai kompetensi Mata Kuliah Matematika. DAFTAR PUSTAKA Aria Gusti. 2009. Langkah-langkah dalam pemecahan Masalah. Diakses tanggal 20 April 2009 dari http:ariagusti.files.wordpress.com2008 12023_langkah- langkah-pemecahan-masalah11.pdf Arief Achmad. 2006. Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pendidikan IPS di Tingkat Persekolahan . Diakses tanggal 12 Desember 2008 dari http:re-searchengines.com0805arief6.html . Harsono. 2004. Pengalaman inovasi pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM. Makalah Seminar ‖Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaranμ Pendekatan Problem-Based Learning berbasis ICT Information and Communication Technology‖, 1552004, Yogyakarta. Harsono. 2008. Kearifan dalam transformasi pembelajaran: dari teacher-centered ke student-centered learning . Makalah. Tidak diterbitkan Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematika. Malang : JICA. Nugroho, LE. 2004. Teknologi informasi dalam PBL untuk bidang keteknikan. Makalah Seminar ‖Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaranμ Pendekatan Problem-Based Learning berbasis ICT Information and Communication Technology‖, 1552004, Yogyakarta. Nurita Putranti 2007. Pengajaran Tutor Teman Sebaya. Diakses tanggal 12 Desember 2008 dari http:nuritaputranti.wordpress.com20070802 tutor-sebaya Nuryadin Eko Raharjo. 2007. Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Bidang Matematika Teknik Sipil Melalui Pembelajaran Realistic Mathematics Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 297 Education . Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Nuryadin Eko Raharjo. 2008. Uji Kemanfaatan Web Based Learning Untuk Meningkatkan Efektivitas Perkuliahan Matematika Dan Fisika . Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Panggih Priyanto Dwi Atmojo. 2008. Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif dengan Course Lab. Bahan Pelatihan. Tidak diterbikan. Sukoriyanto. 2001. Langkah-langkah dalam Pengajaran Matematika dengan Menggunakan Penyelesaian Masalah . Dalam Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. Malang : JICA. Suradijono, SHR. 2004. Problem-based learning: Apa dan bagaimana? Makalah Seminar ‖Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan Problem- Based Learning berba sis ICT Information and Communication Technology‖, 1552004, Yogyakarta. Tim PPPG Matematika. 2005. Materi Pembinaan Matematika. Yogyakarta : Depdikbud. Tridoyo Kusumastanto. 2007. Etika Akademik Menuju World Class University. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 298 PEMBELAJARAN SOAL MATEMATIKA BENTUK CERITA DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SD P. Sarjiman UPP 1 PGSD FIP UNY Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1 meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita, 2 meningkatkan prestasi siswa melalui strategi penyelesaian, sesuai dengan jenis soalnya, 3 mengetahui bagaimana proses pembelajaran penyelesaian bentuk cerita dengan pendekatan pemecahan masalah serta respon siswa terhadap model pembelajaran tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan action research. Tahapan penelitian tersebut meliputi perencanaa planning tindakan action, observasi observation, dan refleksi reflection. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal tes awal dan akhir tindakan. serta ditambah pula instrumen untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran. Analisis data dengan menggunakan kualitatif interpretatif untuk data kualitatif dan statistik deskriptif untuk data kuantitatif. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SDN Kota Gede V Yogyakarta, yang banyaknya 32 siswa. Penelitian Ini berlangsung dua siklus; siklus pertama berlangsung dua pertemuan, sedangkan siklus ke dua cukup satu pertemuan. Pada siklus 1, hasilnya masih relatif mengecewakan, rata-rata hasil tes akhir tindakan belum sesuai dengan harapan; yaitu 61, 25 dari kondisi awal sebelum diadakan tindakan rata-rata 41; sedangkan pada siklus ke dua sudah mencapai rata-rata 73,8 dari criteria yang ditetapkan 70 pada rentang skor antara 0 -100. Demikian pula, pada siklus ke satu, respon siswa dan pengelolaan kelas belum sesuai harapan dan kriteria yang diharapkan. Proses pembelajaran juga belum sesuai dengan perencanaan dan harapan peneliti. Siklus ke dua sudah berjalan dengan baik sesuai dengan harapan. Proses pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan dan harapan peneliti; yaitu diskusi kelompok yang hidup dalam mengerjakan LKS dan ditutup dengan evaluasi individual. Variasi pembelajaran dan permasalahan dalam soal cerita dapat diselesaikan siswa sesuai dengan strategi penyelesaiannya. Keberhasilan pembelajaran soal matematika dengan pendekatan pemecahan masalah ini, dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran. Kata kunci : Soal matematika bentuk cerita, pemecahan masalah dan prestasi siswa. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 299

