Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
537
Tabel 3. Kadar laktat pada masing-masing isolat bakteri asam laktat umur 24 jam.
No. Kode
Nilai Absorbansi
Kadar laktat
1 AST 001
0,225 22,25
2 AST 002
0,401 40,49
3 AST 003
0,319 31,99
4 AST 004
0,567 57,69
5 AST 005
0,101 9,41
6 AST 006
0,176 17,17
7 AST 007
0,392 39,56
8 AST 008
0.432 43,71
9 AST 009
0,247 24,53
10 AST 010
0,290 28,99
11 AST 011
0,317 31,78
12 AST 012
0,301 30,13
13 AST 013
0,125 11,89
14 AST 014
0,281 28,05
15 AST 015
0,198 19,45
Di lain pihak asam laktat yang diproduksi oleh bakteri asam laktat selama proses fermentasi dapat menambah cita rasa dan aroma pada makanan dan pada waktu yang
sama pertumbuhan bakteri yang merugikan dapat dicegah karena bakteri asam laktat melakukan kompetisi dengan mikroba patogen atau organisme yang tidak diinginkan
Calo-Mata et al., 2008.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada limbah kotoran ayam Broiler Strain Lohman umur 34 hari ditemukan 15
isolat bakteri asam laktat. 2.
Isolat bakteri asam laktat memiliki karakterciri seperti gram positif, katalase negatif, non motil, bentuk sel batangcoccus, susunan sel rantai, berpasangan,
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
538
soliter dan tetrad, tipe fermentasi homofermentatif, mampu membentuk asam tanpa disertai pembentukan gas.
3. Identifikasi isolat bakteri asam laktat mengarah pada 4 kelompok genera bakteri
asam laktat yaitu Lactobacillus, Pediococcus, Streptococcus dan Enterococcus.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Ibnu Katsir. 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Bogor: Lembaga Satu Gunungbudi.
Ariyanti, D. 2003. Evaluasi Pendahuluan Beberapa Strain Bakteri Asam Laktat yang Diduga Berpotensi Sebagai Probiotik. Skripsi. Yogyakarta: UGM.
Aswathy, R.G., Ismail, B., John, R.P. and Nampoothiri, M. 2008. ―Evaluation of the
Probiotic Char acteristics of Newly Isolated Lactic Acid Bacteria‖. Journal
Applied Biochemistry Biotechnology . Humana Press.
Axelsson, L. 2004. ―Lactic Acid Bacteriaμ Classification and Physiology‖. In Salminen, S., A.V. Wright A.C. Ouwehand eds. Lactic Acid Bacteria,
Microbiology and Functional Aspects . Third Edition. Marcel Dekker, Inc. New
York - Basel Beasley, Shea. 2004. ―Isolation, identification and exploitation of lactic acid bacteria
from human and animal microbiota‖. Dissertation. Finland: Departenent of Applied Chemistryand Microbiology, University of Helsinki.
Benson. 2001. Microbiological Applications Laboratory Manual in General Microbiology
. Eight Edition. New York: McGraw-Hill Companie Bezkorovainy, A. 2001. Probiotic: Determinant of Survival and Growth in the Gut.
American Journal of Clinical Nutrition. 73 : 399s-405s. Bomba, A., Jonecova, Z., Gancarcikova, S. and Nemcova, R. 2006. ―The
Gastrointestinal Microbiota of Farm Animals‖. In Ouwehand, A.C. E.E. Vaughan eds. Gastrointestinal Microbiology. Taylor francis Group. New
York- London.
