Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
445
D. Hitungan Koreksi PCA
Pada mode EOP, ada sejumlah bahan yang masuk lubang pipa modul OR sehingga PCA berubah dari rencana semula. Oleh sebab itu dilakukan koreksi jumlah
komponen-
2
adukan. Hitungan setelah koreksi, ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen-komponen adukan beton setelah dikoreksi
No .
Nama beton percobaan
Komponen-komponen beton gram Kode
benda uji Jumla
h BU
bj seme
n pasir krikil
LoG 205
LoG 259
Air mℓ
1 B. NORMAL 2800 3640 6440 –
–
1400
BN
1-3
3 2
B. ORASA RPA-0,4.V
2878 3742 3864,
16
350,07 815,66 1439 BL-04V
1- 5
5 3
B. ORASA RPA-0,6.V
2918 3793 2575,
92
525,16 1223,63 1459 BL-06V
1- 5
5 4
B. ORASA RPA-0,8.V
2956 3843 1287,
96
700,22 1631,50 1478 BL-08V
1- 5
5 5
B. ORASA RPA-1,0.V
2995 3895 –
875,27 2039,38 1498 BL-10V
1- 5
5 TOTAL JUMLAH BENDA UJI
23 Catatan:
BU = benda uji
B = beton BL = Beton LoG
BN = Beton Normal
bj = biji
E. Pemeriksaan Agregat
Pemeriksaan agregat meliputi pemeriksaan agregat halus, pemeriksaan agregat kasar krikil, dan pemeriksaan agregat kasar pengganti ORASA. Hasil pemeriksaan
tersebut dapat diperiksa pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pemeriksaan krikil dan ORASA
No .
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan
1 Nama dan asal bahan Pasr K.
Progo Krikil K.
Clereng ORASA
205 ORASA
259 2 Kadar air
2,580 2,620
1,750 1,850
3 Berat jenis kering muka SSD
2,664 2,789
2,789 2,789
4 Penyerapan 1,989
1.276 1,499
1,499 5 Berat isi grcm
3
1,328 1,316
1,353 1,361
6 Modulus halus butir mhb 2,995
7 Kandungan lumpur 1,430
F. Pengujian Beton
ORASA LoG –2G
Pengujian beton ORASA LoG –2G meliputi pengujian berat satuan BS
betonnya dan kuat tekan KT,. Hasil pengujian tersebut ditabelkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengujian Beton ORASA LoG
– 2G dan Beton Normal Nama Beton
Eksperimenta l
Kode Benda
Uji A
cm
2
V cm
3
Berat gram
BS grcm
3
BS Rata-
2
grcm
3
KT kgcm
2
KT Rata-
2
kgcm
2
BETON NORMAL
BN
1
176,7 2
5301,4 5
12480 2,3541 2,3253
260,623 268,7632
BN
2
178,8 4
5347,3 7
12350 2,3095 267,722
4 BN
3
177,1 9
5297,8 8
12250 2,3122 277,944
3
BETON BL-
0,4.V
1
176,7 2
5303,2 2
12100 2,2816 2,2824
212,885 2
212,3364
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
446
Ref.
