Pergeseran Sosial dan Budaya Suku Dayak

4.1 Pergeseran Sosial dan Budaya Suku Dayak

Suku Dayak yang menghuni hampir di seluruh pulau Kalimantan ini me- mang memiliki memiliki kearifan lokal yang sangat kaya. Sampai dengan sekarang kekayaan itu masih sangat melekat di masyarakat. Akan tetapi, ada sebagian kearifan lokal itu yang mulai bergeser karena pengaruh dari penda- tang dan modernisasi. Salah satu kekhasan itu terletak pada tempat tinggalnya yang dinamakan rumah lamin atau lamin adat. Berikut ini adalah kutipan yang menyatakan keberadaan rumah lamin bagi masyarakat suku Dayak.

Rumah Lamin atau Lamin Adat dalam bahasa Dayak berarti rumah panjang karena bentuknya yang panjang dan dibuat menyerupai rumah panggung yang tinggi, kolongnya mencapai 3 meter. Usia lamin biasanya ratusan tahun dengan tiang penyangga terbuat dari kayu gelondongan, biasanya kayu ulin yang diukir etnik. Ukuran rumahnya memanjang sekitar 200 meter dan memiliki lebar 25 meter, biasanya dihuni sekitar 20 keluarga, karena panjang inilah maka rumah lamin terdiri dari beberapa pintu yang dihubungkan beberapa tangga yang dipahat khusus (Di Antara Dua Cinta, hlm. 30).

Rumah lamin yang bentuknya tinggi dan panjang ini memiliki berbagai fungsi. Tinggi rumah yang kira-kira mencapai 1—5 meter ini berfungsi untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas. Di bagian kolong rumah juga dimanfaatkan untuk memelihara babi. Selain itu, ada bagian tertutup yang digunakan untuk menumbuk padi dan keperluan lain-lain. Sementara itu, panjang rumah yang bisa mencapai ratusan meter itu difungsikan sebagai tempat tinggal puluhan keluarga. Rumah yang menjadi simbol suku Dayak ini juga dilengkapi dengan ornamen-ornamen ukiran khas suku Dayak, bahkan ada yang dilengkapi dengan tengkorak manusia di bagian beranda rumah. Keberadaan rumah panjang dianggap cukup penting bagi suku Dayak karena menjadi pusat tempat berkumpulnya keluarga yang masih berkerabat dan pusat kegiatan upacara-upacara adat dan keagamaan. Kenyataan itu tercermin di dalam novel Di Antara Dua Cinta, yaitu ketika Horizon disambut dengan upacara penyambutan tamu di rumah lamin.

Pada saat ini sudah banyak masyarakat Dayak yang mulai mendirikan rumah tunggal yang letaknya tidak jauh dari rumah panjang. Kebanyakan kepala keluarg ayang memutuskan untuk keluar dari rumah panjang karena pertimbangan privasi dan kebebasan. Rumah panjang lebih difungsikan untuk

PROSIDING PROSIDING

Ciri khas lain yang menempel pada suku Dayak adalah praktik berburu kepala manusia. Akan tetapi, sejak adanya Perjanjian Tumbang Anoi Tahun 1894 permusuhan antarsuku Dayak yang memicu praktik ini dihentikan (Supri- yadi, 2008:1). Perjanjian yang dihadiri oleh banyak tetua adat Dayak di seluruh wilayah Kalimantan itu membahas perihal keseragaman adat dan hukum adat. Salah satu pokok pembahasan adalah sesama suku Dayak tidak boleh saling menyakiti. Oleh karena itu, praktik mengayau dilarang sejak saat itu.

Dalam novel Di Antara Dua Cinta pelaku praktik ini meyakini bahwa kepala manusia mengandung simbol dan makna yang luas dalam kaitannya dengan kekuatan supranatural. Selain bertujuan menambah kekuatan, praktik ini dapat membuang malapetaka. Semakin banyak kepala yang dipenggal, semakin besar kekuatan yang dimiliki oleh suku Dayak.

Jika dilihat dari segi perekonomian, ciri khas masyarakat suku Dayak terletak pada mata pencaharian berladang. Setiap keluarga suku Dayak mena- nam padi di ladang dengan sistem pertanian ladang berpindah. Jika dirasa sudah tidak subur lagi, mereka akan membuka lahan yang lebih subur. Sebelum membuka lahan baru, mereka harus melakukan ritual-ritual khusus yang ditujukan kepada arwah leluhur, baik sebelum maupun sesudah panen. Selama musim berladang ini mereka akan fokus pada kegiatannya berladang, bahkan sampai menginap di ladang.

Semua kegiatan menugal menggunakan mandau sebagai alat utama. Pada zaman dulu mandau digunakan sebagai senjata untuk menebas musuh pada waktu perang. Sejak praktik mengayau dilarang, mandau sekarang beralih fungsi menjadi alat menugal. Pergeseran itu disebabkan oleh adat istiadat yang berubah dan tuntutan zaman.

Masyarakat suku Dayak masih menganut animisme dan dinamisme. Ke- percayaan turun-temurun ini berkaitan dengan kepercayaan terhadap roh- roh leluhur, alam, ritual-ritual khusus, dan dukun. Orang Dayak percaya, roh nenek moyang akan menjaga mereka dari gangguan roh-roh jahat. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai ritual untuk melakukan persembahan kepada leluhur. Berikut ini kutipan yang memotret agama yang dianut suku Dayak.

Kampung Rikong kental dengan aura bernuansa animisme dan dinamisme di mana masyarakat percaya kepada kekuatan roh dan benda- benda berkekuatan magic, sehingga dalam kegiatan apapun sangat menggantungan pada kekuatan alam dan leluhur ... (Di Antara Dua Cinta, hlm. 111—112).

Jika dibandingkan dengan kondisi pada saat ini, masyarakat Dayak su- dah banyak yang menganut agama Kristen dan Katolik. Hal itu terbukti dengan

PROSIDING

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62