Setelah 6 jam, cetakan dibuka dan biokomposit diambil dari cetakan.

Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 433 alam dipelajari dengan pengukuran sudut kontak antara keduanya. Semakin kecil sudut kontak berarti Wettability semakin tinggi karena matriks sebagai media adesif mempunyai kemampuan untuk mengatur pembasahan secara optimal pada permukaan substrat. Menurut Franco dan González [12] bahwa pembasahan baik akan terjadi apabila energi permukaan benda yang dibasahi lebih rendah dari cairan. Menurut Dorn [13], sudut kontak optimal adalah kurang dari 30 o . Perilaku matriks pada serat akan menyebar bila sudut kontak 0 o , baik bila kurang dari 90 , rendah bila sama dengan 90 dan tidak mampu membasahi bila 180 . Gambar 12. Sudut kontak antara matriks alam dan serat rami Pengukuran sudut kontak θ seperti terlihat pada Gambar 12 menunjukkan hasil bahwa 90 sudut kontak bernilai 20 o θ ≤ 30 o dan 10 bernilai 10 o θ ≤ 20 o dan tidak ditemukan sudut kontak dibawah 10 o . Hal yang sama juga terjadi antara rami-epoksi dan rami-polipropilen yang tidak ditemukan sudut kontak dibawah 10 o tetapi antara 20 o hingga 55 o [14]. Apabila dibandingkan dengan rami-epoksi dan rami-polipropilen, sudut kontak rami-matlac memiliki nilai relatif lebih kecil yaitu antara 20 o -30 o , sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi pembasahan yang sempurna antara matriks Matlac dengan serat rami dan hal ini mengindikasikan kekuatan adesi yang baik. KESIMPULAN Sekresi kutu lak SKL dapat direkayasa menjadi matriks alam Matlac untuk biokomposit. Spiritus berfungsi sebagai ―alat transport‖ untuk mencapai persyaratan matriks komposit yaitu dengan membantu pencairan SKL sehingga dapat membungkus serat dengan sempurna dan daya adesi baik dengan indikator sudut kontak matlac-rami 30 o . Kekuatan tarik biokomposit yang diperkuat 60 anyaman serat rami 0900 adalah 87 MPa yang setara dengan biokomposit sejenis. Jadi matriks Matlac ini mempunyai potensi menjadi biokomposit dengan bahan dasar 100 natural atau ―green composite‖ Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 434 ACKNOWLEDGEMENT Penulis mengucapkan terima kasih kepada DP2M DIKTI, Perhutani Unit II Indonesia untuk penyediaan sekresi kutu lak, PT. Madukismo, Yogyakarta Indonesia untuk penyediaan spiritus. Dan terima kasih juga kami sampaikan kepada ibu Hj Mien Aminah Musaddad, Garut, Jawa Barat atas penyediaan serat rami untuk penelitian. REFERENCES 1. Mohanty, A.K.; Misra, M.; Dzral, L.T.; Selke, S.E.; Harte, B.R. and Hinrichsen, G. 2005. Natural Fibers, Biopolymers, and biocomposite: An Introduction. Natural Fibers, Biopolymers And Biocomposite , CRC Press, Taylor and Francis Group, 6000 Broken Sound Parkway NW, 300 suite 300 Boca Raton. 2. Mueller, D.H., Krobjilowski, A. 2003. New Discovery in the Properties of Composites Reinforced with Natural Fibers . JOURNAL OF INDUSTRIAL TEXTILES, Vol. 33, No. 2 October 2003 1111528-08370302 0111 –20 10.000 DOI: 10.1177152808303039248 Sage Publications. 3. Sharma, K. K., Jaiswal, A. K., and Kumar, K. K. 2006. Role of lac culture in biodiversity conservation: issues at stake and conservation strategy . Review article, CURRENT SCIENCE, 894 VOL. 91, NO. 7, 10 OCTOBER 2006. Pp. 894-898. 4. Singh, R. 2006. Applied Zoology Lac Culture. National Science Digital Library at NISCAIR, India. Httppnsdl. Niscair.res.inbitstream 1234567891 access date 12212006 4:07:18. 5. Brydason, J.A. 2003. Miscellaneous Plastics Materials. Chapter 30 in Plastic Materials, Brydason, J.A., Seventh Edition, Butterworth-Heinemann Publisher, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, 225 Wildwood Avenue, Wobum, MA 01801-2041 A division of Reed Educational and Professional Publishing Ltd, pp. 853-873. 