Bentuk Pepindhan Bagian Tubuh Manusia

4.2 Bentuk Pepindhan Bagian Tubuh Manusia

4.2.1 Penanda Perbandingan dalam Pepindhan Bagian Tubuh Manusia

Pepindhan sebagai salah satu jenis metafora dalam bahasa Jawa, memiliki bentuk seperti yang diungkapkan oleh Indratmo (2008:5), yaitu terdiri atas terbanding, penanda perbandingan, dan pembanding. Berkaitan dengan pepin- dhan bagian tubuh manusia, yang menjadi pembanding adalah bagian tubuh

PROSIDING

4.2.1.1 Penanda Perbandingan Eksplisit

Penanda perbandingan eksplisit dinyatakan dengan kata-kata yang me- nunjukkan makna ‘seperti’; pindha, lir, kadya. Berikut ini beberapa contoh data yang menggunakan penanda perbandingan eksplisit

1) Mripate blalak-blalak kadya bawang sabungkul ‘matanya belok seperti bawang sebungkul’

2) Janggute pindha tawon gumantung ‘dagunya seperti lebah tergantung’

3) Tungkake bunder lir jinangka ‘tumitnya bundar seperti diukur meng- gunakan jangka’

4.2.1.2 Penanda Perbandingan Implisit

Penanda perbandingan implisit atau tidak langsung ditunjukkan dengan penasalan. Secara umum, penasalan ini diwujudkan dalam panambang atau imbuhan N- yang memiliki makna ‘seperti’. Ada pula pepindhan yang tidak menampilkan penanda perbandingan.

Ada dua jenis penanda perbandingan implisit dalam pepindhan, yaitu penasalan dan tanpa penanda apapun. Penasalan dalam pepindhan dapat dilihat pada contoh data berikut.

1) Alise nanggal sepisan ‘alisnya (seperti) tanggal pertama’

2) Athi-athine ngudhup turi ‘athi-athi (rambut halus dekat dengan telinga) (seperti) kuncup (kembang) turi’

3) Bangkekane nawon kemit ‘pinggangnya (seperti) kumbang (kemit)’

4) Bathuke nyela cendhani ‘keningnya (seperti) batu pualam’ Data tersebut memperlihatkan adanya penasalan untuk menyatakan se-

buah persamaan. Nasal yang ada dalam alise nanggal sepisan terbaca pada kata nanggal. Kata tersebut berasal dari kata dasar tanggal ‘tanggal’ mendapat afiks N- menjadi nanggal ‘menyerupai/seperti tanggal’. ‘alisnya (seperti) tanggal pertama’. Kata ngudhup, nawon, dan nyela juga merupakan kata-kata yang dibentuk dengan penasalan. Kata ngudhup dibentu dari N-+kudhup ‘menyerupai kuncup’. Kata nawon dibentuk dari N-+tawon ‘seperti tawon’. Kata nyela diben- tuk dari N-+sela ‘seperti batu’.

Pepindhan yang dinyatakan secara langsung tanpa menampilkan penanda perbandingan dapat dilihat pada data berikut.

1) Lambene manggis karengat ‘bibirnya (seperti) manggis yang diiris’

2) Irunge kencana pinatar ‘hidungnya (seperti) emas yang ditata ber- tingkat-tingkat’

3) Pamulune prada binabar ‘wajahnya (seperti) emas bertebaran’

PROSIDING

Penanda perbandingan dalam ketiga pepindhan tersebut dilesapkan atau tidak ditampilkan. Triyono (1989: 73) menyatakan bahwa ada beberapa pepin- dhan yang tidak menghadirkan penanda perbandingan. Hal ini menjadi pe- ngecualian dalam pepindhan yang seharusnya menghadirkan penanda perban- dingan. Lambene manggis karengat ‘bibirnya (seperti) manggis yang diiris’ me- ngandung makna warna bibir yang berwarna kemerahan seperti warna buah manggis yang teriris.

Penggambaran keadaan hidung dan wajah dalam pepindhan tersebut di- ungkapkan secara langsung. Hidung yang halus bercahaya sekaligus mancung digambarkan dengan tatanan emas bertingkat. Sementara itu, perwujudan wajah yang bercahaya digambarkan atau dipersamakan dengan kilauan emas.

4.2.2 Pembanding dalam Pepindhan Bagian Tubuh Manusia

Pembanding dalam pepindhan bagian tubuh manusia adalah benda-benda atau sesuatu yang dikenal baik oleh masyarakat Jawa dan diambil dari alam, seperti hewan, tumbuhan, benda-benda yang ada dalam kehidupan sehari- hari. Pembanding yang digunakan menunjukkan hubungan yang kuat antara masyarakat Jawa dengan dunia pertanian. Budaya agraris inilah yang men- dasari masyarakat Jawa memilih objek pembanding.

4.2.2.1 Pembanding Berupa Hewan

Pembanding berupa hewan dapat dilihat pada contoh data berikut ini.