Calo- Mata, P., Arlindo, S., Boehme, K. 2008. ―Current Aplication and Future Trends
of Lactic Acid Bacteria and Their Bacteriocins for the Biopreservation of Aquatic Food Products‖. Food Bioprocess Technology, Volume 1. Springer-
Science and Business Media, LLC. Campbell, N. A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi Edisi Kelima jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
539
Dune, C. L. O‘Mahany., L. Murphy., G. Thorton., D.Morrissey., S. O‘Halloran., M. Feeney., S. Flynn., G. Shanahan and J.K. Collins. 2001. In Vitro Selection
Criteria for Probiotic Bacteria of Human Origin : Correlation With in vivo Finding. American Journal of Clinical nutrition.73:2
Elsayed, Nasser Ali Abou Hashem. 2002. “Investigations on the significance of the
gastrointestinal flora for the immune system of chickens‖. Dissertation. Egypt: Institute of Bacteriology and Mycology, Faculty of Veterinary Medicine
University of Leipzig.
Fardiaz, S. 1989. Penuntun praktikum mikrobiologi pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Feliatra, Effendi, I. dan Suryadi, E. 2004. ―Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan Ephinephelus fuscogatus dalam Upaya Efisiensi
Pakan Ikan‖. Jurnal Natur Indonesia. Volume 6. No.2. hal: 75-80. Pekanbaru: Universitas Riau.
Feriana, D.A., Harmayani, E. dan Utami, T. 1λλ8. ―Penurunan Kolesterol oleh Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophilus pada MRS Broth dan Yoghurt‖. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan dan Gizi. Yogyakarta:
PATPI
Fraga, M., Perelmuter, K., Delucchi., Cidade, E., and Zunino, P. 2008. ―Vaginal Lactic Acid Bacteria in the Mare: Evaluation of the Probiotic Potential of Native
Lactobacillus spp. and Enterococcus
spp. Strain‖. Journal Antonie Van Leeuwenhoek Volume 93.
Springer-Science and Business Media, B.V. Hakim, Roli Sofwah. 2005. ―Prospek Probiotik pada Broiler‖. Buletin CP No
72Tahun VI. Desember 2005. Hal 3-6. Jakarta: Divisi Agro Feed Business
Charoen Pokphand Indonesia. Hardjo, S. N., S, Indrasti dan T, Banttacut, 1989. Biokonversi: Pemanfaatan Limbah
Industri Pertanian. IPB. Bogor. Harimurti, S. Hassan, Z.H. dan Rahayu, 1λλλ. ―Isolasi dan Identifikasi Lactobacillus
dari Crop Ayam yang Berpotensi Sebagai Agensi a Probiotik Ternak Unggas‖.
Prosiding Seminar Nasional Pangan-Yogyakarta, 14 September 1999. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta.
Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T. and Williams, S.T. 1994. Bergey‟s Manual of Determinative Bacteriology. Ninth edition. Baltimor,
Maryland USA, Williams and Wilkins. Jutono. 1980. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
540
Keston, A.S. and Ros enberg, D. 1λ67. ―Medium for Differentiation of Acid-Producing
Colonies with Homogenously Suspended Calcium Carbonate‖. Journal of Bacteriology, Volume 93, No. 4.
Laukova, A., Marcinakova, M., Strompfova, V. and Ouwehand, A.C. 2008. ―Probiotic Potenti
al of Enterococci Isolated from Canine Feed‖. Folia Microbiology. Volume 53, No. 1, 84-88.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
541
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KORBAN TRAFFICKING MELALUI
MODEL HOME BASED CARE
Herni Kusantati, Isma Widiaty, Ana Abstrak
Penelitian pada tahun kedua ini lebih fokus pada upaya penanganan korban trafficking
melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah maupun LSM-LSM yang concern pada masalah perempuan. Model yang dikembangkan pada penelitian ini
dinamakan model Home Based Care yang memiliki karakteristik holistik, kolaboratif, integratif, dan berbasis keluarga.
Penelitian pada tahun ke-2 ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau ―Research and Development‖.Model Pengembangan Home Based
Care bagi korban trafficking pada dasarnya dikembangkan d
engan prinsip ―Program Rumah Aman ― dengan tujuan akhir menjadikan perempuan korban trafficking sebagai
perempuan mandiri, berdaya, berkepribadian , dan bermartabat.