6. Schwartz, M.M. 1984. Composite Materials Handbook, McGraw-Hill Book Company, New York, USA. 7. Feldman, D. 1989. Polymeric Building Materials, Published: Routledge; 1 st edition, Taylor Francis Group. 8. Vasiliev, V.V, Morozov, E.V. 2001. Mechanic and Analysis of Composite Materials, Elsevier Science Ltd, Langford Lane, Oxford OX5 lGB, UK 9. Derrick, M.R., Stulik, D., James, M. 1999. Scientific Tools for Conservation. Infrared Spectroscopy in Conservation Science . J. Paul Getty Trust All rights reserved, ISBN 0- 89236-469-6. The Getty Conservation Institute, LA, USA. 10. ASTM D 638. 2003. Standart Test Methode for Tensile Properties of Plastic. American Sosiety for Testing Materials , Philadelphia, PA, USA. 11. Vick, C.B. 1999. Adhesive Bonding of Wood Materials, Wood Handbooks-Wood as Engineering matrials, Forest Product laboratory, Madison, ch.9, pp.9.1-9.24. 12. Franco, P.J.H., and González. A.V. 2005. Fiber-Matrix Adhesion in Natural Fiber Composites, Natural Fibers, Biopolymers And Biocomposite Book , CRC Press, Taylor and Francis Group, 6000 Broken Sound Parkway NW, 300 suite 300 Boca Raton 13. Dorn, L. 1994. Adhesive Bonding-Terms and Definitions, TALAT Lecture 4701, European Aluminium Association, Berlin Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 435 14. Marsyahyo, E. 2009. Perlakuan Permukaan Serat Rami Boehmeria nivea dan Kompatibilitas Serat –Matrik pada Komposit Matrik Polimer. Disertasi program Doktor, Pascasrjana Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 17. C.Z. Paiva Ju´nior, L.H. de Carvalho, V.M. Fonseca, S.N. Monteiro, J.R.M. d‘Almeida. 2004. Analysis of the tensile strength of polyesterhybrid ramie-cotton fabric composites . Polymer Testing 23, pp. 131 –135. 18. Luo, S. and Netravali, A.N. 1999. Interfacial and mechanical properties of environment friendly „green‟ composites made from pineapple fibers and polyhydroxybutyratecovalerate resin . J. Mater. Sci., 34 15, 3709 –19. 19. Marsyahyo, E., Soekrisno, R., Heru, S.B.R., Jamasri, Sutapa, G., 2005. Preliminary Study of The Tensile Porperties Tropical Plant Fiber Reinforced-Termoseting Composites: Part I . The 8th International Conferences on Quality in Research, Indonesia University, Depok Indonesia 20. Luo, S. and Netravali, A.N. 1999. Interfacial and mechanical properties of environment friendly „green‟ composites made from pineapple fibers and polyhydroxybutyratecovalerate resin . J. Mater. Sci., 34 15, 3709 –19. 21. Romhány, G., Karger-Kocsis, J., Czigány, T. 2003. Tensile fracture and failure behavior of thermoplastic starch with unidirectional and cross-ply flax fiber reinforcements . Macromol Mater Eng, 2889:699-707 Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 436 STUDI REKAYASA TEKNOLOGI BETON ORASA O-RING ARTIFICIAL STONE AGGREGATE PADA MODE EOP Ir. Setijadi Harianto MN., M.T. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta E-mail: hari_setiadiyahoo.com; HP: 08156860099 ABSTRAK Sejumlah embrio penelitian ―beton substitusi agregat‖ telah banyak digelar, diantaranya beton AKB, beton SPG, beton Slags, beton ALWA, dan lain sebagainya. Juga diteliti beton ORASA yaitu ―beton substitusi agregat buatan‖, menggunakan modul OR pada mode EOP atau mode OOP. Penelitian ini adalah rekayasa teknologi beton ORASA dimana beton ORASAnya terdiri dari duo grade LoG, disebut beton ORASA LoG –2G atau disebut juga sebagai beton ORASA LoG 205+259. Penelitian dilakukan dengan cara eksperimental dengan pengujian pada sejumlah beton normal dan beton ORASA grade 205 kombo grade 259. Dibuat satu kelompok benda uji beton normal dan 4 kelompok lainnya dibuat dengan teknologi rekayasa beton ORASA masing-masing dengan RPA-0,4.V; RPA-0,6.V; RPA-0,8.V dan RPA-1,0.V. Rasio dua fraksi butir yang digunakan adalah RFAB = 1:2,33 sedangkan modul OR yang dipilih adalah OR 205 dan OR 259. