Nilai Etika

6.3.2 Nilai Etika

Etika merupakan keseluruhan norma dan nilai yang dipakai oleh perse- orangan ataupun kelompok orang sebagai petunjuk fundamental bagi hidup mereka (Suseno, 1983:83). Jadi, etika adalah keseluruhan paham untuk men- jawab pertanyaan bagaimana manusia harus hidup seupaya berhasil.

Nilai-nilai budaya secara kodrati berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi perilaku kehidupan manusia. Oleh karena itu, nilai budaya sangat ber- fungsi dalam kehidupan manusia untuk menentukan sikap di tengah kehi- dupan bermasyarakat. Dengan kata lain, etika di dalam kehidupan manusia menjadi salah satu persoalan yang cukup penting karena melalui etika, manusia berusaha menenmpatkan keberadaannya di antara manusia lain dengan sebaik mungkin (Prabowa. t.t.:4)

Berdasarkan pandangan di atas, ada beberapa nilai etika yang dapat dipetik dalam KCRY, di antaranya adalah anjuran untuk (1) bersahaja, (2) menerima kenyataan (3) menghormati sesama, (4) bekerja keras, (5) sabar, dan (6) cinta alam dan lingkungan.

PROSIDING

1) Bersahaja Sikap bersahaja sebagai cermin nilai etika dan moral ditunjukkan dalam cerita “Kesederhanaan Mertua Sultan”. Sikap bersahaja Kiai Jejer yang kesehariannya selalu hidup dalam kesederhanaan dan rendah hati, tercermin dalam kutipan dialog berikut

“Seandainya aku menggunakan kesaktianku dalam mengerjakan setiap pekerjaan, mungkinkah itu bisa ditiru oleh warga di sini? Padahal, aku ingin mengajari mereka agama, bukan sekedar nasihat. Aku ingin meng- ajarkan kepada mereka tentang bagaimana cara hidup keseharianku. Dan lagi, aku memang mengajari mereka untuk hidup sederhana dan apa adanya, sebagaimana yang aku lakukan sendiri. Nyatanya dengan hidup sederhana, kebahagiaan dan ketenteram hidup sudah aku dapatkan. Bu- kankah dengan begitu, untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, kesaktian tidak dibutuhkan lagi?” jawab Kiai Jejer panjang lebar (KCRY, hlm. 8).

Sikap bersahaja Kiai Jejer ditunjukkan pula dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari tidak mengandalkan kesaktian untuk hal-hal yang dapat meri- ngankan beban pekerjaannya. Hal itu tercermin dalam kutipan dialog berikut.

“Aku sengaja tak mau melakukannya. Aku ingin menjalani hidup di desa ini sebagaimana orang lain menjalaninya. Aku melakukan semua peker- jaanku dengan wajar seperti yang dilakukan orang desa pada umumnya. Dengan segenap tenagaku, kulakukan pekerjaanku sebagaimana manusia yang tidak punya kesaktian,” jawab Kiai Jejer ramah (KCRY, hlm. 7).

2) Menerima Kenyataan Bagi orang Jawa, sikap ‘menerima kenyataan’ atau “narima” adalah salah satu sikap distansi yang positif, dalam arti bahwa dalam keadaan “narima” manusia dapat memenuhi kewajiban dengan teliti (De Jong, 1976:19). Dalam “Kesederhanaan Mertua Sultan” sikap menerima kenyataan digambarkan dalam keinginan Kiai Jejer untuk hidup di desa bersama warga karena ia berani hidup sederhana, berani bekerja keras (lihat juga kutipan di atas) dan tidak tertarik untuk memanfaatkan kesaktian yang dimiliki berikut.

“Tapi sayang, aku tetap tidak tertarik. Aku ini sudah tua, aku tak akan ke mana-mana lagi. Cukuplah di desa ini, sudah membuatkan merasa bahagia,” tolak Kiai Jejer, halus (KCRY, hlm. 9).

Sikap “narima” juga tercermin dalam diri Ki Ageng Paker ketika terjadi perang saudara untuk memperebutkan kerajaan, dia memilih menyingkir dan meninggalkan kerajaan, menjalani hidup sederhana di desa. .

“Kebahagiaan hidup bukan terletak pada harta dan kekuasaan, namun pada hati. Maka untuk bahagia, orang tak harus kaya. Dengan hidup

PROSIDING PROSIDING

3) Menghormati Sesama Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan sama dengan manusia lainnya. Perbedaannya terletak pada cara manusia menyikapi hidupnya sehingga kadang-kadang ada yang merasa dirinya “lebih” dari yang lain sehingga menimbulkan kesombongan, keangkuhan, dan sebaliknya. Ber- kenaan dengan cerita “Amarah Kiai Bregas” di dalamnya terdapat gambaran tentang ketidakpedulian warga Desa Ngino dengan kedatangan Sunan Kalijaga yang bertamu ke rumah Kiai Bregas.