1) Bangkekane nawon kemit ‘pinggangnya (seperti) lebah’

2) Sinome mbibis mabur ‘sinomnya seperti burung belibis terbang’

3) Brengose nguler keket ‘kumisnya (seperti) ulat’

4) Kempole nyikil walang ‘betisnya (seperti) kaki belalang’ Pepindhan di atas mempersamakan bentuk dari bagian tubuh manusia.

Bangkekan ‘pinggang’ seorang wanita dipersamakan dengan bentuk tawon kemit ‘lebah yang biasa hidup di seputaran rumah penduduk’. Tatanan rambut halus di atas kening ‘sinom’ dipersamakan dengan jajaran burung belibis ketika terbang. Kumis tebal dipersamakan dengan bentuk uler keket ‘ulat dengan bentuk gilig panjang’. Bentuk kaki yang panjang atau jenjang dipersamakan dengan bentuk kaki belalang ‘sikil walang’.

Hewan-hewan, seperti tawon kemit ‘hewan sebangsa lebah’, bibis ‘burung belibis’, uler keket ‘hewan jenis ulat’, dan walang ‘belalang’ banyak ditemukan di sekitar kehidupan masyarakat Jawa. Burung belibis dan belalang biasa ditemui di persawahan. Pemilihan objek binatang tersebut sebagai pemban- ding dalam pepindhan dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat Jawa yang hidup di daerah pedesaan dan memiliki mata pencaharian dari hasil pertanian.

PROSIDING

4.2.2.2 Pembanding Berupa Tanaman

Tanaman di sekitar kehidupan masyarakat Jawa juga menjadi objek pem- banding.

1) Pamulune ambengle kiris ‘wajahnya (seperti) bengle teriris’

2) Godhege simbar rumembun ‘jambangnya (seperti) simbar yang tumbuh’

3) Rambute ngembang bakung ‘rambutnya (seperti) bunga bakung’ Tanaman bengle, simbar, dan bunga bakung merupakan tanaman yang akrab

ditemui di sekitar masyarakat Jawa. Bengle merupakan jenis tanaman umbi yang biasa digunakan untuk jamu. Bentuknya, seperti umbi jahe, jika diiris bagian dalamnya berwarna kekuningan. Sedangkan tanaman bernama simbar merupakan jenis tanaman yang melekat pada batang tanaman keras atau batu.

Pamulune ambengle kiris ‘wajahnya (seperti) bengle teriris’ mempersamakan warna wajah atau raut wajah dengan irisan bengle ‘tanaman umbi yang biasa digunakan sebagai jamu’. Bengle ketika diiris meperlihatkan warna kekuningan seperti kuningnya wajah seseorang.

Godhege simbar rumembun ‘jambangnya (seperti) simbar yang tumbuh’ menggambarkan tampilan/wujud jambang seseorang sama seperti simbar yang baru tumbuh. Jambang seperti ini tidak lebat melainkan merata seperti ta- naman semacam lumut yang melekat di tanaman keras.

Rambute ngembang bakung ‘rambutnya (seperti) bunga bakung’ memper- samakan bentuk rambut seperti bunga bakung, mengembang.

4.2.2.3 Pembanding Berupa Benda atau Peralatan Rumah Tangga

Penanda perbandingan yang mengambil objek benda atau peralatan rumah tangga juga ada dalam pepindhan ini. Hal ini tampak pada bokonge man- jang ilang ‘bokongnya (seperti) panjang ilang’. Panjang ilang merupakan jenis piring yang terbuat dari janur. Benda ini biasa digunakan sebagai tempat sesaji dalam sedekah bumi. Persamaan bentuk menjadi hal utama yang diper- bandingkan. Panjang ilang memiliki bentuk bulat pada bagian bawah, sehingga jika seseorang memiliki bokong dengan bentuk bulat maka hal ini sama dengan bentuk panjang ilang.

Masyarakat Jawa juga dikenal sebagai masyarakat yang kental dengan dunia mistis. Pepindhan tersebut menggambarkan bentuk bokong yang indah. Kata panjang ilang ‘piring yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam dan digunakan untuk tempat sesaji’ menandakan begitu lekatnya masyarakat Jawa dengan kehidupan kejawennya. Sesaji menjadi kegiatan yang sering dilaksa- nakan oleh masyarakat Jawa ketika ada peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya acara gunungan yang biasa dilakukan oleh pihak keraton untuk memperingati peristiwa penting dalam kehidupan di Jawa.

PROSIDING

4.2.2.4 Pembanding Berupa Makanan

Pembanding lain yang menjadi objek dalam pepindhan ini berupa jenis makanan, seperti lambene nggula satemlik ‘bibirnya (seperti) gula jawa’. Pepindhan ini menggambarkan bentuk lidah yang kecil/tipis dan terlihat manis, seperti manisnya gula jawa. Persamaan yang ditampilkan dalam pepindhan ini adalah persamaan bentuk antara bibir dengan gula jawa ‘templik’. Selain itu, persamaan asosiasi rasa juga menjadi perhatian dalam pepindhan ini. Gula jawa memiliki rasa manis. Seseorang yang memiliki senyum indah juga biasa dikatakan me- miliki senyum yang manis. Dua asosiasi rasa ini mendukung munculnya pepindhan tentang bibir.

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62