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kuat tekan beton ORASA LoG –2G lebih baik dari pada beton ORASA LoG 205 yang dilaporkan sebelumnya. Beton ORASA LoG 205+259 tersebut dinyatakan masuk kelompok beton normal, dan termasuk pada kelompok beton semi ringan. Dengan hasil tersebut disimpulkan bahwa teknologi rekayasa yang diusulkan cukup baik dan dapat digunakan. Kata kunci: ORASA LoG, ORASA LoG –2G, mode EOP, mode OOP A. PENDAHULUAN Dalam laporan penelitian tugas akhirnya, Khanapi pada tahun 2002 menyatakan perlunya peningkatan penggunaan material lokal dan pemanfaatan bahan bekas atau limbah, sebagai bahan dasar atau bahan struktur guna memperoleh penghematan biaya Khanapi, 2002. Dalam konteks pembangunan gedung beton, maka usulan Khanapi tersebut muncul menjadi usulan untuk memperoleh atau membuat suatu beton dengan memanfaatkan material lokal atau limbah industri, bahkan menggunakan bahan bekas sekalipun. Dalam teknologi bangunan beton, suatu rekayasa untuk memperoleh beton dengan barang Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 437 bekas, limbah, atau material lokal seperti diusulkan Khanapi tersebut dikenal sebagai rekayasa teknologi beton substitusi. Pada daerah-daerah langka agregat alami beton, upaya-upaya memperoleh dan atau membuat beton substitusi sebagaimana diusulkan Khanapi tersebut di atas perlu digalakkan. Upaya-upaya tersebut meliputi pembuatan beton substitusi, termasuk inovasi pembuatan beton substitusi yang belum populer atau bahkan merupakan suatu hal yang baru. Beton substitusi yang pernah dibuat antara lain adalah: beton ALWA, beton slag, beton AKB agregat kasar buatan, beton SPG substitusi pecahan genteng, beton ORASA O-Ring Artificial Stone Aggregate, beton pumice red pyroclastic rock, beton zeolit dan beton voided cell. ORASA adalah agregat batu buatan berbasis modul OR. Beton substitusi ORASA merupakan beton dimana agregatnya sebagian atau seluruhnya digantikan dengan agregat ORASA. Pada modul OR terdapat dimensi dan syarat khusus. Ke dalam lubang cincin dimasukkan ‗bahan dapat keras‘ atau disebut ASF Artificial Stone Filler. Beton substitusi ORASA LoG 205 Subagiyo, 2010 termasuk dalam kelompok beton normal dan dapat digunakan sebagai beton struktural. Hasil penelitian Pringgodigdo 2010 juga menunjukkan bahwa beton ORASA HiG BM masuk dalam lempok beton normal dan beton struktural. Demikian pula hasil penelitian Ariyanto 2010, menunjukkan hal yang sama. Riset perbaikan kepadatan beton, menggunakan multi-fraksi agregat dilakukan untuk memendekkan garis- 2 retakan sehingga terjadi peningkatan kuat tekan betonnya. Pada rekayasa teknologi beton ini diharapkan akan terjadi penurunan berat satuan beton karena penggunaan modul OR. Multi-fraksi agregat yang dalam hal ini diwakili duo grade materials diperoleh dari duo grade modul OR yang direkayasa menjadi duo grade ORASA Harianto, 2007; Harianto dkk, 2008; Harianto dkk, 2009; Harianto dkk, 2010. Jadi modul OR Duo Grade adalah modul OR dengan 2 macam ukuran gradasi Harianto, 2007. Dengan demikian maka beton ORASA LoG Class Duo Grade adalah beton yang dibuat melalui rekayasa teknologi beton substitusi agregat buatan, memiliki dua macam gradasi yang terpilih dan berasal dari klas LoG Harianto dkk, 2010.