Home Based Care Program Rumah Aman dilakukan melalui kegiatan
pemberdayaan ekonomi terpadu dimana kegiatan ini merupakan program yang memadukan antara kebutuhan para korban trafficking untuk lebih berdaya dan
pembinaaan mental para korban.
Kata Kunci :
Pemberdayaan, Trafficking, Home Based Care
A. Latar Belakang Masalah
Perdagangan orang trafficking merupakan kejahatan yang keji dan merupakan pelanggaran terhadap HAM. Perdagangan orang mengabaikan hak seseorang untuk
hidup bebas, hak untuk tidak diperbudak, tidak disiksa, hak untuk memiliki kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak menunaikan kewajiban beragama, dan lainnya.
Industri seks sebagai salah satu user perdagangan orang, selain menimbulkan human, social and economic cost
yang tinggi, juga menyebarkan berbagai macam penyakit: kelamin, HIV, AIDS,dll
Perempuan merupakan korban yang paling banyak dalam perdagangan orang. Situasi tersebut menempatkan mereka pada posisi yang sangat beresiko khususnya yang
berkaitan dengan kesehatan fisik, mental, dan spiritual. Perempuan tersebut sangat rentan terhadap tindak kekerasan, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan infeksi
penyakit seksual termasuk HIVAIDS. Kondisi perempuan yang seperti ini tentu saja
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
542
akan mengancam kualitas Ibu Bangsa yang merupakan tiang Negara tersebut, merupakan korban trafficking.
Perempuan merupakan kelompok rentan dalam banyak kasus trafficking. Banyak faktor yang menyebabkan mereka terjebak dalam trafficking , diantaranya
kemiskinan, kurangnya pendidikan, korban kekerasan fisik-psikis-seksual,pernikahan dini yang gagal, dll. Modus operandi trafficker untuk menjebak korbannya antara lain
merayu , menjanjikan berbagai kesenangan dan kemewahan, menipu atau janji palsu, menjebak, mengancam, menyalahgunakan wewenang, menjerat dengan hutang,
mengawini atau memacari, menculik, menyekap, atau memperkosa. Modus lain berkedok mencari tenaga kerja untuk bisnis entertaintment, kerja di perkebunan atau
bidang jasa di luar negeri dengan upah besar. Dalam perkembangannya, perdagangan orang trafficking telah menjadi bisnis
yang sangat menggiurkan, karena dapat menghasilkan uang dalam jumlah yang sangat fantastik. Trafficking menempati urutan ketiga terbesar dalam menghasilkan uang
setelah perdagangan obat-obat terlarang dan perdagangan senjata Rosenberg; 2003. Tidak mengherankan, apabila prostitusi internasional dan jaringan perdagangan orang
membuat para pelaku kejahatan menjadikan ―bisnis‖ ini menjadi fokus utama kegiatan mereka. Seperti halnya bisnis narkoba yang beromset sangat besar dan ―bebas pajak‖,
perdagangan orang pada dasarnya adalah bagian dari shadow economy ; berjalan dengan tak terlihat, amat menguntungkan tetapi merupakan perbuatan kriminal yang sangat
jahat. Berbagai upaya tentunya harus dilakukan untuk memberantas masalah perdagangan
orang trafficking. Diperlukan komitmen yang sangat kuat dari berbagai pihak baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM , bahkan pihak akademisi untuk ,
karena masalah trafficking bukan saja jadi masalah nasional, tapi sudah menjadi masalah internasional.
B. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model penanganan para korban trafficking dengan menerapkan model Home Based Care
dengan terlebih dahulu mengetahui efektivitas peran Lembaga Swadaya Masyarakat
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
543
LSM Di Jawa Barat dalam membantu menanggulangi masalah perdagangan perempuan trafficking.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1.
Mengembangkan model penanganan para korban trafficking dengan menerapkan
model Home Based Care yang memiliki karakteristik holistik. Holistik yang
dimaksud meliputi penanganan aspek fisik, psikis, mental, kesehatan, serta psikologis dari korban trafficking .