26,88 MPa
19,87 MPa 20,02 MPa
20,73 MPa 21,23 MPa
30
MPa
30
MPa
10
MPa
10
MPa KT MPa
BN BL-0,4.V
BL-0,6.V BL-0,8.V
BL-1,0.V
=
Beton Normal
ORASA LoG- 2
G RPA- 0,4.V
BL- 0,4.V
2
175,5 4
5239,8 4
11990 2,2882 210,414
9 BL-
0,4.V
3
176,4 8
5297,9 1
11980 2,2613 210,585
4 BL-
0,4.V
4
177,6 6
5347,5 3
12080 2,2590 211,754
3 BL-
0,4.V
5
174,1 3
5232,6 9
12150 2,3219 216,042
2
BETON ORASA LoG-
2 G RPA-
0,6.V BL-
0,6.V
1
176,0 1
5283,7 9
11100 2,1008 2,1339
208,557 7
207,3159 BL-
0,6.V
2
176,4 8
5304,9 7
11350 2,1395 209,293
5 BL-
0,6.V
3
176,9 5
5358,0 7
11120 2,0754 211,313
1 BL-
0,6.V
4
179,3 2
5397,4 2
11780 2,1825 204,710
9 BL-
0,6.V
5
178,8 4
5374,2 11670 2,1715
202,704 1
BETON ORASA LoG-
2 G RPA-
0,8.V BL-
0,8.V
1
176,9 5
5306,7 5
10560 1,9899 1,9845
201,005 1
200,1552 BL-
0,8.V
2
177,4 2
5333,3 2
10700 2,0063 200,470
6 BL-
0,8.V
3
176,9 5
5329,7 6
10180 1,9100 201,005
1 BL-
0,8.V
4
177,6 6
5336,8 7
10940 2,0499 200,204
1 BL-
0,8.V
5
179,5 5
5406,3 6
10630 1,9662 198,091
1
BETON ORASA LoG-
2 G RPA-
1,0.V BL-
1,0.V
1
177,1 9
5333,3 2
10410 1,9519 1,9288
194,303 7
198,6375 BL-
1,0.V
2
177,6 6
5343,9 7
10280 1,9237 197,637
3 BL-
1,0.V
3
176,7 2
5310,2 9
10200 1,9208 201,273
2 BL-
1,0.V
4
176,9 5
5326,2 2
10340 1,9413 197,139
7 BL-
1,0.V
5
176,4 8
5292,6 2
10090 1,9064 202,833
8 Catatan:
A = luas tampang bu cm
2
V = volume BU cm
3
BS =
Berat Satuan KT = Kuat Tekan Dari Tabel 4. dapat dilaporkan bahwa berdasarkan BS yang diperoleh, maka
beton ORASA LoG –2G mempunyai BS antara 2,2824–1,9288 gramcm
3
pada berbagai RPA, dibanding beton normal dengan BS = 2,3253 gramcm
3
. Sedangkan KT antara 212,3364
– 198,6375 kgcm
2
. Hasil ini menunjukkan bahwa beton ORASA LoG
–2G dapat dikelompokkan ke dalam beton semi ringan Harianto, 2007. Sedangkan ditinjau
dari KT-nya, maka beton ORASA LoG –2G ini masuk kelompok beton normal Neville
dalam Adinor, 2003. Hasil tersebut bersama letaknya pada zona Neviile, ditampilkan pada Gambar 5. di bawah ini.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
447
1,9288 2,2824
2,2564 1,9536
B: Harianto: ORASA LoG-2G BS
= 1,9288 – 2,2824
C: Subagiyo: ORASA LoG 205 BS
= 2,1738 2,1738
4 A:
Ariyanto: ORASA HiG 2517 BS = 1,9536
– 2,2564
Ref. BS
= berat satuan
Gambar 5. Nilai KT beton percobaan dan letaknya pada zona Neville
Dibandingkan dengan hasil penelitian dari Subagiyo Subagiyo, 2010 dan Ariyanto Ariyanto, 2010 dengan status dan parameter penelitian yang hampir sama,
diperoleh hasil BS seperti ditunjukkan pada Gambar 6. berikut ini
A B C Gambar 6. Nilai BS beton
ORASA pada beberapa laporan IV. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebagaimana tersebut di muka, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Beton ORASA LoG –2G memiliki kuat tekan yang masih cukup baik dan
tergolong beton normal serta dapat digunakan sebagai beton struktural. 2. Berat Satuan beton ORASA LoG
–2G lebih rendah dari pada beton normal, dan termasuk kategori beton semi ringan.
3. Kuat Tekan KT beton ORASA LoG –2G lebih tinggi dibanding KT beton
ORASA LoG 205 .
4. Teknologi Rekayasa beton ORASA dapat diterima dan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal SK SNI T –
15 – 1990 – 03, Departemen Pekerjaan Umum Bandung, Bandung.
Adinor, Yohanes, Kristiono, 2003, Beton Mutu Tinggi Dengan Substitusi Fly Ash –PPC
Ditinjau Kuat Tekan Pasca Kebakaran , Tugas Akhir S1, Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta. Ariyanto, Iwan, 2010. Kajian Penggunaan Campuran Bubuk Batu Apung-Semen
Sebagai ASF Artificial Stone Filler pada Beton HiG 2517 Dengan Mode OOP.
