Fungsi Wacana Ritual

4.2 Fungsi Wacana Ritual

Berbicara masalah fungsi wacana ritual sesungguhnya adalah pembahasan masalah fungsi bahasa. Fungsi bahasa ialah peran bahasa yang bersangkutan di dalam masyarakat pemakainya (Alwi, 2011:5). Fungsi juga diartikan sebagai sebuah kegunaan. Fungsi wacana ritual kelahiran adalah kegunaan wacana yang dalam hal ini adalah mantra dan saa. Mantra dan saa sebagai sebuah wacana ritual kelahiran memiliki fungsi sebagai (1) alat komunikasi antara masyarakat Bali dengan Tuhannya dan (2) sarana untuk mempertajam pikiran kepada maksud yang dituju.

Mantra dan saa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi antara masya- rakat Bali dengan Tuhannya dimaksudkan sebagai bahasa pengantar dalam ritual kelahiran. Mantra dan saa adalah doa yang digunakan oleh masyarakat Bali dalam berbagai ritual keagamaan.

Mantra dalam fungsinya sebagai alat untuk mempertajam pikiran kepada maksud yang dituju artikan sebagai doa yang dapat mempercepat hubungan atau proses komunikasi dengan Sang Pencipta. Dalam keyakinan masyarakat Bali, mantra sebagai sebuah doa, memiliki makna yang jauh lebih penting daripada saa atau bahasa biasa. Tidak semua orang atau masyarakat Bali bisa mengucapkan mantra. Hanya orang-orang tertentulah yang mampu me- rapalkan secara benar dan boleh menggunakannya.

Selain fungsi umum seperti tersebut di atas, wacana ritual (mantra dan saa ) kelahiran mengandung fungsi: (1) direktif, (2) emotif/ekpresif, dan (2) magis. Fungsi direktif adalah fungsi untuk memengaruhi perilaku atau sikap orang lain, lebih memberikan tekanan pada si penerima, bukan pada penutur. Fungsi emotif wacana ritual kelahiran adalah pengungkapan rasa pelaku, yaitu penyelenggara ritual (Jacobson, 1992). Fungsi emotif tersebut identik dengan fungsi ekpresif (Dell Hymes, 1964), yaitu segala sesuatu yang diekpresikan merupakan cerminan pikiran dan perasaan penyelenggara atau pemimpin ritual. Fungsi magis berkaitan dengan pemakaian bahasa dalam keagamaan. Bila dikaitkan dengan pengertian bahasa dalam ritual keagamaan, fungsi magis bahasa terkandung pada mantra. Mantra merupakan pintu komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Komunikasi dalam ritual bersifat supranatural dan abstrak sehingga cenderung bersifat mistik atau magis (Bandana, dkk., 2011:127).

PROSIDING

4.2.1 Fungsi Direktif Wacana Ritual Hari Lahir

Fungsi direktif wacana ritual hari lahir ditemukan pada mantra yang bermakna sebagai berikut. (1) hilangkanlah segala penyakit (dan) halangan. (2) hilangkanlah segala godaan (dan) musuh. (3) hilangkanlah segala kekotoran orang yang dicukur. (4) hilangkanlah segala dosa, cacat (dan) bencana’ (5) Jauhkanlah dari segala virus (dan) mara bahaya (6) Bergembiralah semua sambil menikmati suguhan. (7) Ingatlah bahwa Engkau bersaudara dengan anak hamba. (8) Maafkanlah atas kelancangan hamba yang telah berani mengusik

ketenangan-Mu (9) Hamba mohon maaf yang sebesar-besarnya. (10) Hamba mohon perkenan-Mu semua untuk datang. (11) Hamba mohon perkenan-Mu sebagai saksi.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa wacana ritual hari lahir memiliki fungsi direktif berupa perintah secara halus dan permohonan. Data (1) sampai dengan (8) mengandung fungsi direktif perintah secara halus. Dengan kata-kata hilangkanlah, jauhkanlah, ingatlah, dan bergembiralah, si peng- ucap mantra berusaha memengaruhi lawan komunikasinya, yaitu Tuhan dan manifestasi-Nya. Data (9) sampai dengan (11) mengandung fungsi direktif berupa permohonan yang ditandai dengan kata mohon.

4.2.2 Fungsi Ekspresif/Emotif Wacana Ritual Hari Lahir

Fungsi ekspresif wacana ritual hari lahir adalah fungsi wacana (mantra dan saa) untuk mengungkapkan perasaan kepada Tuhan dan manifestasi-Nya. Fungsi ekspresif wacana ritual hari lahir yang terkandung dalam mantra dan saa berupa perasaan kagum kepada keagungan dan kemahakuasaan Tuhan. Hal itu tercermin pada data berikut ini.

“Ong Adityasya param jyoti, Rakta teja namo’stute, Sweta pangkaja madhya-stha, Bhaskaraya namo’stute Om Hram Hrim Sah Parama Siwa Adityaya namah”

‘Oh Aditya yang memiliki cahaya yang maha cemerlang, Engkau yang memiliki warna merah yang megah, kami bersujud kepada-Mu, Oh Engkau yang bersemayam di tengah-tengah bunga teratai, kami bersujud kepada-Mu oh pembuat kemegahan, kami bersujud kepada-Mu yang dilambangkan dengan aksara Hram Hrim

PROSIDING PROSIDING

Data tersebut menggambarkan adanya fungsi ekpresif berupa kekaguman kepada kemahakuasaan Tuhan dalam menifestasinya sebagai Dewa Matahari yang memiliki cahaya mahacemerlang, yang sanggup menerangi seluruh alam, dan yang selalu menjadi saksi atas semua ritual yang dilaksanakan.

4.2.3 Fungsi Magis Wacana Ritual Hari Lahir

Fungsi magis adalah fungsi bahasa yang bersangkutan dengan kegiatan upacara atau keagamaan dalam suatu kebudayaan. Cassirer (1987:168—169) mengatakan bahwa bahasa sebagai sebuah kata memiliki kekuatan magis. Kata-kata bukanlah letupan angin semata, melainkan memiliki daya magis atau daya-daya misterius. Sebagai sesuatu yang mengandung kekuatan magis, kata-kata itu tidak bisa diubah karena berhubungan dengan kualitas magis itu sendiri (Dhavamony, 1995:58—59).

Fungsi magis wacana ritual hari lahir terkandung pada mantra yang digu- nakan sebagai pengantar ritual. Pengucapan mantra tersebut harus benar dan tidak boleh diubah susunan kata-katanya karena diyakini mengandung ke- kuatan magis. Sebagai contoh data adalah data mantra pada fungsi ekpresif.

4.2.4 Wujud Ritual dan Makna

Wujud ritual dalam hal ini diartikan sebagai bentuk-bentuk persembahan. Kembali kepada hal yang pokok dalam upacara ini adalah persembahan kepada leluhur, kepada Sanghyang Panca Maha Bhuta, dan Dewa Surya sebagai upa- saksi ’saksi’, maka dalam ritual tersebut minimal yang harus ada adalah wujud ritual yang ditujukan kepada ketiga unsur itu. Berikut adalah wacana wujud ritual hari lahir/otonan.

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62