B. Modul OR, ASF, Mode EOP dan OOP, LoG-HiG Class,

Modul OR adalah obyek berbentuk cincin dengan dimensi dan syarat khusus. Ke Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 438 dipotong- potong Hasil: modul OR terbentuk lebih dulu Modul OR sesuai RPA + Beton ORASA hasil Krikil sesuai RPA + semen+pasir +air sesuai fas RPA Agregat ORASA terbentuk di sini Pipa-pipa kosong pipa -2 terisi ASF pipa -2 yang sudah terisi dipotong- 2 hasil modul OR dan ORASA Pipa ASF Pipa ASF Tekan Tarik pipa terisi ASF hasil pipa -2 terisi ASF dalam lubang cincin diisikan bahan ASF atau ‗bahan dapat keras‘ lainnya. Apabila modul OR terisi dengan ASF, maka terbentuklah agregat ORASA. Sejauh ini terdapat dua macam teknologi pengisian modul OR yang disebut Mode Harianto, 2007, yaitu: 1. Mode EOP, ialah metoda dan prosedur pengisian modul OR dimana modul OR terbentuk lebih dulu dari pada terbentuknya agregat ORASA. 2. Mode OOP, ialah metoda dan prosedur pengisian modul OR dimana modul OR terbentuk bersamaan dengan terbentuknya agregat ORASA. Prosedur dan perbedaan antara Mode EOP dan Mode OOP, ditunjukkan pada Gambar 1. dan Gambar 2. serta Gambar 3. berikut ini. Gambar 1. Prosedur pembuatan Beton ORASA pada Mode EOP Gambar 2. Prosedur awal pembuatan beton ORASA pada Mode OOP Gambar 3. Prosedur akhir pembuatan beton ORASA pada Mode OOP Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 439 Selain tentang pengisian lubang cincin, modul OR memiliki 2 macam klas Harianto, 2010 yaitu: 1. Klas LoGrade LowGrade Class atau ditulis klas LoG Yaitu modul OR yang dimensinya memenuhi kriteria sebagai berikut. a. 3 mm ≤ d 10 mm b. 3 mm ≤ ℓ ≤ 35 mm c. 0,30 ≤ d  ≤ 12 d. t 0,05 mm 2. Klas HiGrade HighGrade Class atau ditulis klas HiG Yaitu modul OR yang dimensinya memenuhi kriteria sebagai berikut. a. 10 mm ≤ d 35 mm b. 10 mm ≤ ℓ ≤ 40 mm c. 0,30 ≤ d  ≤ 4 d. t 0,05 mm d , ℓ dan t masing -2 adalah diameter, tinggi dan tebal dari modul O-Ring C. TiAB, BF dan RFAB Dalam konteks Beton Substitusi ORASA, terdapat modul OR yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe LoG dan tipe HiG. Untuk memanggil atau menyatakan tipe yang dipilih maka digunakan notasi TiAB. Dalam hal ini TiAB = LoG atau TiAB = HiG. BF adalah jumlah fraksi agregat buatan pada campuran beton yang ditinjau. Jjika digunakan OR LoG 205 dan OR LoG 259, maka dapat dinyatakan BF = 2. RFAB adalah Rasio Fraksi Agregat Buatan, yang didefinisikan sebagai rasio fraksi agregat buatan butir kecil dibanding fraksi agregat buatan butir lebih besar. Sebagai contoh: suatu jumlah agregat kasar akan di-rupakan agregat fraksi butir kecil dan fraksi butir lebih besar, maka dapat dikatakan RFAB = jumlah fraksi butir kecil : jumlah fraksi butir lebih besar.