Tugas Akhir S1, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra,
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
448
Yogyakarta. Harianto, Setijadi, 2007, Peneguhan Metoda Pembuatan Agregat OR-PVC O-Ring
Poly Vinyl Chloride Untuk Beton OR-ASA O-Ring PVC Artificial Stone
Aggregate , LP3M UJB, Yogyakarta.
Harianto, Setijadi; Suhardiman, Mudji, 2008, Studi Eksperimental Beton Substitusi Menggunakan Agregat O-Ring PVC-ASA
O-Ring PVC-Artificial Stone Aggregate, KOP. V, Yogyakarta.
Harianto, Setijadi, 2009, Studi Embrio Agregat Cocoon Cocoon-Artificial Stone Aggregate
Berbasis Modul OR-PVC, KOP. V, Yogyakarta. Harianto, Setijadi; Suhardiman, Mudji, 2010, Klas dan Spesifikasi Modul O-Ring pada
Substitusi Agregat Halus dan Kasar Beton ORASA , LP3M UJB, Yogyakarta.
Imran, Iswandi, 2003, Pengenalan Rekayasa Bahan Konstruksi. Catatan Kuliah, Penerbit ITB, Bandung.
Khanapi, 2002, Pecahan Genteng Dari Kebumen Sebagai Pengganti Agregat Kasar Beton Dengan Variasi Penambahan Plastocrete-N Ditinjau Permeabilitas dan Kuat
Tekan,
Tugas Akhir S1, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta.
Pringgodigdo P, Akbar, 2010. Studi Eksperimental Beton Substitusi Menggunakan Modul HiGrade O-Ring dari Bambu Mini dengan Mode EOP
, Tugas Akhir S-1, Klas Paralel, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra,
Yogyakarta.
Subagiyo, Untung, 2010, Studi Eksperimental Beton Voided Cell Menggunakan Modul LoGrade O-Ring
, Tugas Akhir S-1, Klas Paralel, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, Kardiyono, 1996, Teknologi Beton, Buku Ajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
449
KENDALI FASA THYRISTOR DAN TRIAC TANPA TEGANGAN EKSTERNAL
UNTUK PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA
Drs. S u n o m o, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
FT UNY
Abstrak
Penggunaan IC TCA 785 dan trafo pulsa dari Siemens sebagai kendali fasa thyristor dan triac dalam praktikum Elektronika Daya di Jurusan Pendidikan
Teknik Elektro UNY selain mahal, juga sulit diperbaiki jika terjadi kerusakan pada trafo pulsanya Penelitian ini bertujuan merancang untai sistem kendali fasa
thyristor SCRTriac tanpa trafo penurun tegangan dan tanpa tegangan apa pun dari luar eksternal, serta dibangun dari komponen elektronika yang murah dan
mudah diperoleh di pasaran sabagai alternatifnya, mangacu pada keterbatasan hasil penelitian Haryanto 2005 maupun Herlambang Sigit 2007 yang menggunakan
IC 555 dan kopling optis MOC 3021.