A. Pendahuluan

Soal matematika bentuk cerita merupakan aplikasi konsep-konsep matematika dalam kehidupan nyata sehari-hari. Banyak siswa SD yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika SD bentuk cerita. Informasi dan data yang dapat diperoleh antara lain prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika baik di tingkat SD, SLTP maupun SLTA pada umumnya rendah, lebih-lebih prestasi mereka dalam menyelesaikan soal bentuk uraian atau esei yang dalam bentuk matematika berupa soal cerita Wakiman, 1995: 1 . Pernyataan senada yang lain mengemukakan bahwa pada waktu mengerjakan soal pada umumnya siswa mengeluh ketika dihadapkan pada soal cerita Sardjono : 1986: 22. Demikian pula hasil penelitian Wakiman 1995 : 28 terhadap mahasiswa PGSD D-II Penyetaraan Tatap Muka FIP IKIP Yogyakarta angkatan tahun 1993 menunjukkan bahwa pemahaman terhadap soal- soal matematika bentuk cerita masih rendah. Endang Retno Winarti 1998:3 yang meneliti jenis-jenis kesalahan mahasiswa PGSD dalam menyelesaikan soal matematika menemukan bahwa kesalahan yang terbesar adalah dalam mengerjakan soal-soal yang berbentuk uraian cerita, khususnya pada soal-soal penerapan yang kebanyakan tentang pemecahan masalah. Dia menyebutkan bahwa kesalahan menerjemahkan, memahami dan memecahkan permasalahan masih dominan. Demikian pula yang terjadi di lapangan, dari pengalaman peneliti sewaktu membimbing mahasiswa PGSD menjalani PPL di SD, khususnya di SDN Kota Gede 5 Yogyakarta, materi matematika yang sebagian besar kurang dikuasai siswa SD adalah soal matematika bentuk cerita. Menurutnya, materi seperti pecahan dan geometri juga menjadi masalah bagi anak SD, selain soal bentuk cerita. Namun demikian, peneliti lebih mengkonsentrasikan pada soal bentuk cerita sebagai fokus penelitian sebab soal bentuk cerita merupakan aplikasi ilmu dalam kehidupan nyata. Siswa akan merasakan manfaatnya belajar matematika jika mampu menerapkan konsep dan pengetahuan matematika dalam kehidupan. Hampir tidak ada pembelajaran yang secara terencana dilaksanakan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap strategi pemecahan masalah. Yuwono, 2001:5. Padahal, di negara maju seperti Amerika Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 300 serikat, Jepang dan Singapura, kegiatan tersebut merupakan inti dari kegiatan pembelajaran matematika sekolah. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika tertera pada pernyataan As‘ari 1λλ2μ22 bahwa pemecahan masalah merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pengajaran matematika. Kennedy dan Tipps 1994: 137, juga menyatakan bahwa matematika bukan hanya dilihat sebagai kumpulan konsep- konsep dan fakta, akan tetapi merupakan proses yang dipelajari dan kemudian diterapkan untuk mencari selesaian suatu permasalahan. Menurut Abdullah 2000: 37, salah satu tujuan utama belajar matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah. Lebih lanjut Branca dalam Alam Pathuddin , 2002: 60 menegaskan bahwa: 1 kemampuan pemecahan masalah adalah merupakan tujuan umum dan kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian, pemecahan masalah memiliki peran penting dan inti dalam pembelajaran matematika. Terdapat beberapa bukti empirik yang menunujukkan bahwa pembelajaran matematika melalui pemecahan masalah menunjukkan hasil yang positif. Penelitian Guernon dan Wooten dalam Sudjimat, 2000:7 mengemukakan bahwa kelompok siswa yang diajar melalui pemecahan masalah memiliki skor kemampuan memecahkan masalah yang lebih tinggi dari pada kelompok yang tidak diajar melalui pemecahan masalah. Penelitian serupa dilakukan oleh Priatna 2000:45 menunjukkan bahwa pendekatan melalui pemecahan masalah secara signifikan lebih baik dari pada pendekatan konvensional. Berdasarkan pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika , dan permasalahan yang terjadi di SDN Kota Gede 5, maka peneliti terpanggil untuk mengadakan pembelajaran soal matematika bentuk cerita dengan pendekatan pemecahan masalah. Dari latar belakang dan persoalan terurai di depan, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan seperti berikut ini. Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 301 1. Apakah pembelajaran melalui pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bagaimana menyelesaikan sola matematika bentuk cerita ? 2. Apakah pembelajaran soal matematika bentuk cerita dengan pendekatan pemecahan masalah mampu meningkatkan prestasi siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika bentuk cerita? 3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah ?