2. Mengembangkan model penanganan para korban trafficking dengan menerapkan
model Home Based Care yang memiliki karakteristik kolaboratif. Penanganan
korban trafficking dilakukan melalui kerjasama berbagai pihak baik dari lembaga pemerintah, kepolisian, maupun LSM .
3. Mengembangkan model penanganan para korban trafficking dengan menerapkan
model Home Based Care yang memiliki karakteristik integratif. Integratif yang
dimaksud meliputi penanganan dengan memperhatikan akar masalah yang satu sama lain saling berkaitan, baik aspek ekonomi kemiskinan, pendidikan, maupun sosial
budaya. 4.
Mengembangkan model penanganan para korban trafficking dengan menerapkan
model Home Based Care yang memiliki karakteristik berbasis keluarga.
Penanganan korban trafficking dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga korban dan dilakukan dengan menggali seluruh aspek sumber daya keluarga
korban.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian adalah adanya model penanganan korban trafficking
dengan model Home Based Care yang program tersebut memiliki karakteristik penanganan yang kolaboratif dan terintegrasi antara berbagai kalangan
pemerintah, LSM, dan pihak akademisi. Selain itu, model ini lebih dikembangkan tidak secara formal tapi mengambil model pembinaan informal yang berbasis keluarga.
Manfaat lain yang bisa didapat dari hasil penelitian ini adalah adanya gambaran tentang efektifitas penanganan korban trafficking oleh pemerintah maupun Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM khususnya di wilayah Jawa Barat.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
544
Model pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dalam penelitian ini, dapat menjadi salah satu model pemberdayaan bagi perempuan di Indonesia secara
umum, tidak hanya bagi perempuan korban trafficking.
D. Metodologi Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah para perempuan korban trafficking perdagangan perempuan di Jawa Barat . Secara umum penelitian dilaksanakan di
wilayah Jawa Barat. Tim peneliti bekerjasama dengan pemerintah provinsi khususnya divisi pemberdayaan perempuan. Selain itu penelitian dilakukan pada LSM-LSM di
Jawa Barat yang selama ini telah berkecimpung dalam bidang penanganan para korban trafficking
. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau
―Research and Development‖. Menurut Sugiyono 2006μ333 metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu
produk model tertentu dan diuji keefektifan produk model tersebut di lapangan. Secara umum prosedur penelitian dan pengembangan dalam kegiatan penelitian
ini ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1 Studi pendahuluan need assessment
tentang upaya-upaya penanganan korban trafficking yang telah dilakukan selama ini oleh lembaga pemerintah maupun LSM; 2 penyusunan draft desain model
pemberdayaan perempuan korban trafficking, 3 Uji coba desain model dalam lingkungan terbatas, 4 Uji coba desain medel dalam lingkungan luas; Uji validasi; 5
Seminar hasil, revisi,desiminasi, dan finalisasi model
E. Kajian Pustaka
Penghambaan atau perbudakan terhadap perempuan pernah ada dalam catatan sejarah hampir setiap bangsa, termasuk di Indonesia. Pada zaman raja-raja Jawa dahulu,
perempuan merupakan bagian pelengkap dari sistem pemerintahan feodal. Dengan ber
bagai alasan dan sebab, perempuan telah menjadi ―persembahan‖ bagi para raja. Sistem feodal ini belum menunjukkan keberadaan suatu industri seks tetapi telah
membentuk landasan dengan meletakkan perempuan sebagai barang dagangan untuk memenuhi nafsu lelaki dan untuk menunjukkan adanya kekuasaan dan kemakmuran.
Begitu pula pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang, banyak perempuan Indonesia
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
545
yang dijadikan komoditas untuk memenuhi kebutuhan pemuasan seks para serdadu. Hull, Sulistyaningsih dan Jones,1997. Dalam konteks masyarakat modern saat ini,
penghambaan atau perbudakan terhadap perempuan menunjukkan substansi yang sama meskipun dalam wujud yang berbeda. Kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk menyelebungi perbudakan dan penghambaan ke dalam bentuknya yang baru yang dikenal dengan istilah perdagangan
orang trafficking in persons yang beroperasi secara tertutup, bergerak di luar hukum, dan berkembang sangat cepat, serta telah membentuk sindikat kejahatan antar negara .