Modul dari penelitian dengan metode eksperimen ini digunakan untuk memicu dua thyristorSCR dalam hubungan antiparalel, SCR dalam untai
sistem penyearah jembatan berkendali setengah dan triac pada tegangan jaringan 45 volt bolak balik seperti halnya pada untai TCA 785 yang digunakan dalam
praktikum Elektronika Daya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul yang dibuat ini mampu: melakukan kendali fasa gelombang tegangan satu fasa dengan sudut picu
0o-180o dan 180o-360o pada TRIAC, dengan hasil picu 9
o
untuk pengaturan picu sudut 0
o
,
o
-180
o
dan 180
o
-360
o
pada SCR dalam hubungan antiparalel, dengan hasil picu 9
o
untuk pengaturan picu sudut 0
o
, 0
o
-180
o
pada SCR dalam hubungan jembatan berkendali setengah, dengan hasil picu 0
o
untuk pengaturan picu sudut 0
o
Kata kunci
: Kendali fasa, thyristor SCR, triac
B. Pendahuluan
Penelitian ini berangkat dari keinginan untuk memperbaiki kinerja sistem pemicu optis untuk kendali fasa thyrsitor SCR dan Triac yang dibangun dari pasangan
IC 555-MOC 3021 hasil penelitian Haryanto 2005 maupun Herlambang Sigit 2007, serta modul TCA 785 produksi VEDC malang 2000 yang saat ini digunakan di
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNY, juga dari Philips semiconductors tth. yang menggunakan gabungan IC TDA1023-NE555. Dari segi ekonomi, modul hasil
penelitian ini dibuat dari komponen elektronik yang banyak tersedia di Yogyakarta dan murah dibandingkan IC TCA 785 dan TDA 1023. Dari segi kepraktisan, memiliki
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
450
keunggulan dalam pengoperasiannya, karena tidak membutuhkan hubungan ke catu daya searah dan tanpa transformator catu, tetapi langsung dihubung ke tegangan
jaringan sesuai dengan nilai yang disediakan untuk praktikum kendali elektronis dengan modul TCA, yakni 45V
rms
, sementara modul TCA buatan VEDC Malang masih membutuhkan koneksi ke tegangan 15 volt searah. Dengan performa yang telah
dikemukakan, modul praktikum ini dapat disebut tanpa tegangan eksternal, yakni pasang hubungkan masukan ke tegangan jaringan dan keluaran ke SCR TRIAC dan
langsung dioperasikan melalui potensiometer untuk mengendalikan sudut fasa penyalaan SCRTRIAC plug and play. Kemungkinan bagi perkembangan penelitian
ini adalah penggunaannya dalam sistem tiga fasa. Karena sistem pengaturan sudut fasa seperti halnya pada IC TCA 785 dari Siemens semiconductor Jerman, maka untuk
mengatur sudut picu kendali tiga fasa, cukup dilakukan melalui sebuah potensiometer saja.
Hasil penelitian Haryanto 2005 menunjukkan bahwa; tanpa adanya untai kompensasi di sistem penyinkron jaringan pada pemicu IC 555. Pengendalian daya
beban melalui SCR untuk pengaturan pemicuan sudut 0
o
, diperoleh sudut terkecil 13,5
o
, sementara pada TCA 785, dapat diperoleh sudut terkecil 0
o
. Herlambang Sigit 2007 memperbaikinya dengan mendorong sinkronisasi pada kedudukan sebelum gelombang
penyinkron mencapai 0
o
sehingga hasil pemicuan sudut nol bisa benar-benar didekati. Jika ada pergeseran pemicuan jika masih ada hanya mungkin disebabkan oleh
waktu ‗on‘ minimal bagi SCR dan TRIAC-nya. Masalahnya di sini, Herlambang Sigit masih menggunakan trafo penurun tegangan dari 220 volt untuk mentenagai sistem
pemicunya sehingga tidak efisien dan boros biaya jika sistem digunakan untuk modul praktikum yang menggunakan tegangan sumber bolak balik 45 volt.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
451
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah eksperimen laboratorium. melalui pembuatan tiga unit eksperimen yang disebut modul eksperimen, yang pengamatan kinerjanya didukung
dengan beberapa peralatan bantu dan instrumen ukur. Untai circuit
Gambar 1. Untai yang didesain dan diteli eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2 menyatakan bentuk
fisiknya.Tegangan sumber uji berupa transformator penurun tegangan 220 volt bolak- balik ke 45 volt bolak-balik, sesuai dengan kondisi praktikum dan tegangan operasional
modul praktikum buatan VEDC Malang. Beban uji berupa
6V8
12V 6V8
4V7
+
1000 uF 50V
+
1000 uF 50V
+
100 uF 103
103 0,22uF
1N4148 1N4148
1N4148
1N4148 1N4007
1N4007 1N4007
sumber bolak-balik 5k6
15k
5k6 15k
6k8 4k7
2k2 1k
3k3
BC547B
BC547B .