D. PCA dan RPA

Perbandingan Campuran Adukan atau ditulis PCA, adalah perbandingan jumlah masing-masing komponen dalam suatu adukan dinyatakan dalam berat atau volume Harianto, 2007. Rasio Penggantian Agregat atau ditulis RPA adalah rasio jumlah agregat kasar pengganti terhadap jumlah total agregat kasar Harianto, 2007. Terdapat dua macam RPA yaitu: 1. RPA berbasis berat, ialah rasio jumlah berat agregat pengganti terhadap jumlah Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 440 berat total agregat kasar. Untuk menyatakan RPA berbasis berat, digunakan notasi RPA-x.G. Notasi G adalah jumlah berat total agregat kasar, sedangkan x adalah rasio jumlah berat dari agregat pengganti terhadap jumlah berat total agregat kasar. 2. RPA berbasis volume, ialah rasio jumlah volume agregat pengganti terhadap jumlah volume total agregat kasar. Untuk menyatakan RPA berbasis volume, digunakan notasi RPA-p.V. Adapun notasi V adalah jumlah volume total agregat kasar, sedangkan notasi p adalah rasio volume agregat pengganti terhadap volume total agregat kasar.

E. Klasifikasi Beton Ditinjau dari Berat Satuan dan Kuat Tekan

Beton dapat diklasifikasi sebagai beton struktural atau beton non struktural. Selain itu terdapat klasifikasi beton berdasarkan kebutuhan pemakaiannya, yang ditolok dari kuat tekan betonnya. Menurut Neville dalam Adinor 2003, klasifikasi beton tersebut adalah sebagai berikut. 1. Beton Sederhana, dengan kuat tekan kurang dari 10 MPa. 2. Beton Normal, dengan kuat tekan 10 MPa sampai 30 MPa. 3. Beton Prategang, dengan kuat tekan 30 MPa sampai 40 MPa. 4. Beton Mutu Tinggi, dengan kuat tekan 40 MPa sampai dengan 80 MPa. 5. Beton Mutu Sangat Tinggi, dengan kuat tekan 80 MPa Beton normal tidak hanya dilihat dari penggunaan agregat normal, tetapi juga harus dilihat berat satuan betonnya dari klas berikut ini. 1. Beton Normal ialah beton dengan BS = 2160 –2560 kgm 3 Imran, 2003, 2. Beton Semi Ringan dengan BS = 1840 –2160 kgm 3 Harianto, 2007, 3. Beton Ringan ialah beton dengan BS = 1360 –1840 kgm 3 Imran, 2003

F. Ringkasan Status dan Parameter Penelitian

Untuk memudahkan pembaca memperoleh gambaran tentang penelitian yang dilakukan, maka berikut ini disajikan Ringkasan Status dan Parameter Penelitian. 1. Nama Beton Percobaan = Beton ORASA LoG –2G 2. KB-SKB = Beton Substitusi – Agregat Buatan 3. Jenis Agregat Buatan = ORASA; Mode yang dipakai = EOP Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 441 4. PCA yang digunakan = 1pc-1,3psr-2,3ag-ksr-0,5air

5. RPA yang digunakan = RPA-0,4.V; RPA-0,6.V; RPA-0,8.V; RPA-1,0.V

6. TiAB = LoG; BF = 2; . RFAB = 1 : 2,33 7. Komponen Agregat Kasar tinggi modul, diameter modul : LoG 205 [h = 20 mm; d = 5 mm] dan LoG 259 [h = 25 mm; d = 9 mm]

G. Rekayasa Teknologi Beton ORASA

Adapun Rekayasa Teknologi Beton ORASA seperti yang diusulkan dalam penelitian ini meliputi Harianto, 2007; Harianto dkk, 2010: 1. keputusan menggunakan modul OR, memilih klas ORASA; TiAB, BF, 2. keputusan memilih RFAB; bahan, tinggi, diameter; tebal dari modul OR, 3. keputusan memilih mode OOP atau EOP, 4. pengambilan nilai PCA, dan RPA-x.G ataukah RPA-p.V, dan hitungan- 2 5. realisasi pengadukan masinal, perawatan benda uji dan menerima hasil.