Pelaku perdagangan orang tracfficker sangat halus menjerat mangsanya, tetapi dengan sangat kejam mengeksploitasinya dengan berbagai cara sehingga korban menjadi tidak
berdaya untuk membebaskan diri.
Istilah trafficking secara s ederhana diartikan ―perpindahan‖. Jadi, artinya adalah
perpindahan atau migrasi – yang berarti korban dibawa keluar dari kampung
halamannya yang aman ke tempat berbahaya dan dikerjapaksakan – inilah yang
membedakan trafficking dari bentuk pelanggaran hak asasi lainnya. Yang paling membahayakan dari trafficking adalah adanya unsur eksploitasi
untuk berbagai tujuan diantaranya eksploitasi seksual prostitusi, kerja paksa, perbudakan, penghambaan, dan bahkan
pengambilan organ tubuh untuk diperjualbelikan.
Menurut Harkristuti 2003, ada beberapa bentuk trafficking
manusia yang terjadi pada perempuan : 1 Kerja paksa seks dan eksploitasi seks ; baik di luar
negeri maupun di wilayah Indonesia. Dalam banyak kasus, perempuan dijanjikan bekerja sebagai buruh migran, PRT, pekerja restoran, penjaga toko, atau pekerjaan-
pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa bekerja pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan. Dalam kasus lain, korban tidak tahu bahwa mereka akan
memasuki industri seks, mereka ditipu dengan kondisi-kondisi kerja dan mereka dikekang di bawah paksaan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja; 2 Pembantu
Rumah Tangga PRT;baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mereka diintimidasi dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang termasuk: jam kerja wajib yang sangat
panjang, penyekapan ilegal, upah yang tidak dibayar atau yang dikurangi, kerja karena jeratan hutang, penyiksaan fisik ataupun psikologis, penyerangan seksual, tidak diberi
makan atau kurang makanan, dan tidak boleh menjalankan agamanya atau diperintah untuk melanggar agamanya.; 3 Bentuk lain dari kerja migran; di dalam dan luar negeri.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
546
Meskipun banyak orang Indonesia yang bermigrasi sebagai PRT, yang lainnnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian di pabrik, restoran,
industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini di trafficking
ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau
bahkan tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak di tempat kerja seperti itu melalui jeratan hutang, paksaan, atau kekerasan; 4 Penari dan penghibur; terutama di
luar negeri. Perempuan dan anak perempuan dijanjikan bekerja sebagai penari duta budaya, penyanyi, atau penghibur di negara asing. Pada saat kedatangannya, banyak
dari perempuan ini dipaksa untuk bekerja di industri seks atau pada pekerjaan dengan
kondisi mirip perbudakan; dan 5 Pengantin pesanan; terutama di luar negeri. Beberapa
perempuan dan anak perempuan yang bermigrasi sebagai istri dari orang berkebangsaan asing, telah ditipu dengan perkawinan. Dalam kasus semacam itu, para suami mereka
memaksa istri-istri baru ini untuk bekerja untuk keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau menjual mereka ke industri seks.