BC547B BC 547B
BC 547B 2SC1507
MOC3021 1
2
6 4
MOC3021 1
2
6 4
1k5
1k5 22k
6k8 3k3
6k8 4k7
2k2
3k3 22k
1k BC557B
BC 557B 1k5
1k
1k5
1k Gate
AnodaMT2
AnodaMT2 KatodaMT1
KatodaMT1 Gate
3k3 18k
3k3 6k8
pengatur sudut picu 3k9
1k 6k8
120k 22k
LED -
+ LM311
2 3
7
5 6
4 1
8
- +
LM311 2
3 7
5 6
4 1
8
saklar Picu TRIAC
5k BC547B
BC557B masukan 45 volt
10k +11,5V
+11,5 V +11,5 V
BC557B
BC557B 8k2
8k2 3k3
3k3 A
A
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
452
Gambar 2. Untai yang yang sudah dirakit dan dalam proses pengujian kinerja
Gambar 3 Diagram blok pengamatan lampu pijar 60 watt 220 volt. Instrumen ukur pokok adalah Osiloskop analog Kikusui
dua kanal model 5520, 30MHz osiloskop digital dua kanal merk Tektronik TDS 212; 1 Gss yang memiliki kinerja jauh lebih bagus dan digunakan dalam penelitian
Herlambang Sigit saat ini dalam kondisi rusak, pengambilan gambar dilakukan dengan kamera digital 8,1 megapixel Nikon tipe coolpix 19.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakulats teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Diagram blok pengamatannya
Trafo penurun tegangan bolak-
balik 220V45V 3A
Modul pemicu tanpa tegangan eksternal
Modul SCRTriac dan
beban lampu
Osiloskop analog Kikusui 5520
30MHz Kamera digital
Nikon coolpix L19
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
453
diilustrasikan di Gambar 3. Proses pengujian mengacu pada topik praktikum elektronika daya, yakni: melakukan kendali fasa gelombang tegangan satu fasa dengan
sudut picu 0
o
-180
o
dan 180
o
-360
o
pada TRIAC, dengan sudut picu
o
-180
o
dan 180
o
- 360
o
pada SCR dalam hubungan antiparalel dan dengan sudut picu 0
o
-180
o
pada SCR dalam hubungan jembatan berkendali setengah.
Modul lengkap untuk memenuhi seluruh proses pengujian tertuang pada Gambar 4 tampak depan dan Gambar 5 tampak belakang.
D. Hasil Dan Pembahasan
Hasil penelitian disajikan dalam gambar foto-foto gelombang listrik seperti diilustrasikan dari Gambar 6a sampai dengan Gambar 20. Sebagai pembanding,
diberikan pula hasil kinerja sistem pemicu dengan IC TCA 785. Jika dicermati, perbedaannya memang hanya terjadi pada pemicuan sudut nol karena konsekuensi
penggunaan diac optokopler. Hasil pemicuan pada pemicuan sudut 180
o
dimunculkan untuk membuktikan bahwa pengaturan sudut picunya bekerja baik, artinya tidak ada sudut picu tersisa yang tidak bisa dijangkau oleh sistem pengatur
picunya
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
454
Gambar 4. Modul Lengkap hasil penelitian tampak depan
Gambar 5. Modul Lengkap hasil penelitian tampak belakang
1.Kendali fasa pada TRIAC
a b
Gambar 6. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 0
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
455
a b Gambar 7. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 45
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
a b Gambar 8. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 90
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
a b Gambar 9. Tegangan beban hasil pengendalian daya melalui Triac pada sudut
picu 135
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
456
Gambar 10. Tegangan beban hasil pengendalian daya melalui Triac pada sudut picu 180
o
oleh modul sistem hasil penelitian,
2.Pada SCR dalam hubungan antiparalel
a b Gambar 11. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 0
o
a,oleh modul
sistem hasil
penelitian,
b oleh
modul TCA 785
a b Gambar 12. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 45
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
a b Gambar 13. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 90
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
457
a b Gambar 14. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 135
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
Gambar 15. Tegangan beban hasil pengendalian daya melalui SCR dalam hubungan ant paralel sudut picu 180
o
oleh modul sistem hasil penelitian,
3. Pada SCR dalam hubungan jembatan berkendali setengah
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
458
a b Gambar 16. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 0
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
a b Gambar 17. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 45
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785
a b Gambar 18. Tegangan beban hasil pengendalian daya pada sudut picu 90
o
a,oleh modul sistem hasil penelitian, b oleh modul TCA 785