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini berusaha mendeskripsikan proses pembelajaran soal bentuk cerita yang dapat memudahkan dan sekaligus meningkatkan pemahaman dan strategi siswa dalam memecahkan masalah yang terdapat dalam soal matematika bentuk cerita. Untuk mengungkapkan proses pembelajaran tersebut peneliti mengumpulkan dan menangkap data yang berupa fenomena dan bahasa verbal kata-kata, kalimat, ungkapan serta sekedar data kuantitatif yang merupakan hasil tes guna mendukung data kualitatif yang berupa bahasa verbal. . Data yang terkumpul ini dianalisis secara induktif dan kualitatif interpretatif. Peneliti terlibat langsung dan bekerja secara kolaboratif dengan guru kelas sebagai pelaksana pembelajaran. Peneliti bersama-sama guru kelas merencanakan dan menyiapkan media pembelajaran. Pada waktu pelajaran berlangsung , peneliti bersama- sama dengan kepala sekolah mengobservasi proses pembelajaran. Peneliti berperan sebagai instrumen utama, dan sekaligus penganalisis data serta pembuat keputusan, apakah proses pembelajaran yang telah berlangsung sudah berhasil atau belum. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan action research. Sekolah Dasar Negeri Kota Gede 5 Yogyakarta adalah sebagai tempat dilaksanakannya penelitian tindakan . Peneliti memilih lokasi tersebut, karena memang Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 302 SD tersebut yang mengalami permasalahan pembelajaran soal matematika bentuk cerita terutama di kelas V. Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif yang berupa hasil observasi tentang jalannya proses pembelajaran: metode pembelajaran guru, respon siswa terhadap metode pembelajaran; aktivitas siswa terhadap metode pembelajaran dan kerja siswa terhadap LKS yang disediakan. Di samping itu, dilengkapi pula dengan interview dengan siswa, dan guru dan sebagai pendukung diambil data kuantitatif dari hasil tes sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan..

2. Teknik Pengumpulan Data.

Peneliti bersama kepala sekolah melakukan observasi terhadap guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilaksanaka terhadap guru yaitu bagaimana guru menyampaikan dan mengelola pembelajaran serta terhadap siswa; yaitu bagaimana reaksi dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan observasi akan digunakan pedoman observasi yang bersifat fleksibel baik pedoman untuk guru maupun. Interview dilaksanakan agar memperoleh gambaran yang mendalamtentang pemahaman siswa, kesulitan-kesulitan yang dialami siswa baik pada tingkat pemahaman maupun dalam menyelesaikan soal-soal serta respon dan tanggapan siswa tentang pembelajaran dengan pemecahan masalah. Demikian pula guru sebagai pelaksana pembelajaran selain diamati bagaimana mengelola dan menyampaikan pembelajaran, juga dimintai kesan dan pendapatnya tentang pembelajaran soal cerita dengan pemecahan masalah. Untuk mendapatkan data kuantitatif tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal bentuk cerita, maka diadakan tes. Tes dilaksanakan sebelum dan sesudah diadakan tindakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedakan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diadakan tindakan.