Menurut sebuah studi Rahyanan ; 2001, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
trafficking ; diantaranya :
1 Kurangnya kesadaran: Banyak
orang yang bermigrasi untuk mencari kerja baik di Indonesia ataupun di luar negeri tidak mengetahui adanya bahaya
trafficking dan tidak mengetahui cara-cara yang
dipakai untuk menipu atau menjebak mereka dalam pekerjaan yang sewenang-wenang atau pekerjaan yang mirip perbudakan; 2 Kemiskinan: kemiskinan telah memaksa
banyak keluarga untuk merencanakan strategi penopang kehidupan mereka termasuk bermigrasi untuk bekerja dan bekerja karena jeratan hutang, yaitu pekerjaan yang
dilakukan seseorang guna membayar hutang atau pinjaman; 3 Keinginan cepat kaya: keinginan untuk memiliki materi dan standar hidup yang lebih tinggi memicu terjadinya
migrasi dan membuat orang-orang yang bermigrasi rentan terhadap trafficking
; 3
Faktorbudaya; faktor-faktor budaya berikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
trafficking : Peran Perempuan dalam Keluarga: Meskipun norma-norma budaya
menekankan bahwa tempat perempuan adalah di rumah sebagai istri dan ibu, juga diakui bahwa perempuan seringkali menjadi pencari nafkah tambahanpelengkap buat
kebutuhan keluarga. Rasa tanggung jawab dan kewajiban membuat banyak wanita bermigrasi untuk bekerja agar dapat membantu keluarga mereka; 4 Perkawinan dini
mempunyai implikasi yang serius bagi para anak perempuan termasuk bahaya
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
547
kesehatan, putus sekolah, kesempatan ekonomi yang terbatas, gangguan perkembangan pribadi, dan seringkali, juga perceraian dini. Anak-anak perempuan yang sudah bercerai
secara sah dianggap sebagai orang dewasa dan rentan terhadap trafficking
disebabkan oleh kerapuhan ekonomi mereka; 5 Sejarah pekerjaan karena jeratan hutang: praktek
menyewakan tenaga anggota keluarga untuk melunasi pinjaman merupakan strategi penopang kehidupan keluarga yang dapat diterima oleh masyarakat. Orang yang
ditempatkan sebagai buruh karena jeratan hutang khususnya, rentan terhadap kondisi- kondisi yang sewenang-wenang dan kondisi yang mirip dengan perbudakan; 6
Kurangnya pendidikan; orang dengan pendidikan yang terbatas memiliki lebih sedikit keahlianskill dan kesempatan kerja dan mereka lebih mudah di
trafficking karena
mereka bermigrasi mencari pekerjaan yang tidak membutuhkan keahlian; dan 7 Korupsi dan lemahnya penegakan hukum: Pejabat penegak hukum dan imigrasi yang
korup dapat disuap oleh pelaku trafficking
untuk tidak mempedulikan kegiatan-kegiatan yang bersifat kriminal. Para pejabat pemerintah dapat juga disuap agar memberikan
informasi yang tidak benar pada Kartu Tanda Pengenal KTP, akte kelahiran, dan paspor yang membuat buruh migran lebih rentan terhadap
trafficking karena migrasi
ilegal. Kurangnya budgetanggaran dana negara untuk menanggulangi usaha-usaha trafficking
menghalangi kemampuan para penegak hukum untuk secara efektif menjerat dan menuntut pelaku
trafficking .
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Trafficking
Ada banyak faktor terjadinya trafficking di Indonesia, Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan khususnya di Jawa Barat trafficking pada umumnya
terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut :
1. Kemiskinan ;pada umumnya, responden yang menjadi subjek penelitian memang
memiliki latar belakang sosial ekonomi rendah, rata-rata mereka terjebak pada kasus trafficking karena diiming-imingi akan mendapat pekerjaan yang layak . Faktor
kemiskinan ini pula yang mendorong mereka dengan ―kesadaran‖ terus-menerus berada dalam lingkaran trafficking. Bagi mereka tidak ada pilihan lain kecuali
terpaksa berada dalam kondisi tersebut.
Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Teknologi, MIPA dan Pendidikan Vokasi
548
2. Pendidikan; pada umumnya tingkat pendidikan responden penelitian rata-rata
lulusan SD, dari 15 orang responden yang diteliti 7 orang lulusan SD, 4 orang lulusan SMP, dan sisanya putus sekolah sejak SD.
3. Kurangnya Informasi ;
pada penelitian ini beberapa orang terjebak oleh informasi yang meyesatkan bahwa mereka akan diberi pekerjaan dengan iming-iming uang
yang banyak. Mereka kurang informasi bahwa modus operandi trafficking adalah seperti itu.