Warga Desa Ngino bahkan membuat suara gaduh dan memekakkan telinga, yaitu suara orang menimba air di sumur senggotan dan suara gaduh orang- orang yang sedang menumbuk padi. Sunan Kalijaga merasa terganggu setiap kali bertamu ke rumah Kiai Bregas, Selain itu, Kiai Bregas saat me- nerima tamu, merasa kesulitan mendapatkan daun sirih untuk menginang (KCRY, hlm. 63).

Peristiwa itu menumbuhkan kemarahan Kiai Bregas sehingga sejak itu, ia melarang warganya untuk menanam pohon sirih.

“Aku tidak tahu. Hanya pesanku, bersikaplah sopan dan hargailah setiap tamu yang dating ke desa ini, siapa pun orangnya! Aku melihat selama ini kalian kurang sopan terhadap tamu yang berkunjung ke desa ini. Maka sebagai hukumannya, mulai saat ini juga, di desa ini tak boleh ada lagi daun sirih! Dan jangan sekali-kali berani mencoba untuk menanamnya!” Kutuk Kiai Bregar (KCRY, hlm. 68).

Cerita tersebut menginspirasikan adanya pesan moral bahwa sikap saling menghormati dan menghargai sesama atau pada orang yang lebih tua, perlu ditanamkan pada setiap orang agar tidak menimbulkan sikap egois atau me- mentingkan diri sendiri.

Sikap menghormati sesama ditunjukkan pula dalam cerita “Kesetiaan Pengikut ki Ageng Mangir”. Sikap ramah dan menghormati sesama ditunjuk- kan Ki Ageng Mangir—yang merupakan keturunan bangsawan dari Kerajaan Majapahit—terhadap Ki Demang Suro Handoko. Hal itu menumbuhkan keper- cayaan Ki Demang sehingga ia dengan senang hati bersedia menyerahkan seluruh daerah kekuasaannya sebagai bagian dari daerah kekuasaan Ki Ageng Mangir (KCRY, hlm. 46—47).

PROSIDING

4) Bekerja Keras Sikap mau bekerja keras sebagai cermin nilai etika dan moral merupakan upaya manusia menunju keberhasilan, dan sebaliknya sikap malas bekerja menghambat manusia untuk meraih cita. Sikap malas bekerja ditunjukkan dalam cerita “Kutukan Bagi Si Pemalas” berikut.

Kiai kasur, aku kecewa dengan sifat warga Desa ini. Ketika sudah saatnya bekerja, warga di sini tetap saja keenakan tidur. Warga di sini tidak dapat hidup prihatin. Dengan begitu, tolong sampaikan kepada seluruh warga Kasuran dan anak cucunya kelak, ‘Jangan sekali-kali berani tidur di atas kasur, kalau kesaktiannya belum bisa menyamaiku!’ Ingat itu!” tegas Sunan Kalijaga sambil bergegas pergi melanjutkan perjalanan (KCRY, hlm. 25)

Sifat malas bekerja sebagai sifat negatif perlu dihindari. Sebaliknya, yang bersifat positif perlu ditanamkan di dalam jiwa anak bangsa. Kutipan di atas merupakan ajaran agar manusia mau hidup kerja keras dan jangan malas bekerja.

5) Sabar Sifat sabar tercermin di dalam cerita “Kesederhanaan Mertua Sultan”. Diceritakan bahwa Kiai Jejer dikenal tekun, sabar, dan bijaksana dalam mem- berikan ajaran agama Islam sehingga masyarakat desa setempat menjadi ter- tarik dengan agama yang disebarkannya (KCRY, hlm. 6).

(6) Cinta Alam dan lingkungannya Alam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia karena alam menyediakan barang kebutuhan fisik manusia, seperti makanan dan minuman (air). Oleh karena banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan manusia, maka alam, salah satunya, hutan, perlu dijaga kelestarian- nya. Berkenaan dengan hal itu, dalam “Asal Mula Nama Krapyak” terkandung nilai ajaran atau himbauan agar manusia mencintai hutan dengan segala isinya. Di dalam cerita itu, Sri Sultan HB I (Raja Kerajaan Mataram) menyaksikan se- makin langkanya hewan sebagai penghuni hutan sehingga ia memerintahkan para prajurit untuk berburu hewan dan hasil tangkapannya dilepaskan di hutan itu. Akhirnya beragam hewan, seperti kijang, banteng, kancil, rusa, dan harimau dipelihara dan beranak-pinak di hutan itu. Hewan-hewan itu dapat hidup dengan liar sebagaimana di hutan pada umumnya (KCRY, hlm. 57).

Sikap positif, cinta alam dan lingkungan, yang ditunjukkan Sri Sultan HB I tersebut patut diteladani agar hewan-hewan di hutan tidak habis terbu- nuh oleh manusia-manusia (pemburu binatang hutan) yang tidak bertanggung jawab.

PROSIDING

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62