Fungsi Kearifan Lokal dalam Memfilter Pengaruh Pendatang (Luar)
4.2 Fungsi Kearifan Lokal dalam Memfilter Pengaruh Pendatang (Luar)
Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat perlu dilestarikan dan diper- tahankan. Tidak hanya berfungsi untuk menghormati nenek moyang/leluhur tetapi juga memfilter pengaruh dari luar. Pendatang (luar) yang masuk ke suatu kelompok masyarakat pada awalnya membekali dirinya dengan budaya yang ada didaerahnya/budaya bawaan. Budaya bawaan itu seringkali berten- tangan dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Pada taraf ini adat dan hukum adat yang berlaku di masyarakat itu seharusnya mampu menyaring pengaruh buruk dari pendatang (luar). Jika tidak, kearifan lokal semakin lama akan semakin bergeser, bahkan berubah mengikuti budaya pendatang sehingga identitas suku tersebut akan hilang.
Novel Di Antara Dua Cinta mampu merefleksikan ketahanan dan keam- puhan adat dan hukum adat Dayak dalam menghadapi pendatang. Pendatang luar, Horizon, yang kental dengan budaya kota harus mampu menyesuaikan diri dengan adat dan hukum adat Dayak. Sayangnya, ia tidak berusaha menge- tahui dan memahami adat istiadat suku Dayak dengan benar. Ketidaktahuan- nya tentang adat istiadat inilah yang akhirnya memosisikan dirinya sebagai pelanggar adat. Horizon dianggap telah melanggar adat istiadat suku Dayak. Ia telah diadukan oleh warga karena sering melakukan aktivitas secara ber- sama-sama. Menurut adat istiadat suku Dayak, apabila ada seorang laki-laki mengajak perempuan untuk berjalan-jalan tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada ayah si gadis, ia dianggap melanggar adat. Berikut ini adalah kutipan yang menggambaran pelanggaran adat yang dilakukan oleh Horizon.
Pelanggaran adat akan dikenakan denda dan akan dituntut dalam rapat adat. Laki-laki yang melanggar adat akan dituntut di antaranya adalah apabila seorang laki-laki mengajak perempuan untuk berjalan-jalan tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada ayah si gadis. Akan lebih berat lagi dendanya, apabila di antara mereka tidak saling mengenal, maka si laki- laki dianggap melakukan kesalahan dan dapat dituntut di rapat adat (Di Antara Dua Cinta , hlm. 155—156).
Konsekuensi dari Hukum adat Dayak adalah sanksi/denda adat jika melakukan pelanggaran hukum adat. Pelanggar hukum adat akan dihadapkan pada rapat adat yang dihadiri oleh seluruh masyarakat. Jika ditetapkan bersalah, pelanggar harus memenuhi denda adat. Denda adat disesuaikan
PROSIDING PROSIDING
Dewan adat akan membahas tiga denda utama yaitu, pertama denda telah membuat keresahan orang banyak, yang kedua denda pengakuan telah membuat keributan untuk menjaga ketentraman kampung, dan ketiga, denda telah mengambil tunangan seseorang. Khusus denda yang terakhir, ini merupakan kewenangan pihak tunangan yang telah dirugikan, jadi dalam hal ini Ayus berhak mengemukakan dendanya (Di Antara Dua Cinta, hlm. 157).
Denda adat yang pertama dan kedua dapat dipenuhi dengan mudah oleh Horizon jika ia bersedia untuk menikahi Leang. Horizon hanya perlu menyediakan piring putih. Akan tetapi, denda yang diajukan oleh Ayus sebagai mantan tunangan Leang lebih berat. Ia mensyaratkan Horizon untuk meng- gantikan janjinya sewaktu melamar Leang dulu untuk menguburkan tulang- belulang leluhur Leang di Long Apari. Horizon yang notabene bukan pendu- duk asli kampung Rikong tentu tidak mudah untuk memenuhi denda adat ini. Lokasi Long Apari sangat terisolasi karena terhadang hutan rimba dan dua jeram yang sangat berbahaya, yaitu Jeram udang dan Jeram Panjang. Hal inilah yang membuat denda adat itu sulit terpenuhi. Akan tetapi, Horizon tidak takut dengan tantangan itu. Dengan didampingi sahabatnya, Loren dan Ayus, Horizon akhirnya berangkat menuju Long Apari untuk memenuhi denda adat.
Jika menolak untuk melaksanakan denda adat yang telah diputuskan di dalam rapat adat, Horizon harus membayar denda, baik itu berupa barang maupun pengucilan dari masyarakat. Bagi Horizon tentu tidak begitu berat karena bukan penduduk asli Kampung Rikong. Ia bisa saja pergi dari Kampung Rikong. Akan tetapi, bagi keluarga Leang pengucilan dari masyarakat tentu sangat berat. Terlebih lagi, ayah Leang adalah kepala adat yang merupakan orang yang berkewajiban untuk melestarikan adat. Ia akan menanggung malu seumur hidup. Berikut ini adalah kutipan yang menyatakan penjabaran denda adat.
Sanksi adat akan kakak terima, jika kakak menolak pernikahan, kakak akan membayar denda berupa guci yang nilainya ratusan juta, tetapi yang lebih tidak dapat kakak tanggung adalah denda rasa malu karena berlaku seumur hidup. Kakak, Leang, dan keluarga Leang akan dikucilkan seumur hidup, dianggap tidak bisa menjaga adat, tentu akan membuat sedih ter- utama terhadap Bapak, karena sebagai Kepala Adat beliau tidak akan mampu menanggung malu (Di Antara Dua Cinta, hlm. 173).
PROSIDING