II. METODE PENELITIAN

A . Rancangan Penelitian Rancangan penelitian meliputi 5 kelompok beton coba, yaitu 1 kelompok beton normal dan 4 kelompok lainnya dengan RFAB = 1:2,33. masing- 2 adalah beton ORASA RPA-0,4.V; ORASA RPA-0,6.V; ORASA RPA-0,8.V; dan ORASA RPA-1,0.V . Dengan mengetahui BSS ORASA dan BS krikil, maka berdasar RPA dan PCA, dapat dihitung proporsi masing- 2 elemen beton ORASA. Hasil hitungan kemudian dikoreksi karena sejumlah bahan mengisi lubang modul OR dan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komponen-komponen adukan beton setelah dikoreksi No . Nama beton percobaan Komponen-komponen beton gram Kode benda uji Jumla h BU bj seme n pasir krikil LoG 205 LoG 259 Air mℓ 1 B. NORMAL 2800 3640 6440 – – 1400 BN 1-3 3 2 B. ORASA RPA- 0,4.V 2878 3742 3864,1 6 350,07 815,66 1439 BL- 04V 1-5 5 3 B. ORASA RPA- 0,6.V 2918 3793 2575,9 2 525,16 1223,63 1459 BL- 06V 1-5 5 4 B. ORASA RPA- 0,8.V 2956 3843 1287,9 6 700,22 1631,50 1478 BL- 08V 1-5 5 5 B. ORASA RPA- 1,0.V 2995 3895 875,27 2039,38 1498 BL- 10V 1-5 5 TOTAL JUMLAH BENDA UJI 23 Catatan: BU = benda uji B = beton BL = beton LoG bj = biji Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi 442 V B A P

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang dugunakan adalah sebagai berikut: 1. Semen PC tipe I merk Gresik, Air, dan Pasir Kali Progo, 2. Krikil Clereng 5 – 40 mm, Modul OR LoG 205, Modul OR LoG 259, Adapun peralatan penelitian yang digunakan berupa: 1. Alat-alat pemeriksaan agregat, berupa saringan agregat, timbangan, piknometer, oven, gelas ukur, mesin Los Angeles dan alat bantu lainnya. 2 Alat pembuatan dan perawatan beton berupa mesin aduk beton, kerucut Abram‘s, cetakan beton, serta alat-alat pertukangan, bak rendam. 3. Mesin pembuat modul OR dan alat-alat pendukungnya, 4. Mesin uji kuat tekan beton dan alat penunjang lainnya

C. Analisis Hasil

Setelah diperoleh data, maka data dianalisis dengan rumus berikut ini.

1. Analisis Kuat Tekan KT dan Berat Satuan BS beton

f c ’ = dengan: f c ‘ = Kuat Tekan MPa; P = beban maksN; A = luas bidang tekan mm 2 B = berat BU N; BS = BS = berat satuan kgm 3 ; V= volume BU beton mm 3 ,

2. Berat Satuan Spesifik BSS ORASA dengan RFAB

= 1: 2,33 BSS adalah Berat Satuan Spesifik pada suatu RFAB tertentu. RFAB = 1:2,33 Fraksi 1 = OR LoG 205 Fraksi 2 = OR LoG 259 BSS campuran = VW BA BA 2 1 = 2 1 2 1 VW VW BA BA BA 1 +BA 2 = berat fraksi 1 saja pada volume VW 1 +berat fraksi 2 saja pada VW 2 = berat fraksi campuran 1:2,33 pada volume VW